Mohon tunggu...
Ribca Christiany
Ribca Christiany Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga Fakultas Ilmu Sosial dan Politik prodi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Lahir di Muara Bunyut 17 April 2002 Beragama Katolik Pendidikan terakhir di SMAN 1 Sendawar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Belajar Memberi dengan Tulus Hati dari Kardinal "Cacat" Francis Eugene George

26 November 2020   13:57 Diperbarui: 26 November 2020   13:59 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.firstthings.com/web-exclusives/2013/12/cardinal-george-an-anniversary-appreciation

Oleh : Ribca Christiany 

Kekerasan seksual di dalam gereja memang sudah menjadi rahasia umum sejak lama namun kebanyakan para petinggi gereja memilih untuk diam saja, ada yang mencoba bersuara, namun suara mereka kalah banyak dan akhirnya juga memilih untuk ikut saja. Namun tidak dengan Yang Mulia Francis Eugene George.

Uskup Agung kelahiran 16 Januari 1937 ini dengan lantang menyuarakan pendapatnya agar tidak memberikan kelembutan sama sekali terhadap pelaku kekerasan seksual. Dalam kebijakannya yang dikenal dengan sebutan "Zero tolerance" adalah kebijakan yang dengan tegas tidak memperbolehkan imam-imam gereja yang telah dinyatakan bersalah atas atas kasus pelecehan seksual untuk melakukan pelayan gereja dan diberikan hukuman yang setimpal. Ia meyakinkan Uskup yang lain bahwa tidak ada toleransi atau pandang bulu adalah satu-satunya cara agar tetap konsisten dengan yang telah kita yakini.

Francis Eugene Goerge adalah anak dari pasangan Francis J. dan Julia R. McCarthy Goerge. Yang Mulia Francis Eugene Goerge adalah Uskup Agung kedelapan Chicago. Ia juga dikenal sebagai orang Chicago asli pertama yang menjabat sebagai Uskup Agung Chicago juga Kardinal pertama yang pensiun sebagai Uskup Agung Chicago.

Perjalanan Kardinal Goerge menjadi seorang imam tidaklah mudah. Ia memulai pendidikannya di Sekolah Dasar St. Pascal yang berada di sisi barat laut Chicago. Lalu ia melanjutkan pendidikannya di Seminari persiapan St. Henry di Belleville, Illinois. Namun, pada saat Ia berumur 13 tahun, Kardinal George terserang penyakit polio sehingga Ia harus menerima kenyataan kalau ia cacat seumur hidup. Namun hal itu tidak membuatnya bersedih terlalu lama, dengan keyakinannya kepada Tuhan dan juga dukungan dari kedua orang tua. Ia pun menyadari kalau apapun yang terjadi dalam hidupnya adalah rencana Tuhan. Akhirnya, pada tanggal 14 Agustus 1957 Kardinal Goerge bergabung dengan sekolah asrama yang dikelola oleh Ordo Religius Oblat yang didedikasikan untuk melayani orang miskin dan yang membutuhkan.

Setelah itu Ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Ottawa, Kanada, yang mana ia mempelajari Teologi. Kemudian pada 21 Desember 1953 ia ditahbiskan menjadi imam oleh Pdt. Raymon Hillinger, di Gereja St. Pascal. Kardinal Goerge juga meraih gelar Master dan Doktor dalam bidang Filsafat, yang mana gelar Master ia peroleh di Universitas Katolik Amerika di Washington, DC pada tahun 1965, lalu untuk gelar Doktor ia dapatkan di Universitas Tulane, New Orleans, Louisiana pada tahun 1970.

Pada tahun 2006, dirinya kembali diguncang karena didiagnosis menderita kanker yang ternyata berawal dari kandung kemihnya dan menyebar keseluruh badannya. Namun dengan cobaan itu pun, Kardinal Goerge masih tetap melakukan pelayanannya kepada umat gereja sampai Ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Uskup Agung Chicago pada tanggal 16 Januari 2012. Pada bulan Desember ia mengumumkan bahwa perawatan eksperimental yang telah ia terima gagal. Dan Akhirnya pada tanggal 17 April 2015 ia meninggal dunia di kediamannya, tepat saat ia berusia 78 tahun.

Saat ia menjadi seorang Uskup di Yakima, Kardinal Goerge dengan tulus hati melayani umat Allah yang ada di sana, Ia bahkan belajar bahasa Spanyol agar ia bisa lebih dekat dengan umat Allah yang ada di sana. Juga pada saat ia melakukan pelayanan di Portland, Ia tidak segan untuk meminta pengajaran dari orang-orang di sekitarnya agar ia bisa menjadi seorang imam yang lebih baik lagi.

Pada saat Kardinal Goerge ditugaskan di Chicago, tempat kelahirannya, ia terus berhubungan dan berkomunikasi dengan umat yang di dalam keuskupan agung untuk menyebar kebaikan kepada umat yang ada di sana. Ia bahkan meluangkan waktu di sela-sela kepadatan jadwalnya untuk mengenal umat Allah yang Ia kasihi, terlebih lagi, Kardinal Goerge selalu mengutamakan orang-orang yang membutuhkan diatas kenyamanannya sendiri. Selain itu, Kardinal Goerge adalah salah satu sosok yang paling gencar dalam membela hak-hak petani imigran, ia selalu menyuarakan keadlian sosial dengan memberdayakan sumber daya Keuskupan Agung untuk menampung para orang tua dan orang-orang miskin.

Apa yang bisa kita teladani dari sosok Kardinal Goerge?

Sebenarnya ada banyak sekali hal yang bisa kita teladani dari Sosok Kardinal Goerge ini. Tapi ada satu sifat yang paling menonjol pada diri Kardinal Goerge ini adalah ketulusan hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun