Selama hampir dua dekade, nama Lionel Messi adalah sinonim dengan sepak bola Argentina. Setiap gerakan, setiap sentuhan, setiap golnya selalu menjadi tumpuan harapan bagi Albiceleste.Â
Namun, seiring waktu yang tak terhindarkan terus berjalan, sebuah narasi baru mulai terbentuk: Argentina kini mampu berdiri kokoh, bahkan tanpa kehadiran sang maestro.Â
Pernyataan mengejutkan ini datang langsung dari pelatih kepala, Lionel Scaloni, yang mengisyaratkan sebuah perubahan paradigma yang signifikan.
Bukan rahasia lagi bahwa kontribusi Messi bagi tim nasional Argentina tak ternilai harganya. Ia adalah arsitek di balik gelar Copa Amrica 2021 yang mengakhiri penantian panjang dan, tentu saja, motor utama di balik kejayaan Piala Dunia 2022 yang monumental.Â
Namun, pada 24 Juni nanti, Messi akan genap berusia 38 tahun. Usia adalah fakta yang tak bisa diabaikan, bahkan bagi seorang jenius sepak bola sekalipun.Â
Dengan bijak, Scaloni dan timnya mulai merajut masa depan di mana tim tak lagi sepenuhnya bergantung pada satu individu.
Pernyataan Scaloni bahwa tim ini telah mencapai titik di mana mereka bisa bermain dengan cara yang sama, baik dengan atau tanpa Messi, bukanlah sekadar retorika kosong.Â
Dulu, absennya Messi seringkali berarti perubahan drastis pada strategi dan komposisi pemain, yang kerap kali berujung pada performa yang kurang meyakinkan.Â
Kini, situasinya berbeda. Tim ini telah memiliki identitas yang kuat, fondasi yang kokoh, dan para pemain yang siap mengisi kekosongan, bahkan ketika "Si Kutu" tak berada di lapangan. Ini adalah sebuah evolusi yang penting, menunjukkan kematangan kolektif dan kedalaman skuad yang sebelumnya mungkin tak terlalu terlihat.
Contoh nyata dari ketangguhan Argentina tanpa Messi terlihat jelas dalam kualifikasi Piala Dunia 2026. Absennya Messi karena cedera justru membuka ruang bagi pemain lain untuk bersinar dan membuktikan kapasitas mereka.Â