Mohon tunggu...
Rian R
Rian R Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa Sarjana Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Matahari yang Tenggelam di Ufuk Timur

10 Februari 2019   11:32 Diperbarui: 10 Februari 2019   12:19 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.inc.com

Krisis moral anak bangsa terlebih lagi dikalangan pemuda belasan tahun sungguh menyeruak saat sekarang. Sebagai salah satu yang sekarang melewati "masa gila" itu, acapkali memerhatikan di setiap daerah bahkan di setiap komunitas yang tersebar sudah tidak tahu menahu akan nilai-nilai (values) kemanusiaan.

 Apalagi di dunia yang Kuntowijoyo telah lama mewanti pada tahun 1996 di Majalah Panji, "Industrialisasi adalah Realitas Objek Kita" dapat berpotensi mendegradasi moral anak bangsa. Saat ini apa yang dibilangnya sudah nampak di depan mata kita.

Industrialisasi selain memberikan dampak positif namun kita juga tidak bisa mengelakkan diri dari akibat-akibat negatif yang ditimbulkannya. Disebutkan Kuntowijoyo dalam Majalah Panji (1996), bahwa kenyataan masyarakat industrial cenderung universal, dapat mengaburkan identitas nasional, urbanisasi - kepadatan penduduk, kriminalitas sangat rentan terjadi. 

Dalam ruang lingkup yang diperinci lagi, permasalahan bagi pemuda seperti: free sex, amoral, hedonisme, orientasi hidup tidak jelas, tumbuh subur.

Sudilah kiranya kembali kepada masa lampau, menengok masa lampau yang berkenaan dengan itu dan kemudian dijadikan batu loncatan agar berbuat lebih baik lagi demi masa depan bangsa. Peristiwa-peritiwa diatas merefleksikan problematika akut telah dialami bangsa. Belajar dari masa lalu: peristiwa diberlakukannya "Opendeur Politiek" (Politik Pintu Terbuka) pada masa kolonial yang dulunya mematikan ekonomi sekaligus menggerus identitas pribumi di tanahnya juga bisa dijadikan pelajaran.

Budaya timur seakan cahaya terbit dengan segala pesona negerinya pun juga keelokan dari penduduknya kini semakin terkikis. Timur dan Barat itu sama saja, tak jauh bedanya. Pemuda yang didambakan bangsa 20-30 tahun kedepan sudah tercekoki. Mayoritas telah mengalami dekadensi moral yang oleh penyebabnya hanya gegara itu saja. Lalu timbul pertanyaan, apa yang salah dari kita sebenarnya?

Justru dalam menyikapi hal ini, mari bersama membangun mental bangsa yang kuat. Mental dari dalam diri ini yang harus di tata. Agar berbagai perubahan sosial dalam masyarakat dan dunia sanggup diatasinya. Tentu perlu juga kemampuan literasi dan pengetahuan yang cukup untuk itu.

Itulah sekarang tulisan pendek ini menjadi semacam alat pengingat bagi semuanya untuk mempertanyakan kemana program Revolusi Mental bersimbolkan salam dua jari yang didengung-dengungkan era kepemimpinan saat ini? 

Memang betul pembangunan (materialistis) lagi giat giatnya dilakukan, tetapi jika pembangunan in-depth (dari dalam) diri manusia tidak dibina, pantaslah kita melihat dari periode ke periode kepemimpinan, aspek pemuda terabaikan begitu saja? Tak heran kita mendengar berita di televisi kasus kasus amoralitas menjadikan pemuda sebagai trending topic nya.

Matahari yang semula terbenam di ufuk Barat sekarang berpindah tempat ke ufuk Timur. Sehinggapun para tetua berdasi yang sibuk mengejar asa dunia perlahan tahu bahwa dari dalam kantornya, mereka telah kehilangan cahaya. Perlahan mereka sadar, kepada siapa kelak bangsa ini diwarisi agar tetap bereksistensi dengan kokohnya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun