Mohon tunggu...
Rianto Harpendi
Rianto Harpendi Mohon Tunggu... Insinyur - Universe

Dum spiro, spero

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Perihal Pekerja, Bekerja Sekaligus Dikerjain

17 November 2020   05:28 Diperbarui: 17 November 2020   22:33 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja pabrik. (Foto: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Dunia kerja bisa menjadi dunia yang kejam. Hampir semua orang tahu bahwa tidak "cukup" menjadi orang pintar dan jujur agar karir bisa naik. Lingkungan dan budaya kerja cenderung menghargai orang yang menjilat atau cari muka.

Seringkali, karir orang jujur akan stagnan atau bahkan menurun karena dianggap sebagai pengganggu dalam sistem kerja yang penuh tipu daya. Orang yang ahli dalam pekerjaan bila ia tidak "pandai" menjilat, karirnya kemungkinan besar akan sulit menanjak.

Tidak mengejutkan bila banyak pemimpin atau atasan di perusahaan adalah orang yang tidak punya keahlian dan atau integritas. Karirnya naik sampai level pemimpin atau manajerial karena faktor kedekatan dengan atasannya. Karena iklim dunia kerja yang seperti itu, maka sikap saling menjatuhkan atau sikut menyikut antar pekerja sering terjadi.

Selain itu, budaya asal bos senang (ABS) sudah menjadi tradisi yang lumrah dalam dunia kerja. Apapun dilakukan pekerja- termasuk memanipulasi- untuk menyenangkan atasan. Data atau laporan yang buruk dipoles oleh pekerja agar disenangi oleh atasannya.

Atasan sangat suka bila bawahannya adalah tipe yes man. Tidak suka bila keputusannya dipertanyakan, dibantah atau dikritik oleh bawahan. Bila konsekuensi dari keputusan atasan berakibat buruk, biasanya atasan akan "cuci tangan" dan menjadikan bawahannya sebagai kambing hitam.

Sikap atasan yang lebih mementingkan hasil daripada proses telah menyuburkan budaya tersebut.

Dunia kerja adalah dunia yang tidak ideal. Kondisi tersebut telah membuat banyak orang terikat dan mengikat dirinya dalam pekerjaan. Ada yang begitu kecanduan bekerja sehingga mengabaikan kesehatan pribadi atau keluarganya.

Tidak sedikit juga yang terpaksa mengikuti alur dan budaya kerja yang menuntut seluruh waktu dan hidupnya untuk pekerjaan. Tetapi ada juga yang takut menjalani kerasnya dunia kerja, sehingga ia sering berpindah- pindah tempat pekerjaan.

Ini yang terkadang tidak dipahami oleh pemilik modal/pengusaha. Mereka sering menuntut pekerja untuk loyalitas kepadanya, padahal kapitalisme telah mengajari pekerja untuk loyal kepada uang.

Sikap permisif kita telah membuat kondisi diatas menjadi biasa dan tidak masalah. Satu sisi bisa dimaklumi, karena pekerja dalam posisi yang dilematis dan terpaksa dengan keadaan. Tetapi, ada juga yang menikmati kondisi yang seperti itu.

Bila merujuk dengan apa yang dikatakan oleh Antropolog David Graeber, bisa jadi, pekerja yang dikerjain sedang melakukan pekerjaan omong kosong atau bullshit job. Mengapa?. Karena, jika seseorang bekerja tetapi juga dikerjain, maka pekerjaan itu menjadi kurang bermakna atau berdampak.

Namun, bila anda adalah pekerja namun tidak dikerjain maka anda patut berbahagia dan jangan sia- siakan pekerjaan anda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun