Mohon tunggu...
Rian Umbu
Rian Umbu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Jalanan

Menulis Membuka Pikiran Baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ayahku Seorang Petani

23 Januari 2021   10:01 Diperbarui: 23 Januari 2021   10:10 8957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Saya bingung hendak memulai dari mana tulisan sederhana ini. Saya sempat terpleset dalam memilih diksi yang hendak membuat pembaca setia tulisan saya tidak ambiguitas dalam menafsirkan makna yang tersirat. Namun, saya mencoba memulai dengan diksi yang tidak bermakna ganda agar pembaca bisa merasa memiliki coretan saya ini. Ew..judulnya "Ayahku seorang petani" ko saya malah memilih narasi itu sebagai pengantar?

Di sini, dilayar beranda facebook saudaraku semua, saya tidak bermaksud memperkenalkan siapa ayah saya, namun saya hanya mencoba belajar menulis sesuatu yang membuat saya semakin bergulat dalam dunia tulisan dengan bermodalkan pensil bekas dan kertas usang. hehehehe....ko belum ada isi dari judul itu ya?

Baik, saya akan menuliskan sedikit kisah perjuangan seorang lelaki tangguh yang hanya sebagai petani tulen, namun mampu membuat anak-anaknya bahagia.

Sebut saja, bapak Vinsen. Ya...nama dari anak pertama yang akrab disapa oleh banyak orang. Ayah saya juga humoris. Kalau sudah mengenal lebih dekat, pasti sudah tahu seperti apa "kalakar" ayah saya. Dia adalah seorang yang bekerja di bidang pertanian(bukan pegawai dinas pertanian ya,,). Dia seorang lelaki yang menekuni hidupnya untuk bertani setiap harinya. Bukan hanya bertani, ayah saya juga memelihar hewan ternak.

Saya merasa paling beruntung memiliki ayah seperti dirinya. Di mana, dirinya sangat menyayangi ibu dari anak-anaknya. Perjuangan dalam bertani juga tidak bisa saya hitung sudah berapa tahun. Bagi saya, dia adalah lelaki petarung sejati. Bermodalkan hewan ternak, hasil pertanian, ayah saya mampu menyekolahkan kami(anaknya) untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

Saat ini, umurnya semakin menua, namun tidak membuatnya untuk tidak melakukan aktivitasnya seperti biasa. Saya sungguh berterimakasih kepada Sang Pencipta karena masih memberikan umur panjang dan kesehatan. Hingga kami(anaknya) sudah memiliki usia yang cukup dewasa, dia masih berkesimpun dalam dunia pertanian. Lahan kebunnya sungguh membuahkan hasil. Dirinya tidak sendiri. Diriya didampingi oleh seorang ibu yang begitu tulus mencintainya. Lengkaplah kebahagian itu.

Ayah saya selalu mengajarkan kami cara bertani yang baik. Menurutnya "Nak, kadang ketika kita hendak menanamkan sesuatu, belum tentu mendapatkan hasil yang kita inginkan, namun teruslah menanam, karena proses itu sangat menghargai kerja keras seseoarng",. Nah...pernyataan itu sungguh menjadi inspirasi dalam hidup saya.

Ternyata, menjadi seorang petani tidak mudah. Kerja sudah kotor, makan tidak teratur. Bahkan ada yang menganggap bahwa pekerjaan sebagai petani adalah pekerjaan yang "kotor". Ada juga yang malu punya keluarga petani. Namun tidak bagi kami. Kami sebagai anak petani sangat bersyukur. Karena masih bisa melanjutkan hidup dengan kebahagiaan.

Terimakasih ayah, engkaulah pemimpin yang sebenarnya. Engkaulah lelaki petarung sejati sebenarna. Tanapa dirimu, kami belum tentu jadi manusia yang baik.

Kabail Dana,23-01-2021
#Anak_Desa
#Anak_Petani

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun