Banyuwangi, 24 Juli 2025 — Warga Desa Kedungwungu, Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi kembali melaksanakan tradisi tahunan Bersih Desa dengan tajuk "Resik Deso, Resik Ati: Lestari Tradisi, Lestari Bumi". Kegiatan ini digelar pada tanggal 10 hingga 12 Juli 2025, bertepatan dengan masuknya bulan Suro (Muharram) dalam penanggalan Jawa dan Hijriyah.
Bersih Desa merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Kedungwungu sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penghormatan terhadap leluhur, serta upaya menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan spiritualitas.
Rangkaian kegiatan dimulai sejak tanggal 10 Juli dengan kerja bakti massal oleh warga untuk membersihkan lingkungan desa, seperti jalan utama, balai desa, tempat ibadah, hingga makam leluhur. Kegiatan ini juga melibatkan pemuda karang taruna, ibu-ibu PKK, serta tokoh masyarakat.
Pada hari kedua, dilaksanakan selamatan desa dan doa bersama di balai desa yang dihadiri oleh perangkat desa, tokoh adat, dan seluruh elemen masyarakat. Selain itu juga dilaksanakan selamatena doa Bersama bagi umat hindu yang terdapat di Desa kedungwungu. Acara ini diisi dengan pembacaan tahlil, doa keselamatan, serta pemotongan tumpeng sebagai simbol rasa syukur dan harapan untuk tahun yang lebih baik.
Kegiatan ditutup pada 12 Juli dengan pertunjukkan wayang kulit semalam suntuk dilanjut paginya dengan acara ruwatan yaitu upacara adat yang dilakukan untuk menolak bala (kesialan) atau membersihkan seseorang dari nasib buruk, menurut kepercayaan tradisional Jawa. Ruwatan sering ditujukan bagi orang-orang yang dianggap "sukerta" (mempunyai potensi kesialan), seperti anak tunggal atau anak dengan urutan lahir tertentu. Tujuannya adalah untuk memohon keselamatan, kesejahteraan, dan ketenangan batin, serta menjaga harmoni antara manusia dan alam. Masyarakat dari berbagai dusun berkumpul bersama untuk menyaksikan acara tersebut sebagai simbol persatuan dan kebersamaan.
Kepala Desa Kedungwungu, Bapak Sugiyono menyampaikan bahwa tradisi ini penting untuk terus dilestarikan di tengah kemajuan zaman. “Melalui kegiatan ini, kami ingin menanamkan nilai-nilai budaya dan gotong royong kepada generasi muda. Bersih desa bukan hanya tentang membersihkan lingkungan, tetapi juga membersihkan hati dan mempererat hubungan sosial di masyarakat,” jelasnya.
Antusiasme warga sangat tinggi, terbukti dengan keterlibatan aktif dari seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga lansia. Tak sedikit pula warga perantauan yang sengaja pulang kampung untuk mengikuti acara tahunan ini. Dengan terselenggaranya kegiatan “Resik Deso, Resik Ati”, Desa Kedungwungu menunjukkan komitmennya dalam menjaga dan mewariskan budaya lokal sebagai bagian dari identitas dan kekayaan bangsa. Tradisi ini menjadi pengingat bahwa kelestarian bumi berawal dari kesadaran kolektif untuk hidup selaras dengan alam dan sesama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI