Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Air Bersih Jakarta, antara Ketersediaan, Kebutuhan, dan Kesadaran Bersama

28 Maret 2016   08:08 Diperbarui: 28 Maret 2016   08:12 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Instalasi Pengolahan Air (IPA) I Pejompongan, dengan kapasitas produksi air 2000 liter/detik. (foto :riapwindhu)"][/caption]

AIR adalah sumber kehidupan. Tidak ada manusia yang bisa hidup tanpa air. Siapa pun tidak akan menyangkal pentingnya air sebagai kebutuhan hidup yang utama. Apalagi jika sudah menyangkut layanan air yang bersih dan layak untuk pemakaian sehari-hari.

Hal itu pula yang selalu diharapkan oleh keluarga kami sejak menjadi pelanggan PAM mulai tahun 1994. Kontrak kerjasama berupa pendelegasian pengelolaan air bersih dari PAM Jaya kepada swasta, selama 25 tahun mulai 1 Februari 1998 hingga tahun 2023, pada wilayah bagian Barat Jakarta, memang telah mengubah sebutan PAM menjadi PALYJA (PT PAM Lyonnaise Jaya). 

[caption caption="Layanan air bersih di Jakarta (gambar:brosurpalyja)"]

[/caption]

Secara tegas, PALYJA menolak anggapan bentuk kerjasama ini sebagai privatisasi. Alasannya, pada akhir kontrak tahun 2023, segala aset utilitas akan dikembalikan ke PAM Jaya, yang berada di bawah kewenangan pemerintah provinsi DKI Jakarta.  Pemegang saham PALYJA saat ini  terbagi atas Suez Perancis (51%) dan Astratel Nusantara (49%).

Namun sebagai pelanggan, siapa pun operatornya, kebutuhan kami tetap sama, yakni air bersih. Air yang mengalir lancar tanpa gangguan. Kebutuhan keluarga kami terhadap air bersih saat ini semakin meningkat. Jika semula air PALYJA hanya digunakan untuk kegiatan mandi, cuci, dan buang air.Kebutuhan untuk minum yang awalnya dapat dipenuhi dengan air tanah melalui sedotan pompa air dengan kedalaman tertentu, akhirnya beberapa tahun ini mulai dipenuhi oleh aliran air PALYJA.

Air PALYJA digunakan untuk minum? Saat saya mengatakan hal itu, beberapa teman langsung menggelengkan kepala. Soal kelayakan dan kebersihan air menjadi salah satu alasan tidak dijadikan sebagai air minum. Khawatir akan mengganggu kesehatan tubuh.

Suatu hal yang wajar. Saat menyebut air PALYJA yang terbayang adalah hamparan air kali atau air sungai yang berwarna hitam dan kelam. Tumpukan sampah dan buih busa putih. Belum lagi ditambah bau tidak enak yang sangat menyengat saat kebetulan melintasi dekat sungai. Mengingat hal itu, siapa juga yang sudi mengaku telah meminum air yang berasal dari bahan baku air tercemar?

[caption caption="Bapak Khamid dari PALYJA menjelaskan kepada Kompasianer mengenai pengolahan air bersih di Pejompongan (foto:riapwindhu)"]

[/caption]

Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pejompongan

KEINGINTAHUAN mengenai penyediaan dan pelayanan air bersih di Jakarta, telah mengantarkan saya menjadi salah satu peserta Kompasiana Nangkring bersama PALYJA, Senin, 21 Maret 2016 lalu. Kegiatan bertema #Bersama Demi Air ini diselenggarakan di  Instalasi Pengolahan Air (IPA) 1 PALYJA Pejompongan, Jalan Penjernihan 1 No.1, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kegiatan ini juga berkaitan dengan Hari Air Dunia 2016, yang jatuh pada 22 Maret.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun