Pandemi Corona menyerang, dibiayai oleh anaknya, memperbaiki kios kecil di pinggir jalan, berukuran sekitar 1.5x1.5 meter persegi.
Sekitar 100 meter dari, di pinggir jalan, Pak Fauzi, tetangga kampung di gang sebelah, sebelumPak Fauzi, lebih dari 70 tahun umurnya, mengisi aktivitasnya dengan berjualan rokok eceran ditambah minuman kopi di pinggiran Jalan Raya Mondoroko Kecamatan Singosari, Malang. Dengan harapan selain ada kegiatan positif, ada sedikit keuntungan.Â
Laba dari penjualan rokok dan minuman yang tidak seberapa itu bisa diguakan untuk membeli Tempe, Tahu dan Sayuran untuk kebutuhkan sehari-hari. Itu pun kalau ada keberuntungan.
Kiosnya diperbaiki karena yang lama sudah kelihatan rapuh. Sebagian rusak dan perlu diganti. Sebetulnya, semua orang yang lewat di trotoir jalan raya tersebut pasti tahu, dari penampakan fisiknya saja, kios tersebut tidak menjual banyak barang. Bisa dipastikan sangat sedikit keuntungan, selain minim dana. Â Â
Yang namanya tangan jahil, biasanya gatal jika tidak 'gentayangan'. Itulah yang terjadi. Kata Pak Fauzi, Gembok kiosnya pernah dirusak oleh pencuri. Meski dibuka paksa, si pencuri tidak dapat apa-apa. Setiap hari barang-barang yang dijual memang dibawa pulang oleh Pak Fauzi. Kios sengaja dikosongkan.
Setelah Kios diperbaiki, nyatanya tangan-tangan jahil juga tidak mau pernah berhenti. Aksi Vandalisme anak-anak remaja tidak berkurang. Selama Pandemi Corona, mereka tetap melakukan kebiasaan merusak. Kios Pak Fauzi tidak lepas dari sasaran.
Apa yang dialami Pak Fauzi merupakan contoh kecil bentuk kenakalan remaja yang tidak surut selama Pandemi Covid-19.
Kegiatan Remaja
Selama masa Pandemi, nyaris tidak pernah lagi saya temui anak-anak remaja berpakaian serba hitam, yang nongkrong di depan Pizza Hut Delivery daerah kami di Jalan Raya Mondoroko. Biasanya, setidaknya lima anak-anak muda ngobrol di sana. Saya tidak tahu pasti apa kegiatannya. Apakah membantu ngatur parkir, menjual Pizza, atau mengatarnya (delivery).
Pakaiannya mirip seragam, warna hitam semua. Selain lusuh, tampak kumuh, tetapi beda motif. Beberapa remaja yang berpakaian serupa bisa ditemui di Toll keluar masuk di daerah Bedali, Kecamatan Lawang. Mereka ini berdiri di persimpangan Lampu Merah, mengamen di sana.Tidak jarang juga ada di pertigaan Lampu Merah, di bawa Flyover di Kecamatan Blimbing sebelum masuk Kota Malang.
Kadang-kadang anak-anak ini secara bergerombol, mengenakan pakaia yang sama, atas nama supporter Arema, kelompok Sepakbola di Malang, berkeliling atau mejeng di satu tempat sambil memukul-mukul alat-alat musik seadanya, guna menarik simpati masyarakat, menggalang dana.
Kegiatan anak-anak remaja ini ada yang positif, ada pula yang negative, memprihatinkan. Tampak sekali bahwa anak-anak remaja ini bukan tipe pelajar. Sayang sekali seperti terkesan tidak ada yang berusaha untu mengkoordinir mereka. Sehingga nampak 'liar'. Jika dibiarkan, akan memiliki kecenderungan sikap destruktif, merugika bahkan bisa mencelakakan orang lain. Â
Kenakalan Remaja