Mohon tunggu...
Mhd. Ricky Darusman
Mhd. Ricky Darusman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cinta dan Filsafat

23 Januari 2022   22:03 Diperbarui: 23 Januari 2022   22:11 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dari kacamata masyarakat mungkin kita melihat cinta dan filsafat merupakan dua hal yang berbeda, bersebrangan, berbanding terbalik, maupun bukan hal yang bisa menyatu. Saat kita berbicara tentang filsafat, kita akan tertuju kepada sesuatu hal yang berat, perlu berfikir, dan para pemikir. 

Namun apabila kita sedang berbicara perihal cinta, maka kita akan langsung tertuju kepada hubungan yang romantis, hubungan dua orang yang penuh akan rasa kasih sayang, hubungan antara orang tua dan anak, adik dengan kakak nya, nabi dengan ummatnya, bahkan tuhan dengan hambanya. Namun dizaman sekarang yang paling mendominasi merupakan cinta antara dua manusia. Dari sejarah yang ada pada manusia sendiri juga selalu berkaitan dengan adanya cinta. Seperti contohnya Adam yang memiliki hubungan dengan Hawa dan hingga zaman sekarang, cinta tidak bisa dijauhkan dari kehidupan manusia.

Namun sebenarnya Cinta dan Filsafat itu juga tidak bisa dipisahkan dan saling terhubung. Salah satu tokoh yang membahas masalah cinta adalah Soe Hok Gie, seorang aktivis dalam bukunya Catatan Seorang Demonstran "kita begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam Cinta".  Tokoh filsafat juga seorang pecinta atau Lover. Hal tersebut dapat dilihat dari para tokoh filsuf yang pasti pernah berbicara tentang cinta. 

Dalam filsafat juga mengatakan bahwa definisi dari filsafat adalah cinta itu sendiri. Yang dikatakan berfilsafat bukan hanya dalam kita berfikir, melainkan disaat kita bisa mencintai. Namun cinta disini tidak bisa kita artikan hanya semata-mata mencintai orang lain atau pasangan lawan jenis kita, namun cinta didalam berfilsafat menjadi luas. Phillo memiliki arti cinta, dan sophia memiliki arti kebijaksanaan, hal tersebut dapat menjadi dasar bahwa berfilsafat, sama dengan menjadi pecinta kebijaksanaan.

Dari segi sejarah juga, sebenarnya Cinta dan filsafat tidak dapat dipisahkan, munculnya filsafat juga berasal dari sebuah cinta, cinta akan keingintahuan, hikmah dan lain sebagainya. Menurut sejarah, Nabi Idris merupakan bapak para filsuf yang mana filsafatnya berawal dari dirinya sendiri. 

Nabi Idris juga dikenal sebagai Hermes yang diberikan hikmah(filsafat) kemudian menyebarkannya keberbagai negara yang saat itu berupa Mesir, Persia dan Yunani. Seorang filsuf merupakan seorang pecinta, yang mana mereka mencintai hikmah tersebut dengan kesadaran diri mereka sebagai subjek, yang kemudian mendapatkan sesuatu terlkait dengan objek apa yang mereka lihat atau pikirkan (realitas).

Dalam konteks yang lebih sederhana juga pasti akan tersenggol dengan yang namanya Joseph Fletcher yang merupakan filsuf asal Norwegia. Bagi dirinya, kebenaran atau realitas yang sesungguhnya adalah cinta. Hanya satu yang menjadi tolak ukur yang bermoral bagi setiap orang, yakni cinta. Cinta merupakan kebenaran yang hakiki. Saat individu berbicara tentang cinta, disitulah tiada keraguan yang dapat dipertanyakan dan cinta menjadi bersifat universal.

Leonardo Da Vinci juga pernah mengatakan bahwa "life without Love is no Life at all" yang mana jika seseorang hidup tanpa adanya unsur cinta, maka sebenernya kamu itu tidak sedang hidup. Hidup manusia itu hanya sekali, tapi mengapa tidak punya cinta didalamnya? Mengapa dapat demikian? Karena sebenarnya yang membahagiakan kehidupan seorang individu itu adalah Cinta, karena unsur yang paling mulia didalam kehidupan dan yang paling berharga bagi seorang individu adalah cinta itu sendiri. Seseorang dapat mempertahankan keluarganya bukan karna keluarga yang dimilikinya. 

Melaikan cintanya terhadap keluarganya. Seorang tentara dapat dengan tegas mengabdi dan membela negaranya bukan karna negara memaksanya, melaikan karna cintanya pada tanah air nya. Seseorang bisa mejadi rajin beribadan kepada tuhannya bukan karna aturannya, melaikan karna cinta nya terhadap tuhan dan agamanya. Karna itulah, sebenarnya Cinta itu adalah suatu karunia yang diberikan kepada manusia.

Terus bagaimana kalau ada seorang manusia yang hidup tanpa cinta? Berarti kehidupannya tidak memiliki makna dan hikmah, kehidupan akan berisikan kehampaan, egoisme, kepentingan diri sendiri, dan hal tersebut menjadikan seseorang individu hanya terikat dan tidak dapat hidup dengan semestinya. Jadi sebenarnya kita sebagai manusia itu memerlukan cinta, tapi bukan menjadikan diri kita sebagai budak dari cinta. 

Namun meski demikian, terkadang cinta itu bisa menjadi bumerang bagi kita. Contohnya seperti kecintaan Socrates dalam berfilsafatnya menjadikan dirinya terbunuh oleh kaum Sofisme, hal tersebut juga disebutkan dalam sebuah lagu dari Alessia Cara dalam judul laginya River of Tears yang mengatakan "I relized that sometimes love bring you flower, but then builds you coffins" yang mana maksudnya disuatu saat, cinta itu dapat memberikan mu bunga (kebahagiaan), namun disatu sisi, terkadang cinta itu sendiri dapat membuat peti mati untuk mu (kehancuran atau kepedihan).  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun