Memasuki bulan Oktober kemarau panjang belum juga mereda. Ini berdampak kepada pertanian. Petani tidak punya pilihan lain selain berhenti bercocok tanam dan mencari pekerjaan lain demi menghidupi keluarga mereka. Sistem irigasi yang tidak berjalan baik memperparah dampak kekeringan yang sudah demikian buruk.Â
Penanganan semrawut dari kementerian terkait begitu besar dampaknya terhadap penurunan produktivitas padi. Nasib sial menerpa para petani di Kabupaten Musi Rawas (Mura). Dampak kekeringan sejak lima bulan lalu mengakibatkan ratusan hektare sawah gagal panen pada tahun ini. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Mura, mengklaim sampai sejauh ini sudah ada sekitar 632 hektare sawah kekeringan dan 62 hektare lahan kritis.Â
Para petani yang sudah kehilangan pekerjaan akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kembali meladang. Mereka memprediksi sendiri bahwa bulan Oktober ini musim kemarau akan berakhir dan akan masuk musim penghujan. Sayangnya prediksi itu meleset.Â
Ratusan hektare lahan petani yang terlanjur ditanami terancam gagal panen, karena sejak memasuki Oktober, curah hujan belum juga meningkat. "Banyak petani bakal gulung tikar di wilayah kita, sekarang belum ada hujan dan air irigasi tidak mengalir lagi," kata ujar salah satu petani.Â
Yang saya heran adalah, bagaimana bisa Dinas Pertanian setempat membiarkan petani menanam sawah mereka hanya dengan mengandalkan prediksi para petani? Dinas Pertanian kan lembaga resmi di bawah naungan Kementerian Pertanian yang seharusnya memiliki prediksi cuaca yang validitasnya lebih baik. Jelas ini adalah suatu kecerobohan Kementerian Pertanian. Kini para petani kembali sengsara.Â
Modal mereka untuk menanam padi terancam ludes karena jangankan untuk panen, untuk melanjutkan bercocok tanam saja kemungkinan besar tidak bisa. Lantas bagaimana kita bisa mengharapkan pertanian kita maju jika kecerobohan seperti ini terus terulang? Alih-alih meningkatkan kinerja, Kementan justru mencitrakan diri dengan klaim surplusnya di depan awak media. Menyedihkan.