Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Babah Alun, Semilir Kesejukan Masjid Favorit di Kolong Jalan Tol

30 April 2021   23:40 Diperbarui: 30 April 2021   23:46 1990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Babah Alun, Kolong Tol Wiyoto Wiyono, Jakarta Utara (dok.widhu)

Ketiganya menyatu. Melihat dari tampak depanya saja sudah menarik dari segi bangunan, genteng, atap, bahkan dari bentuk pintunya yang tidak akan ditemui pada masjid umum lainnya.  Tulisan di atas pintu masuknya juga menegaskannya. 

Terkesan mirip sebuah kelenteng, Masjid Babah Alun Papanggo tampak menarik dengan ciri khasnya yang tidak memiliki kubah.  Namun, hal itu tak mengurangi nuansa religius yang disandang sebagai sebuah masjid. 

Struktur bangunan masjid  berbentuk segi delapan. Segi delapan merupakan salah satu simbol yang identik dengan kemenangan umat Islam dalam sejarah Umar bin Khatab menaklukan Kota Palestina. Dalam Bahasa Tionghoa, simbol segi delapan juga mempunyai makna kemenangan.

Tempat salat wanita masjid Babah Alun. (dok.windhu)
Tempat salat wanita masjid Babah Alun. (dok.windhu)
Perpaduan tiga budaya yakni Islam, Indonesia dan Tionghoa sengaja dimunculkan tidak adanya kesenjangan dari setiap budaya. Justru semakin melengkapi. Masuk ke dalam masjid, banyak kaligrafi dam tulisan arab terlihat. Selain itu, ada terjemahan kaligrafi dengan Bahasa Mandarin. Ah menarik. 

Jika sedang berkunjung ke Babah Alun, orang-orang  Tionghoa bisa memahami makna kaligrafi yang terpampang di dinding masjid karena disampaikan dalam bahasa yang dimengertinya.

Kami mengambil  air wudhu sebelum salat. Disini, cara mengambil air wudhu ditampilkan dengan gambar dan keterangan menggunakan aksara Mandarin di bawahnya.  Arggh, air yang membasuh wajah, hidung, telinga, tangan dan kaki memberikan kesegaran pada kulit yang sejak pagi terkena terik matahari. 

Petunjuk berwudhu dalam bahasa Mandarin di Masjid Babah Alun (dok.windhu)
Petunjuk berwudhu dalam bahasa Mandarin di Masjid Babah Alun (dok.windhu)
Langkah jkaki semakin terasa sejuk dan semakin nyaman  saat melihat langit-langit masjid yang  dicat berwarna biru. Di sekeliling langit-langit itu terdapat kaligrafi 99 Asmaul Husna dalam Bahasa Arab dan Mandarin. 

Sungguh menentramkan hati. Masjid yang memiliki luas 1.500 meter ini, seperti ummnya dibagi sekat antara jemaah laki-laki dan perempuan. 

Masjid Babah Alun Papanggo dibangun dari hasil wakaf Muhammad Yusuf Hamka, anak angkat dari ulama Profesor Buya Hamka. Babah dalam Bahasa Betawi sebutan untuk Bapak.   Nama Alun berasal dari nama Tionghoa Jusuf Hamka, yakni Josef Alun.

Bagian dalam masjid Babah Alun dengan kaligrafi Asmaul Husna di langit-langitnya. (dok.windhu)
Bagian dalam masjid Babah Alun dengan kaligrafi Asmaul Husna di langit-langitnya. (dok.windhu)
Lelaki yang dulunya mualaf pada tahun 1981 ini memang berikhtiar untuk  membangun 1000 masjid di Indonesia. Kini, Yusuf  merupakan seorang pengusaha di bidang infrastruktur yang sukses membangun sejumlah jalan tol di Jakarta, Depok dan Bogor. Arsitektur Tionghoa memang disengaja sebagai syiar islam sekaligus wisata religi bagi masyarakat.

Pada tahun 2020, diresmikan masjid ketiga Masjid Babah Alun Desari yang terletak  di pinggir tol Depok Antasari, (Desari), Kota Jakarta Selatan. Sebelumnya, sudah ada  mushola Alun di Ancol dan Masjid Babah Alun Papanggo. Belum termasuk yang perah dibangu Yusuf di Kalimantan, dekat tempat usahanya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun