Mohon tunggu...
Ria amelia
Ria amelia Mohon Tunggu... Konsultan - Jangan Lupa Bahagia:)

Jangan Lupa Bahagia:)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Follow Up" Bromo, Mengukir Relief Harapan di Puncak Keabadian

9 November 2018   22:52 Diperbarui: 9 November 2018   23:15 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
  
dokpri
dokpri
Pagi ini adalah hari yang kami nanti-nantikan, senandung dinginnya malam di desa ini berhasil kami bungkam dengan selimut-selimut tebal yang telah disediakan oleh warga. 

Suara adzan subuh dari kampung sebelah beriringan dengan alarm yang telah kami setel. Rencananya pagi ini kami akan menikmati jalinan embun pagi dengan berjalan-jalan disekitar perkebunan warga, namun rintik gerimis membuat kami hanya bisa mengitari rumah warga yang kami inapi. 

dokpri
dokpri
Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, tandanya kami sudah harus menjalankan run down acara yang kami susun. Kegiatan yang pertama kami lakukan adalah membaca bersama anak-anak. Anak-anak begitu antusias memilih buku yang kami bawa dari Jogja untuk mereka baca, ada yang yang mengeja sambil terbata-bata, membolak-balik lembaran buku dan ada pula yang berusaha keras membentuk pola dari buku pop up. 

Bahagia rasanya melihat anak-anak disini bersemangat untuk membuka lemberan jendela dunia. Rundown selanjutnya adalah memulai proses pembelajaran. Kelompok siswa disini kami bagi menjadi tiga kelompok.

Kelompok yang pertama berisi siswa kelas 1 dan 2, kelompok kedua berisi kelas 3 dan 4 dan kelompok yang ketiga adalah kelas 5 dan 6. Pembelajaran akan kami jalankan dengan sistem moving class.      

  

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Kelas pertama yang akan kami mainkan adalah kelas profesi dan cita-cita. Dikelas ini kami membagi lagi siswa menjadi dua kelompok. Ada kertas berbentuk bulatan berwarna warni yang kami bagikan ke anak-anak. Mereka ditugasi untuk menggambar cita-cita mereka masing-masing dengan pensil warna yang mereka bawa. 

Setelah selesai, kami membantu mereka untuk menempelnya dikertas karton yang telah kami sediakan. Nampak warna-warni gambar mereka, ada yang ingin berprofesi sebagai guru, polisi, dokter, bidan, presiden, pemadam kebakaran, penyanyi dan masih banyak lagi. 

Mereka kembali kekelompoknya untuk mempraktekan cita-cita mereka, dengan malu-malu mereka mempraktekkan profesi yang mereka impikan bahkan ada yang tak mau maju karena sangat pemalu. Tapi kami terus memberi semangat kepada mereka agar mereka percaya diri tampil di depan teman-temannya untuk mempraktikan impian mereka. 

Karena nilai utama yang ingin kami selipkan dalam pembelajaran ini adalah berani bermimpi dan percaya diri. Dari mereka ada yang bernyanyi, ada yang berpura-pura mengajar siswa, ada yang mengatur lalu lintas dan memeriksa pasien. Anak-anak di desa Ngadirejo ini relatif mudah untuk diajak berkonsentrasi dan bekerjasama saat belajar, hal ini mungkin karena mereka masih jauh dari gadget yang hanya mendominasi fikiran mereka pada dunia maya. 

Mereka dengan mudah berinteraksi secara nyata dengan orang lain disekitarnya. Tiba-tiba ada anak dari kelompok lain yang jawabannya membuatku tertegun saat kutanya apa cita-citanya, dia menjawab ingin jadi pembantu. Profesi ini santi cita-citakan mungkin karena banyaknya melihat warga desa Ngadirejo yang pergi ke ibu kota untuk mengadu nasib sebagai pembantu, namun kami tak menyerah. 

Kami tetap berusaha menjelaskan ke anak-anak bahwa desa mereka ini adalah desa yang subur dan menyimpan kekayaan alam yang melimpah, sehingga jika besar nanti dengan segenap ilmu yang mereka miliki pulanglah ke desa ini untuk mengolah pertanian mereka sendiri. Sehingga mereka dapat meneruskan leluhur nenek moyang mereka untuk berkehidupan yang sejahtera dari alam mereka sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun