Meskipun judul reviewnya sangat berbau politik, kisah novel ini sama sekali nggak menuju ke arah sana. Buku The Memory Police merupakan jenis thriller yang anehnya terasa ringan tapi tetap mencekam. Nah, loh, maksudnya apa sih?
Buku ini berhasil menciptakan suasana mencekam, tapi nggak pakai darah-darahan, nggak pakai adegan pembunuhan, semua perasaan takut dikemas dalam teror tak jelas yang dilakukan oleh pihak pemerintah melalui profesi bernama polisi kenangan.
Jadi, berikut ini sinopsisnya.
Btw, di dalam buku ini tidak ada nama tokoh yang jelas. Tokoh utamanya hanya dikenali dengan kata aku, lalu editornya bernama R, dan tokoh sampingan lain yang diberi julukan sesuka penulisnya, seperti pria tua penjaga dermaga, pria tua penjual topi, dan lain-lain.
Sinopsis
Di bab awal, pembaca langsung ditunjukkan tentang aturan yang ada dalam dunia novel memory Police dengan adegan seorang ibu dan tokoh aku. Dalam bab 1 itu, ibu tokoh aku adalah salah satu tokoh yang tidak mengalami hilang ingatan sebagaimana penduduk lainnya.
Jadi, meskipun pemerintah sudah menghapus berbagai benda, seperti parfum atau permen lemon, tokoh ibu ini masih bisa mengingat segalanya untuk kemudian ia ceritakan pada anaknya.
Karena anaknya normal, ia tidak bisa mencium bau parfum karena benda itu sudah dihilangkan dari semesta novel tersebut.
Begitulah kira-kira pembredelan ingatan di pulau itu bekerja. Sebuah benda menghilang, penduduknya kehilangan pengetahuan ataupun memori tentang benda itu perlahan, sisa benda yang masih ada akan dibereskan, dibumihanguskan, dan dilenyapkan oleh polisi kenangan.
Polisi kenangan ini jugalah yang akan melakukan pendeteksian tentang keberadaan penduduk yang tak bisa lupa tentang benda-benda yang sudah hilang, salah satunya adalah ibunya aku.