Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Passive Income ART

20 November 2021   18:45 Diperbarui: 20 November 2021   18:48 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Depositphotos.com

Tetangga kami, keluarga insinyur teknik dan dokter, keduanya bekerja aktif dan sibuk. Mereka dikaruniai dua orang anak masih sekolah di SD.

Kesibukan suami istri tersebut menyita waktu mereka, dari pagi berangkat kerja. Terkadang malam hari baru tiba. Kedua anaknya yang sekolah menggunakan jasa antar jemput dari sekolah mereka. Nyaris tidak ada waktu untuk bersih-bersih rumah, memasak, cuci baju, nyeterika, dan lain-lain.

Bisa dibayangkan repotnya mereka jika tanpa Assistant Rumah Tangga (ART).

Biasanya, setiap hari, saya melihat seorang ART, paruh baya yang membantu mereka. Pagi-pagi sudah menyapu dan nyiram halamana di depan rumah. Tidak jarang ikut mencuci mobilnya. Jam 05.30 sang ART belanja ke pasar kecil terdekat. Cukup jalan kaki. Akhir pekan mereka sekeluarga pergi ke rumah neneknya. Tidak jauh. Jarak tempuhnya sekitar 10 km.  

Sejak pandemic Covid-19, sudah hampir dua tahun lamanya, kami tidak pernah melihat ART nya lagi. Saat saya tanya mengapa, ternyata sang ART minta naik gajinya. Pak Doni, yang sarjana teknik sipil bilang, 'tidak mampu' membayarnya. Ketika saya lanjutkan pertanyaan berapa besar gaji yang dia minta, disebut angkanya Rp 2 juta.

Kini, hampir dua tahun sudah, mereka hidup tanpa ART. Agak 'berantakan' wajah fisik rumahnya. Bunga-bunga yang digantung pada kering. Halaman jarang disapu dan dibersihkan. Yang siram-siram bunga juga tidak ada.

Malam hari sering kosong rumahnya. Kedua anaknya tinggal bersama nenek. Sang istri dipindah tugaskan ke luar kota. Pak Doni bersama kedua anaknya di kediaman sang nenek.

Melihat situasi dan kondisi yang demikian, betapa sangat besar peran PRT bagi keluarga mereka. Padahal, dari istilahnya saja "assistant", nyatanya tidak.

ART seperti 'Aktor Utama' dalam rumah tangga mereka. Buktinya, tanpa ART, rumah tidak ada lagi yang ngurus.

Ironi memang. 'Harga' jasa ART semakin mahal. Saya berfikir ke depan, kita bisa seperti Amerika, Perancis atau UK. Di mana hanya orang 'kaya' yang mampu bayara ART. Kaya versi USA tidak sama dengan di kita.

Teman saya di luar negeri, kaget ketika kita di rumah bisa punya ART. Mereka bayangkan keluarga kita kayak orang-orang kaya di Eropa, Canada dan USA. Karena untuk mempekerjakan ART hanya yang kaya banget yang mampu. Padahal, di kita, untuk nyiapkan dana Rp 2 juta saja guna membayar mereka, bisa bikin kita magep-magep dibuatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun