Mohon tunggu...
Ridar Hendri
Ridar Hendri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menakar Objektivitas Asesor BAN-PT

14 April 2015   10:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) adalah satu-satunya badan akreditasi yang diakui pemerintah untuk melaksanakan sistem akreditasi pada semua institusi pendidikan tinggi di Indonesia (negeri, swasta, agama, kedinasan, jarak jauh, kerjasama dengan luar negeri, maupun PT asal luar negeri).

Kehadiran BAN-PT ini tentu saja penting dan bertujuan baik. Apalagi UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, antara lain mewajibkan semua program studi (Prodi) dan institusi, wajib diakreditasi. Termasuk menilai kelayakan Prodi dan PT baru serta mengevaluasi kinerja Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM). Lembaga terakhir ini dibentuk untuk membantu tugas BAN-PT yang memang sudah berat. Idealnya begitu!

Namun, dari beberapa kasus, kenyataannya tujuan BAN-PT tersebut sering terlencengkan oleh berbagai sebab. Antara lain oleh penempatan asesor yang kurang tepat, dan faktor subjektivitas asesor sendiri. Asesor adalah ahli yang ditunjuk BAN-PT untuk memvisitasi (pemeriksaan lapangan) atas isian borang (formulir) yang sebelumnya telah dikirimkan Prodi atau PT ke BAN-PT.

Kasus 'pelencengan' ini terjadi pada saat akreditasi Prodi Agrobisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau (Agrikan Faperika Unri), dua bulan lalu. Sebelum divisitasi asesor pada awal 2015, nilai akreditasi Prodi Agrikan adalah "A". Karena itu, selama lima tahun terakhir, pengelola Prodi dan segenap sivitas akademika Prodi ini bekerja keras membuat yang terbaik, dengan harapan nilai akreditasi tidak turun.

Hasilnya lumayan, kalau tidak boleh dikatakan spektakuler. Dari sisi SDM, doktornya bertambah tiga orang. Tiga kandidat doktor lagi, insyaallah selesai tahun ini. Fasilitas ruangan pimpinan, administrasi dan ruang dosen tertata apik. Begitu juga tiga laboratorium yang dimilikinya. Bahkan sejak dua tahun terakhir, Prodi ini memiliki Laboratorium Pengembangan Masyarakat yang dilengkapi Televisi Kampus. SEPTV namanya, TV kampus pertama dan satu-satunya di universitas berusia lebih dari setengah abad itu. Laboratorium dan TV kampus tersebut melatih soft skill tambahan bagi mahasiswa, menyongsong dunia kerja.

Dalam hal penelitian, pengabdian, pembinaan mahasiswa dan kerjasama dengan pihak luar, Prodi ini juga cukup aktif. Singkat kata, Prodi Agrikan yang sekarang, dengan mata telanjang, jauh lebih oke dari sebelumnya.

Faktor inilah yang membuat keluarga besar Prodi Agrikan (dosen, pegawai, mahasiswa, alumni), bahkan Dekan dan pimpinan Prodi lain, sangat optimis, jika Prodi Agrikan akan mampu mempertahankan nilai akreditasi "A" yang dimilikinya. Tapi apa lacur?

Berdasarkan informasi yang dirilis di website BAN-PT, akreditasi Prodi Agrikan turun menjadi "B".  Waduh! Cita Citata bilang, sakitnya tuh di sini.

Meski BAN-PT belum mengirimkan SK resmi, tapi kabar duka ini dengan cepat menyebar ke segenap civitas akademika fakultas. Beragam ekspresi mereka muncu. Pimpinan Prodi dan para dosen Prodi merasa sangat terpukul. Mahasiswa tentu saja sangat sedih. Pimpinan fakultas dan banyak dosen dan pimpinan Fakultas yang tidak percaya. "Kok bisa begitu?," begitu bunyi kebanyakan pertanyaan mereka.

Para dosen Faperika yang juga berprofesi sebagai asesor BAN-PT, juga kecewa. Sebab, sebagai pembina akreditas di fakultas, mereka melihat tak ada yang kurang pada Prodi Agrikan untuk kembali memperoleh nilai akreditasi "A". Lantas mengapa bisa terjadi?

Menurut hemat saya ada dua faktor yang bisa menjadi penyebabnya. Pertama,  penetapan asesor yang disiplin ilmunya tidak sesuai dengan disiplin ilmu Prodi yang divisitasi. Kedua, faktor subjektivitas asesor dalam melihat kenyataan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun