Siang itu, saya membuka laman facebook. Seperti biasa, mula-mula sekadar scroling beranda. Melihat selintas postingan-postingan yang bertebaran. Dan, mata saya terhenti ketika mendapati sebuah postingan menarik dari pemilik akun Wasduki Djazuli.Â
Di akun fb-nya, Kepala Desa Wuled yang dikenal sederhana ini mengunggah foto dua calon pasangan pengantin yang sedang menyerahkan bibit tanaman ke Pemerintah Desa Wuled, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.
Kontan, saya pun penasaran. Segera saya hubungi Pak Kades Wuled via telepon. Sekadar tanya-tanya. Ya, siapa tahu ada informasi menarik tentang hal itu. Saya langsung kontak beliau via Whatsapp.
Seperti wajarnya percakapan, mula-mula saya menanyakan kabar beliau. Maksudnya sih memastikan saja apakah beliau sedang sibuk atau tidak.Â
Kalau pas sibuk, maka saya akan mengontak beliau lain waktu. Alhamdulillah, beliau cepat merespons japrian saya. Itu artinya, saya bisa melanjutkan pembicaraan via WA.
Hal yang saya tanyakan tentu soal postingan beliau yang menurut saya sangat menarik untuk diulik. Saya tanyakan maksud postingan foto itu.Â
Beliau pun menjawab, kalau tradisi menanam bagi para calon pengantin di desanya itu sudah berlangsung cukup lama. Tepatnya, sejak beliau menjabat sebagai Kepala Desa Wuled (tahun 2014). Kurang lebih sudah berjalan selaman enam tahun.
Wah, saya pun makin tertarik dengan jawaban itu. Jika itu mulai dilakukan sejak beliau memimpin desanya, artinya itu adalah sebuah terobosan yang sangat luar biasa.Â
Lantas, saya lanjutkan dengan pertanyaan berikutnya, yakni menyoal alasan beliau menggagas tradisi yang baik itu.
Jawab beliau, gagasan untuk menciptakan tradisi itu dimulai dari rasa gerah beliau atas dampak masalah lingkungan yang kerap menjadi momok bagi kehidupan masyarakat perkotaan. Beliau merasa perlu ada upaya untuk menanggulangi masalah tersebut. Maka, beliau cetuskan gagasan itu.