Mohon tunggu...
Ria Mi
Ria Mi Mohon Tunggu... Guru - Menulis memotivasi diri

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meneladani Kartini di Era Pandemi

22 April 2022   15:36 Diperbarui: 22 April 2022   15:46 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Meneladani Kartini di Era Pandemi

Oleh: Riami

Kartini merupakan female power yang hebat, sebagai salah satu tokoh perempuan Indonesia. Sosok perempuan bangsawan, Kartini hidup di zamannya yang serba pingitan. Tapi mengapa Katini bisa hebat dan di kenang orang bahkan sampai manca negara. Tentu bukan hanya sekedar kecantikan fisik yang menyebabkan ia termasyur seantero jagat. Mari kita pelajari hal hal yang dilakukan Kartini pada masanya yang mungkin hampir sama dialami oleh wanita bahkan bangsa di dunia saat ini yaitu masa pingitan. Kartini dipingit karena kondisi budaya yang mengharuskan dia memang seperti itu keadaannya, perempuan Indonesia kala itu tidak boleh sekolah dan harus berada di rumah. Sekarang perempuan Indonesia mungkin sudah lama dicengkeram keadaan pandemi kurang lebih tiga tahun. Ini berpengaruh terhadap banyak hal, khususnya perempuan baik secara ekonomi dan dunia kerja.

Bahkan kondisi ini masih lebih baik di banding masa Kartini. Kartini di pingit waktu itu media sosial dan alat komunikasi belum secanggih saat ini. Belum ada komputer, belum ada internet, belum ada gawai, bahkan belum ada pasar online. Tapi hal ini tidak menjadikan Kartini lemah, berdiam di rumah dan menjadi bodoh. Apa yang dilakukan Kartini dalam kondisi beliau di pingit?

Hal pertama yang dilakukan Kartini adalah pemahaman terhadap kualitas diri sebagai perempuan. Ia tidak patah semangat dalam menggali potensi yang dimiliki. dengan terus banyak membaca buku. Nah bagaimana Kartini masa kini? Yang hidupnya harus diam di rumah karena pandemi? Kita harus membangun keyakinan bahwa penguasa kekayaan di bumi dan langit ini adalah Tuhan yang mahaesa. Maka jangan berhenti membaca. Membaca ayat Tuhan, membaca situasi, membaca buku-buku ketrampilan yang bisa meningkatkan kualitas diri sebagai perempuan yang berkualitas dan tidak lemah dalam menghadapi situasi.

Membaca ayat Tuhan di bulan dengan membiasakan diri membaca kalam Tuhan dalam agama yang kita anut, agar pripadi menjadi kuat dan berbudi. Tetap tanamkan keyakinan bahwa pasti ada solusi dalam kondisi pelik yang diujikan Tuhan. Selanjutnya kita jangan lupa membaca dan belajar bahasa agar kita tak ketinggalan dengan perempuan-perempuan di negara maju yang sudah bisa memenuhi kebutuhan dan hajatnya sendiri sebagai manusia yang diberi Tuhan kesempurnaan lahir juga batin. Kalau dulu kartini belum ada gawai Kartini bisa belajar bahasa, jadi meski beliau tidak melanjutkan sekolah yang tinggi tapi menguasai bahasa asing juga berbagai ketrampilan yang dimiliki dengan membaca dan tak lelah belajar. Nah sekarang apa yang susah di zaman digital yang serba canggih ini? Kita bisa belajar bahasa di dunia dengan berbagai aplikasi yang ada di gawai. Juga belajar ketrampilan mulai memasak, menjahit, merajut dan sebagainya di dalam gawai.

Kalau toh memang belum memiliki gawai, pandai pandailah bergaul dengan sesama manusia. Pilihlah mereka yang bisa meningkatkan kapasitas kita sebagai perempuan tanpa meninggalkan kodrat. Banyak wanita sukses menjadi guru, dokter, tentara, pengrajin. Kita masih ingat bagaimana Umayyah memperjuangkan usaha bordir agar bisa maju. Suatu hari saya pernah naik gojek, driver-nya perempuan. Sepulang wisuda anak saya yang pertama itu jam 10 malam. Beberapa driver menolak permintaan saya karena rumah saya jauh di desa. Tetapi tidak kusangka seorang driver perempuan menerima permintaanku dan mengantarku pulang. Tantangan di jalan lebih beresiko dibanding laki-laki, padahal banyak driver laki laki yang menolak dengan alasan tujuan jauh.

Lalu sepanjang jalan dia kisahkan hidupnya dengan penuh semangat. Bahwa dia yakin Tuhan melindunginya dalam perjalanan karena dia dititipi 3 anak di rumah, yang masih  butuh sekali perhatian dan perjuangannya. Saya tanya, ayahnya kerja di mana kata dia ayahnya sudah menikah lagi. Ada rasa malu dalam diri ini. Betapa hebat dan kuat wanita ini. Di sinilah wanita kadang dituntut untuk tegar dan selalu belajar mengoptimalkan kemampuan diri, dan tidak terpuruk dalam hempasan zaman. Literasi amat penting dalam era yang serba genting dalam masa pandemi yang serba tidak menentu dalam kondisi zaman.

Selain membaca apa yang dilakukan Kartini sebagai perempuan melihat bangsanya yang mengalami keterpurukan lebih dibanding dirinya? Kartini selalu berbagi ilmu untuk kaumnya. Menjahit, menyulam juga membaca diajarkannya bagi kawan-kawan perempuannya juga orang di sekitar rumah yang tak bisa mengenyam pendidikan. Semboyan Kartini "Karena ada bunga yang mati, maka banyaklah buah yang tumbuh." (pontianak.tribunnews.com, 20 April 2020) diunduh Riami, 21 April 2022. Dari membaca ini, sebagai wanita meneladani Kartini berarti kita harus berbagi ilmu apa saja yang bermanfaat buat kehidupan yang bermanfaat dan bermartabat.

Selanjutnya di dalam artikel itu disampaikan oleh Kartini dalam semboyannya: "Jangan menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena selangkah lagi untuk menang." Satu lagi saya kutip yang penting dalam artikel tersebut, "wanita harus mandiri."

Sekiranya beberapa hal penting meneladani Kartini, yaitu keyakinan kepada Tuhan yang kuat, selalu berliterasi agar perempuan lebih maju, tetap menjaga kodrat sebagai perempuan, berbagi ilmu, tidak menyerah dan mandiri, adalah hal yang amat penting di era pandemi yang sangat sulit ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun