Mohon tunggu...
Ria Fachria
Ria Fachria Mohon Tunggu... Novelis - Menulis, menghargai diri dalam kata

Seorang penulis yang masih belajar mengeja kata baik sebagai Content Writer, Ghost writer, dan penulis novel anak dan dewasa. Penulis menyukai budaya, alam dan segala senti ciptaan Tuhan di jagad raya yang terbentang luas ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dokter Hati

9 Januari 2021   06:00 Diperbarui: 9 Januari 2021   06:53 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: pixabay

Tak ada seorangpun di dunia ini yang mampu melihat hakikatnya hati. Seperti kata sebuah pepatah, dalamnya laut kita bisa tahu, dalamnya hati siapa tahu.

Hanya si pemilik hati dan Sang Penggenggam hati saja yang bisa tahu isi hati manusia sesungguhnya. Oleh sebab itu pula, bila kita rajin memperhatikan penampilan fisik, jangan lupa memperhatikan juga penampilan hati.

Ketahuilah, sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila dia baik maka jasad tersebut akan menjadi baik, dan sebaliknya apabila dia buruk maka jasad tersebut akan menjadi buruk, Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah “Qolbu” yaitu hati “. (Hadis Riwayat Bukhori)

Hati adalah raja dalam tubuh manusia. Ia yang menguasai baik buruknya sikap manusia. Jika hati itu baik, maka akan tercermin lewat laku dan kata yang ditampakan.

Pernahkah suatu ketika kita memasuki toilet, dan kita merasa tidak nyaman dengan kotoran yang belum di bersihkan sebelumnya, kotoran itu bukan hanya mengganggu pandangan mata, namun juga penciuman dan saluran pernapasan. Bahkan kita akan menjadi berburuk sangka kepada orang lain disekitar yang juga menggunakan toilet yang sama. Mengapa mereka tak membersihkan toilet setelah menyelesaikan hajatnya. Timbul buruk sangka yang menghasilkan penyakit di jiwa akibat ulah toilet yang tak dibersihkan.

Jika toilet adalah tempat bermuaranya limbah dari tubuh manusia, maka hati juga bisa menjadi sarana pembuangan racun bagi segala ulah manusia. Maka kita sebagai pemilik raja segala perangai ini, harus senantiasa bisa menjadi petugas kebersihan dan dokter untuk menyembuhkan penyakit hati akibat penuh sampah dunia.

Selain rajin membersihkan diri, kita juga sebaiknya rajin memeriksakan kondisi hati kita. Sebagai manusia tempatnya silap dan alpa, tak dapat dipungkiri kalau hati kita acap kali berubah-ubah. 

Pertama, ada kalanya hati kita bersih.

Saat seperti ini, ketika kita sedang dekat dengan Sang Pencipta hati. Ia senantiasa mengingat Allah  dalam segala langkah. Hati yang bersih tidak suka akan keadaan yang dapat melalaikannya, membuang-buang waktu dengan hal yang tak bermanfaat dan senantiasa sedih bila melakukan kesalahan. Hati seperti ini hanya berpaut pada Tuhannya saja. Jika ia membenci, bencinya karena Allah. Jika ia mencintai, cintanya karena Allah semata.

Hati yang bersih selalu waspada terhadap pandangan Sang Penggenggam hati.

2. Hati Yang Mati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun