Sesunguhnya berita akan datangnya Nabi Muhammad SAW, telah diketahui melalui kitab Taurat dan Injil. Allah telah mempersiapkan akan hadirnya seorang insan yang awal dan akhir. Sebagai penyambung lidah Allah dengan membawa tugas dan misi yang mulia, yakni mengembalikan eksistensi manusia kepada hakikat azalinya.[1]
Seiring dengan adanya kondisi politik, ekonomi, sosial dan agama dipenghujung Barat maupun Timur sangat kacau, lahir tokoh besar sepanjang masa yang membangun kekuatan Islam di antara dua kekuasaan besar dunia, di jazirah Arab, sebagai rahmatan lil`a`lamin yaitu nabi Muhammad SAW. Pada570 M orang Habsy (Abyisina) kalah dalam menyerang kota Mekah. Mereka menunggang gajah tahun itu yang disebut pula dengan tahun gajah bertepatan dengan 29 Agustus atau 12 Rabiul Awal lahirlah Muhammad.[2]Peristiwa tersebut diabadikan dalam Al-Quran surat Al-Fiil, 1-5 yang berbunyi;
1.Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu Telah bertindak terhadap tentara bergajah[1601]?
2.Bukankah dia Telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia?
3.Dan dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,
4.Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
5.Lalu dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
[1601]yang dimaksud dengan tentara bergajah ialah tentara yang dipimpin oleh Abrahah Gubernur Yaman yang hendak menghancurkan Ka'bah. sebelum masuk ke kota Mekah tentara tersebut diserang burung-burung yang melemparinya dengan batu-batu kecil sehingga mereka musnah.[3]
Secara nasab keturunan dia adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka`ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik ibnul-Nadhir bin Kinanah, salah seorang anak Nazar bin Ma`ad bin Adnan. Mereka adalah anak cucu Nabi Ismail bin Ibrahim a.s. .Sedangkan, ibunya adalah Aminah bin Wahb al-Zuhriyyah al-Qurasyiyyah.[4]
Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampilbeliau tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.[5]
Sebagai sosok muda yang kelak akan menjadi pemimpin besar, Muhammad muda telah menunjukkan bakat-bakatnya terlibat dalam pergulatan sosial di tengah masyarakat Quroisy. Diantara perkara-perkara penting dimana Muhammad pernah terlibat adalah sebagai berikut:
I.Pada masa remaja
Nabi pernah ikut serta bersama dengan penduduk Mekah dalam beberapa perkara-perkara penting seperti berikut :
a)Pada saat perang Fijar, antara Quraisy dan Qais pada bulan-bulanHaram. Pada saat itu umurnya baru dua puluh tahun.
b)Kesepakatan al-Fudhul, yaitu kesepakatan bahwa tidak didapatkan seseorang pun dizalimi di Mekah kecuali mereka akan menolongnya. Dan Nabi juga ikut ambil bagian dalam kesepakatan tersebut.
c)Perdagangan yang dilakukan Nabi ke Syam dan pernikahannya dengan Khadijah, dan pada saat itu beliau berusia dua puluh lima tahun.
d)Allah menjadikan Rasulullah senang menyendiri dan tidak suka terhadapberhala-berhala yang dipuja-puja.
e)Tatkala Nabi berusia tiga puluh lima tahun menjadi penengah antara kabilah Quraisy dalam meletakan Hajar Aswad ke tempatnya semula.[6]
II. Pengangkatan Sebagai Rasul
a)Permulaan wahyu berdasarkan hadits dari `Aisyah berkata; wahyu yang pertama kali turun kepada Rasulullah adalah melalui mimpi yang baik dan benar dalam tidur. Setelahnya beliau suka menyendiri di gua Hira` yang kemudian Jibril mendatanginya.
b)Macam-macam wahyu dan risalah yang bersifat gradual, dengan beberapa cara;misalnya; wahyu berbentuk mimpi, melalui Jibril meyerupai manusia dan berkomunikasi, datangnya wahyu melalui bunyi lonceng yang hal ini dirasakan sangat berat.
c)Marhalah (Periode) Dakwah yang terbagi dalam dua periode, yaitu; periode dakwah di Mekah yang bersifat rahasia, dan periode Madinah yang bersifat terbuka.[7]
Pada umumnya, bangsa Arab saat itu tak memeluk agama tertentu kecuali penyembah berhala Di kota Mekkah ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal adanya satu Tuhan Yang Mahakuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala dia berusia empatpuluh tahun, Muhammad yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa ini menyampaikan sesuatu kepadanya dan memilihnya untuk jadi penyebar kepercayaan yang benar. Selama tiga tahun Muhammad hanya menyebar agama terbatas pada kawan-kawan dekat dan kerabatnya. Baru tatkala memasuki tahun 613 dia mulai tampil di depan publik. Begitu dia sedikit demi sedikit punya pengikut, penguasa Mekkah memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, Muhammad hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah berjarak 200 mil. Di kota itu dia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan.
Peristiwa hijrah ini merupakan titik balik penting bagi kehidupan Nabi. Di Mekkah dia susah memperoleh sejumlah kecil pengikut, dan di Medinah pengikutnya makin bertambah sehingga dalam tempo cepat dia dapat memperoleh pengaruh yang menjadikannya seorang pemegang kekuasaan yang sesungguhnya. Pada tahun-tahun berikutnya sementara pengikut Muhammad bertumbuhan bagai jamur, serentetan pertempuran pecah antara Mekah dan Madinah. Peperangan ini berakhir tahun 630 dengan kemenangan pada pihak Muhammad, kembali ke Mekkah selaku penakluk. Sisa dua setengah tahun dari hidupnya dia menyaksikan kemajuan luar-biasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk Agama Islam. Dan tatkala Muhammad wafat tahun 632, dia sudah memastikan dirinya selaku penguasa efektif seantero Jazirah Arabia bagian selatan.[8]
Apakah pengaruh Nabi Muhammad yang paling mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Seperti halnya lain-lain agama juga, Islam punya pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya. Alasan-alasan itu adalah, Pertama, Muhammad memainkan peranan jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang Agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Kristen (sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme), merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristen, tokoh penyebarnya, dan penulis bagian terbesar dari Perjanjian Lama. Sebaliknya Muhammad bukan saja bertanggung jawab terhadap teologi Islam tapi sekaligus juga terhadap pokok-pokok etika dan moralnya. Tambahan pula dia "pencatat" Kitab Suci Al-Quran, kumpulan wahyu kepada Muhammad yang diyakininya berasal langsung dari Allah. Sebagian terbesar dari wahyu ini disalin dengan penuh kesungguhan selama Muhammad masih hidup dan kemudian dihimpun dalam bentuk yang tak tergoyangkan tak lama sesudah dia wafat. Al-Quran dengan demikian berkaitan erat dengan pandangan-pandangan Muhammad serta ajaran-ajarannya karena dia bersandar pada wahyu Tuhan. Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dari ajaran-ajaran Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. Karena Al-Quran bagi kaum Muslimin sedikit banyak sama pentingnya dengan Injil bagi kaum Nasrani, pengaruh Muhammad dengan perantaraan Al-Quran teramatlah besarnya. Kemungkinan pengaruh Muhammad dalam Islam lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu. Diukur dari semata mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan.[9]
Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu. Dari pelbagai peristiwa sejarah, orang bisa saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemimpinan khusus dari seseorang yang mengepalai mereka. Misalnya, koloni-koloni di Amerika Selatan mungkin saja bisa membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak pernah ada di dunia. Tapi, misal ini tidak berlaku pada gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab. Tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad dan tak ada alasan untuk menyangkal bahwa penaklukan bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad. Satu-satunya kemiripan dalam hal penaklukan dalam sejarah manusia di abad ke-13 yang sebagian terpokok berkat pengaruh Jengis Khan. Penaklukan ini, walau lebih luas jangkauannya ketimbang apa yang dilakukan bangsa Arab, tidaklah bisa membuktikan kemapanan, dan kini satu-satunya daerah yang diduduki oleh bangsa Mongol hanyalah wilayah yang sama dengan sebelum masa Jengis Khan.
Ini jelas menunjukkan beda besar dengan penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab. Membentang dari Irak hingga Maroko, terbentang rantai bangsa Arab yang bersatu, bukan semata berkat anutan Agama Islam tapi juga dari jurusan bahasa Arabnya, sejarah dan kebudayaan. Posisi sentral Al-Quran di kalangan kaum Muslimin dan tertulisnya dalam bahasa Arab, besar kemungkinan merupakan sebab mengapa bahasa Arab tidak terpecah-pecah ke dalam dialek-dialek yang berantarakan. Jika tidak, boleh jadi sudah akan terjadi di abad ke l3. Perbedaan dan pembagian Arab ke dalam beberapa negara tentu terjadi -tentu saja- dan nyatanya memang begitu, tapi perpecahan yang bersifat sebagian-sebagian itu jangan lantas membuat kita alpa bahwa persatuan mereka masih berwujud.[10]
Di masa awal dakwah ini berbagai perlakuan keras dilakukan oleh orang-oramg kafir Quraisy terhadap Rasulullah Muhammad SAW dan segenap pengikutnya. Mulai dari celaan, pengucilan sampai pembunuhan telah dilakukan. Tetapi umat muslim tetap mampu bertahan dan terus mengembangkan dakwahnya, sampai kemudian mereka mendapat perintah hijrah. Pada saat berikutnya, perjuangan dakwah Islam memasuki fase baru. setelah cukup lama menjalankan dakwah dengan membela diri dari berbagai bentuk penindasan serta tindakan semena-mena oleh para kafir Quraisy, tanda-tanda kemenangan dakwah mulai mulai tampak. Dilakukanlah banyak usaha untuk mendapatkan pengakuan hak terhadap orang-orang muslim dalam melaksanakan ibadah di masjid al-haram, sesuatu yang selalu mendapat rintangan dari orang-orang musyrik.
Pada suasana itulah Umat muslim mendapat tawaran sebuah perjanjian saat dalam perjalanan menuju ibadah Ihrom, yaitu Perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian ini merupakan jalur alternatif yang ditempuh oleh pihak Quraisy setelah merasa lelah dan ragu akan kemenangan jika mereka memerangi Nabi Muhammad saw secara fisik. Sementara kedatangan nabi beserta para sahabatnya ke Mekah saat itu tidak lain adalah dalam rangka menunaikan ibadah ihram. Menyadari posisinya yang cukup rawan, pihak Qurasiy mengutus Suhail bin Amr untuk mengadakan perundingan. suhail ini adalah orang yang selalu di utus untuk melakukan perundingan dan jika Quraisy menghendaki perjanjian. pada akhirnya kedua belah pihak menyepakati klausul-klausul perjanjian sebagai berikut:
·Dalam perjalanan ihram tersebut Rasulullah SAW tidak boleh melakukannya dan harus pulang tahun ini, serta tidak boleh memasuki Mekah kecuali tahun depan bersama orang-orang muslim. mereka diberi jangka waktu selama tiga hari berada di Mekah dan hanya boleh membawa senjata yang biasa dibawa musafir, yaitu pedang yang disarungkan, sementara pihak Quraisy tidak boleh menghalangi dengan cara apapun.
·Gencatan senjata di antara kedua belah pihak selama sepuluh tahun, sehingga semua orang merasa aman dan sebagian tidak boleh memerangi sebagian yang lain.
·Barang siapa yang ingin bergabung dengan pihak Muhammad dan perjanjiannya, maka dia boleh melakukannya, dan siapa yang ingin bergabung dengan pihak qurasiy dan perjanjiannya, maka dia boleh melakukannya. kabilah mana pun yang bergabung dengan salah satu pihak, maka kabilah itu menjadi bagian dari pihak tersebut. sehingga penyerangan yang ditujukan kepada kabilah tertentu, dianggap sebagai penyerangan terhadap pihak yang bersangkutan dengannya.
·Siapa pun orang quraisy yang mendatangi Muhammad tanpa izin walinya (melarikan diri darinya), maka dia tidak boleh dikembalikan kepadanya.
Perjanjian ini sesungguhnya adalah bentuk kemenangan politik bagi umat muslim, karena dengan tujuan:
Pertama, perjanjian ini adalah bukti pengakuan eksistensi umat Islam. Sesuatu yang selama ini tidak pernah diakui oleh kafir Quraisy
Kedua, Turunnya superioritas Quraisy sebagai pemegang roda politik dan agama di Makah.
Ketiga, tampak sikap menyerah Quraisy dalam upaya menghabisi umat muslim sehingga membiarkan orang yang hendak memeluk Islam. Sementara Kaum Quraisy hanya berikir untuk keselamatanya saja
Setelah melalui fase sembuyi-sembunyi (sirriyyah) , dakwah Islam memasuki fase terbuka/terang-terangan (jahriyyah). Secara lebih rinci, fase-fase dakwah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.Bahwa perubahan yang dijalankan Islam berangkat dari sebuah konsep yang matang dan kuat.
b.Konsep hidup yang sempurna ini kemudian ditawarkan secara sembunyi-sembunyi kepada kalangan terdekat nabi. Hal ini dilakukan karena karakter manusia yang dapat dipastikan enggan untuk berubah meskipun keyakinan, kebiasaan, dan konsep yang dia anut itu belum tentu benar. Dan biasanya usaha-usaha untuk melakuan perubahan tersebut akan emndapat tentangan yang demikian besar.
c.Terbentuknya sebuah komunitas yang meyakini dan menjalankan konsep hidup baru tersebut (baca: Islam) secara sungguh-sungguh dan konsisten. Setelah itu mulailah sebuah fase dakwah yang terbuka
d.Keterbukaan dalam menawarkan konsep hidup yang baru ini membawa konsekuensi pada adanya pro dan kontra di masyarakat. Di satu sisi kalangan penguasa dan orang-orang kuat yang selama ini emiliki pengaruh kuat merasa teringgung dan terancam posisinya, sementara pada sisi yang sama sebagaian kalangan yang meyakini betul konsep hidup yang lama marasa terganggu dengan adanya konsep hidup baru yang sudah secara terbuka ditawarkan. Di sisi yang lain, sebagian masyarakat yang secara jernih membandingkan tawaran baru dari Rasululah Muhammad SAW dengan konsep lama yang dianu selama ini dan ditambah adanya sisa-sisa ajaran Nasrani yang masih terjaga membuat mereka memilih Islam sebagai agama baru mereka. Disinilah tahapan berat dalam dakwah tersebut terjadi. Mulai dari peganiayaan, pengucilan, pengusiran, sampai pembunuhan diterima mereka yang memutuskan untuk memilih Islam
e.Fase hijrah. Dari satu sisi, hijrah mungkin dapat dipandang sebagai usaha menghindar dari tindakan keras para penentang Islam yang masih kuat di Makkah. Tetapi dari sisi yang lain, hijrah dapat dipandang sebagai fase konsolidasi kekuatan. Pada fase ini kebenaran Islam diterima dan disambut dengan kerelaan dan kegembiraan oleh umat. Pada fase inilah komunitas penganut ajaran baru tadi berubah menjadi sebuah umat yang besar dan kuat. Mulailah umat muslim diakui secara politik. Interaksi umat muslim dengan umat yang masih kafir terjadi dalam bentuk diplomasi politik seperti perjanjian Hudaibiyah dan kelahiran Piagam Madinah.
[1]Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Prophetic Intelligenci; Kecerdasan Kenabian,Menumbuhkan Potensi Hakiki melalui Pengembangan Kesehatan Ruhani, cet. Pertama (Yogyakarta: Penerbit Islamika 2005) hal. 165
[2] M. Abdul Karim, hal. 62
[3] Quran in The world. .(Q.S. (al-Fiil): 1-4)
[4] Ahmad al-`Usairy, Sejarah Islam hal.79
[5]Michael H. Hart ,Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, 1978 diterjemahkan H. Mahbub Djunaidi (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1982)
[6] Ahmad al-`Usairy, Sejarah Islam hal 82-83
[7] Ahmad al-`Usairy, Sejarah Islam hal 84-85
[8]Michael H. Hart ,Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, e-book