Mohon tunggu...
Rheina TamaraTarigan
Rheina TamaraTarigan Mohon Tunggu... Aktris - pelajar

Life is full of choices

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Isu Kedokteran (Penerapan Diet Keto)

19 Agustus 2019   21:07 Diperbarui: 19 Agustus 2019   21:17 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Diet keto memiliki definisi diet dengan asupan makanan berupa karbohidrat yang sangat rendah, protein dalam jumlah sedang, tinggi lemak, serta nol gula. Diet ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1920-an untuk mengobati para penderita epilepsi3. Efek diet ini terhadap penderita epilepsi memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pasien yang bersangkutan. Diet ini juga dapat membantu penyembuhan penyakit-penyakit kardiovaskular, seperti diabetes tingkat 2 dan hipertensi, serta penyakit obesitas1,2. Sejarah penerapan diet keto ini mulai benar-benar berkembang pada tahun 1972 ketika seorang dokter berkebangsaan Amerika beranama Robert C. Atkins merilis buku terbaiknya mengenai diet keto. Dirintis dengan nama 'diet Atkins', diet ini lebih dikenal orang banyak dengan nama 'diet keto'[3].

Beberapa tahun belakangan ini, penerapan diet keto mulai populer disertai dengan pro dan kontra dari berbagai kalangan di nusantara. Argumen-argumen di masyarakat mengenai diet ini pun beragam. Beberapa argumen penentang antara lain adalah : 1) bahwa diet dengan kadar lemak yang tinggi dapat menyebabkan berbagai penyakit kardiovaskular, 2) diet keto adalah pola diet yang membutuhkan dana yang besar, serta 3) diet yang hanya tidak mengonsumsi nasi. Adapun argumen-argumen pendukung antara lain adalah : 1) Diet ini dapat dengan cepat menurunkan berat badan, 2) diet ini dapat mengontrol gula darah sehingga dosis obat bagi para penderita penyakit-penyakit metabolisme dapat dikurangi bahkan dalam beberapa kasus, pasien tidak perlu mengonsumsi obat-obatan yang bersangkutan.

Perlu diperhatikan bahwa efek diet low-carbo pada penderita diabetes terjadi dengan cepat dan didokumentasikan dengan baik. Namun, penelitian komplit mengenai diet ini sendiri belum dapat dipastikan sekarang dan perlu investigasi jangka panjang. Seperti yang kita tahu, setiap orang mempunyai kadar toleransi karbohidratnya masing-masing di waktu tertentu pula. Umumnya, tubuh manusia menghasilkan energi yang berasal dari pembakaran glukosa yang merupakan pemecahan dari karbohidrat1. Namun, pada penerapan diet keto, fungsi penghasilan energi ini digantikan oleh keton yang berasal dari pemecahan lemak4. Karena diet ini terdiri dari jumlah lemak yang tinggi dan karbohidrat yang sangat rendah, tubuh yang tadinya selalu mempunyai asupan karbohidrat yang cukup memasuki fase ketosis. Fase ketosis adalah fase ketika begitu sedikitnya jumlah karbohidrat dalam tubuh, sehingga mau tidak mau, tubuh menghasilkan energi dengan mengambil lemak, yang dalam tubuh bentuknya keton. Inti dari diet ini sebenarnya adalah fakta bahwa glukosa sangat tidak penting bagi tubuh.

Nol gula pada penerapan diet keto hadir dengan fungsinya juga, yaitu agar tubuh tetap mendapatkan nutrisi yang asalnya dari lemak. Ketika tubuh manusia yang pada umumnya mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak, contohnya dengan mengonsumsi nasi dengan berbagai macam ikannya, selain memperoleh glukosa dari karbohidrat ( dalam kasus ini nasi), tubuh juga mengonsumsi lemak, sehingga yang akhirnya dibakar tubuh adalah karbohidrat sedangkan lemak yang tadi diperoleh akan tetap berada di tubuh. Dengan demikian, berat badan semakin meningkat. Dengan diet keto yang asupan karbohidratnya sangat kecil, tubuh sudah mendapatkan apa yang memang dibutuhkannya, yaitu energi yang berasal dari keton. Perubahan dari glukosa menjadi keton inilah yang menjadi dasar dari penerapan diet keto atau ketogenic diet. 

Penerapan diet keto sendiri masih membutuhkan penelitian berkelanjutan mengingat tingkat keamanannya masih belum dapat dipastikan[3,4]. Meskipun begitu, saya berpendapat bahwa diet keto adalah diet yang layak dicoba karena memiliki banyak manfaat. Pengaruh penerapan diet keto terhadap pasien penyakit kardiovaskular dan penyakit-penyakit metabolisme dapat memberikan pengaruh positif dalam pengontrolan kadar glikemik dalam tubuh1. Pengaruh ini dapat menjadi lebih optimal apabila diet ini telah dijadikan pola hidup atau lifestyle. Benar bahwa nasi adalah menu yang dilarang dalam penerapan diet keto, namun bukan berarti orang yang bersangkutan dapat mengonsumsi seluruh jenis makanan lainnya selain nasi. Beberapa contoh makanan yang dapat dikonsumsi dalam penerapan diet keto adalah : daging, daging ikan, minyak, mentega, plain yoghurt, sayur-sayuran, keju, serta berbagai macam buah beri.

Selain itu, diet keto dapat mulai diterapkan dalam kehidupan manusia secara masal dan akan lebih terasa lagi pengaruhnya apabila diet ini diterapkan sebagai lifestyle. Pengaruh yang mungkin dapat terjadi di Indonesia adalah dalam sektor ekonominya. Indonesia dapat mengembangkan sektor ekonomi peternakan dan perikanan karena konsumsi beras akan menurun, serta Indonesia tidak perlu mengimpor beras dari mancanegara lagi. Dari sudut pandang medis, asuransi kesehatan negara Indonesia dapat menyeimbangkan investasi keuangannya dengan cara mengurangi investasi kepada obat-obatan penyakit metabolik dan kardiovaskular mengingat kedua penyakit inilah yang menrajai dunia perobatan sekarang. Asuransi kesehatan negara Indonesia dapat mengivestasikan dananya kepada sektor lain dari kesehatan. Saya berharap banyak orang yang akan semakin menyadari bahwa tidak hanya dibutuhkan pihak medis dalam penelitian ini, namun kasus ini juga membutuhkan bantuan dari pihak-pihak pemerintahan dari berbagai macam sektor.

References :

  • Brinkworth, GD, Noakes M, Buckley JD et al. The american journal of clinical nutrition. The American Journal of Clinical Nutrition. 2009 May 13[cited 2019 Aug 1];90(1):23-32.
  • Davis NJ, Tomuta N, Schechter C, Isasi CR et al. Diabetes care. Comparative study of the effects of a 1-year dietary intervention of a low-carbohydrate Diet Versus a Low-Fat Diet on Weight and Glycemic Control in Type 2 Diabetes. 2009 Jul; 32(7): 1147-1152.
  • Lutas A, Yellen G. Trends in Neurosciences. The ketogenic diet: metabolic influences on brain excitability and epilepsy. 2013 Jan; 36(1):32-40.
  • McDaniel SS, Rensing NR, Liu LT et al. Epilepsia. The ketogenic diet inhibits the mammalian target of rapamycin (mTOR) pathway. 2011 Mar 3; 52(3): 7-11.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun