Pertanyaan terbesar yang muncul di benak teman-teman sesaat setelah wisuda adalah: mau kerja apa, di mana dan dibayar berapa? Tiga pertanyaan ini jarang dijadikan bahan refleksi, baik oleh orangtua, manajemen kampus, masyarakat hingga Pemerintah. Realita yang ada saat ini: yang penting kuliah saja dulu, kemudian dapat gelar. Memperoleh pekerjaan atau tidak itu, urusan nanti.
Padahal, justru inilah yang menjadi factor kecemasan terbesar mahasiswa menjelang dan sesudah wisuda, yang jauh lebih penting dari pada urusan nilai.
Orangtua umumnya menginginkan anaknya dapat nilai bagus saat kuliah. Apalagi dengan predikat Cum Laude. Wow...senangnya bukan main. Tidak salah sih. Justru bagus. Namun ada yang lebih penting lagi, yakni esensi kuliah. Tidak ada tujuan kuliah yang paling ideal kecuali dapat kerja.
Kita tahu, rata-rata teman-teman yang IP nya tinggi, ujugnya ditawari jadi dosen. Teman-teman dengan IP Cum Laude rata-rata suka jadi dosen yang kelihatan keren. Jadi dosen itu aman, nyaman. Dipikir ngajar sudah cukup. Yang IP nya rendah atau sedang-sedang saja, justru jadi pengusaha.
Mengapa?
Mereka yang IP nya sedang-sedang saja, bahkan yang rendah, tidak jarang saat kuliah sambil bekerja, giat mengikuti organisasi serta aktivitas lain di luar kampus. Sehingga konsentrasi untuk belajar berkurang. Meskipun ada yang punya prestasi bagus yang juga aktif di organisasi.
Oleh sebab itu, meledakya jumlah pengangguran yang mencapai angka di atas 10 juta jiwa lebih pada awal tahun 2021 ini, bisa demengerti. Menurut Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik Junaidi Rachbini, angka pengangguran meningkat dua kali lipat (Ekonomi, Bisnis.com, 7 Januari 2021).
Era Covid-19 ini bisa dijadikan bahan pembelajaran yang bagus untuk melihat kembali apa yang perlu dibenahi dalam system pendidikan kita. Pendidikan yang hanya berorientasi pada nilai, membuat mahasiswa fokus belajar, menghafal, tetapi tidak berkreasi.
Peran Orangtua
Orangtua memiliki peran krusial pada tahap awal dalam pembinaan anak-anak, khususnya pada mereka yang memasuki usia kuliah. Kurangi harapan tentang besarnya nilai pada mahasiswa. Fokus kepada karya. Dorong putera-puterinya untuk berkreasi, kuliah sambil kerja meski tidak menghasilkan uang dalam jumlah banyak. Belajar menciptakan lapangan kerja jauh lebih baik dari pada hanya belajar dari buku. Mahasiswa akan mampu mengatur waktu, belajar membagi tugas dan tanggungjawab serta tahu bagaimana hidup bermasyarakat dalam dunia kerja.