Tokoh ibu di dalam cerita ini meninggal setelah mendapatkan surat dari pemerintah. Alasan kematian yang tidak jelas, membuat aku semakin yakin, bahwa kematian beliau adalah akibat kemampuan yang membuatnya tak pernah bisa lupa dengan benda-benda yang menghilang.
Seiring berjalannya waktu, polisi kenanga semakin menggila. Mereka mengincar beberapa kerabat tokoh aku yang akhirnya memutuskan untuk bersembunyi di kota bahwa tanah yang katanya memang jadi pusat persembunyian odp yang tak bisa hilang ingatan.
Aku adalah seorang penulis dan kebetulan kenal dengan seorang editor yang juga tak bisa melupakan benda-benda yang hilang. Â
Aku khawatir kalau nanti si R, editor itu, juga ditangkap oleh polisi kenangan. Jadi, aku dan pria tua penjaga dermaga merencanakan untuk membuat kamar rahasia di bawah ruang kerja ayah aku yang seorang pengamat burung.
Setelah R tinggal bersama aku, R di dalam ruang rahasia, dan aku beraktivitas seperti biasa, alur ceritanya semakin mengikat dengan adanya penemuan barang-barang lama yang disembunyikan ibu aku di dalam patung-patung. Â
Ketika mendekati ending, ada kejadian gempa bumi yang membuat para pelarian yang bersembunyi di bawah tanah menjadi tertangkap oleh polisi kenangan.
Mendekati ending, benda yang hilang semakin banyak, termasuk novel yang menjadi mata pencaharian tokoh aku.
Akhirnya, yang hilang bukan lagi benda, melainkan anggota tubuh, mulai dari kaki kiri, tangan kanan, suara, sampai akhirnya manusia yang tersisa hanya yang tak bisa melupakan masa lalu.
Pesan Moral
Yah, pesan moral dari sebuah cerita sifatnya memang sangat relatif. Tiap individu bisa menangkap pesan yang berbeda, tergantung dari perspektif pembaca masing-masing.
Di dalam buku ini, saya merasa bahwa penulis sedikit menyindir tindak tanduk pemerintah yang banyak melakukan pembungkaman terhadap rakyatnya sendiri.