Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bernadetta Dwi Hartati, The Silent Fighter of Mualaf Nurse

21 Juni 2020   17:01 Diperbarui: 21 Juni 2020   17:23 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Dwi. Personal Collection

Banyak senior profesi yang sudah saya kenal. Banyak pula di antara mereka yang peduli. Sebatas pada peduli. Tapi yang ini beda.

Kepedulian konkrit yang saya lihat langsung dengan mata kepala sendiri, saat berkunjung ke rumahnya, adalah ketika beliau sedang mengajar. Padahal sudah lama pension, umur beliau saya perkirakan tidak kurang dari 65 tahun. Pendidikan keperawatan saja tahun lulus tahun 1974. Jadi bisa ditebak.

Nama lengkapnya Bernadetta Dwi Hartati. Dari namanya orang tahu beliau bukan orang Islam. Mengenal beliau belum lama. Akhir tahun 2019 lalu, saat kami mampir ke rumah kediaman beliau di Kompleks RS Jiwa di Lawang.

Memasuki rumah yang asri, hijau, rimbun dedaunan di sekelilingnya membuat tamu yang berkunjung merasa 'teduh'. Sepertinya pemilik rumah sangat menyintai aneka bunga dan tanaman. Sungguh indah. Kami masuk lewat pintu samping, setelah mengetuk pintu utama beberapa kali, tidak ada yang membuka. Dari luar, kami dengar sesekali bersautan suara anak-anak yang sedang belajar Bahasa Inggris.

"Waalaikum salam.....Hello........welcome......come in please......." Sapa Ibu Dwi ramah menyambut kami,  dalam Bahasa Inggris. Kami suka. Ada sepuluh anak-anak sekolah usia SMP-SMA yang sedang belajar Bahasa Inggris di rumah beliau. Total ada tiga kelompok belajar kalau tidak salah, yang beliau asuh. Ibu Dwi, perawat senior di luar profesinya, mendirikan kursus Bahasa Inggris untuk anak-anak di kompleks perumahan sejak pulang dari Arab Saudi sekitar 20 tahun silam.

Beliau lulus Sekolah Pengatur Rawat (SPR 'B') RS Jiwa Lawang. Waktu itu tahun 1974. Sesudah itu mengabdi di RS yang sama diangkat sebagai PNS. Ibu Dwi menikah dengan rekan seprofesi, Bapak Karmudji. Merintis karir sebagai perawat dari bawah, dirasakan oleh beliau berdua tidaklah mudah.

"Saya jadi Mualaf butuh proses pembelajaran cukup panjang. Meski suami Islam, tidak serta merta saya langsung menganut agama Islam. Suami juga tidak pernah memaksa. Awal mula tergeraknya saya untuk mempelajari Agama Islam, pada saat suami membawa buku tentang agama ini, saya lupa judulnya, kemudian tergeletak begitu saja di meja. Saya orangnya suka baca. Entahlah apa yang mendorong saya untuk membacanya." Demikian Ibu Dwi menceritakan sebagian dari awal perjalanan hidupnya sebelum memeluk Islam.

"Dari situ, kemudian niat saya untuk belajar Agama Islam lebih dalam makin kuat. Hingga suatu saat hal ini saya kemukakan kepada mendiang, almarhum suami saya. Alhamdulillah, hidayah memang datang dari Allah. Namun sebagai manusia, kita dituntut untuk belajar mencari yang benar."

Ibu Dwi dan Pak Karmudji, sepasang suami-istri perawat RSJ Lawang dikenal sangat menyukai Bahasa Inggris. Konon beliau berdua adalah generasi pertama yang mempunyai perangkat Orari untuk chanel bahasa Inggris di kompleks perumahan tersebut. Tidak heran kalau kemudian beliau berangkat kerja di luar negeri dengan mudah karena bekal bahasa tersebut.

Ibu Dwi berangkat ke Saudi Arabia di akhir tahun 1980-an mulai prosesnya. Sementara suami tetap bekerja. Mungkin sudah garisnya, selain rejeki beliau. Dari sana Ibu Dwi banyak belajar lebih dalam tentang Islam, selain menekuni profesinya sebagai perawat. Menunaikan Haji dan Umrah.

Beliau tipe perawat Srikandi yang aktif, banyak baca, suka belajar dan menyintai Bahasa Inggris. Nampak sekali kalau beliau ini orangnya disiplin, gampang diajak diskusi, humoris, demen bicara tentang sesuatu yang memajukan profesi, namun sangat luwes. Orangnya peduli dan menyukai kegiatan sosial keagamaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun