Mohon tunggu...
Rofiqah Husna
Rofiqah Husna Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Only Human

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Di Usia Renta, Bu War Tetap Semangat Menjual Nasi Uduk

16 Juni 2021   11:32 Diperbarui: 16 Juni 2021   11:55 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Nasi Uduk Bu War / dokpri

Meskipun sudah di usia yang seharusnya memiliki waktu untuk beristirahat, Bu War tetap semangat untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan membantu mahasiswa Universitas Muhammadiyah dalam mencari sarapan dengan berjualan Nasi Uduk.

Di sekitar kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terdapat banyak warung atau tempat makan yang memfasilitasi mahasiswa UMY untuk mencari makan dengan mudah. Salah satunya yaitu Warung Makan “Bu War” yang buka setiap pagi di hari Senin-Jumat. 

Selama bulan Puasa ia juga sering membuka warung walaupun tidak setiap hari. Terdapat banyak pilihan lauk yang terus berganti setiap harinya. Pemilik warung tersebut bernama War yang sering disebut Bu War, wanita berumur 60 tahun itu mulai membuka warung nasi uduk sejak 6 tahun yang lalu. 

Warung Makan “Bu War” terletak di Jalan Rajawali, Ngebel, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Warung makan ini ramai didatangi oleh mahasiswa maupun mahasiswi UMY yang ingin membeli sarapan. Warung makan ini menjual nasi uduk beserta lauk pauknya.

Bu War Sedang Melayani Pembeli / dokpri
Bu War Sedang Melayani Pembeli / dokpri
Bu War sendiri merupakan bukan warga asli Yogyakarta, Ia berasal dari Bekasi dan merantau ke Yogyakarta. Di usianya yang sudah lanjut ini Bu War tinggal sendirian di Yogyakarta karena anak-anaknya berada di Bekasi. Di masa pandemi Covid-19 ini membuat Bu War sudah 2 tahun tidak mudik ke Bekasi tempat anak-anaknya tinggal ia lebih memilih untuk berlebaran di Yogyakarta.

“Ya sudah 2 tahun belakangan ini saya tidak mudik ke Bekasi karena adanya pandemi ini jadi saya memutuskan untuk tetap di Yogyakarta,” Ujar Bu War.

Bu War sempat tinggal disalah satu kontrakan dekat warungnya, tetapi sudah beberapa tahun belakangan ini Bu war tidak melanjutkan mengontrak di sana karena terkendala dengan dana dan ia memilih untuk tinggal di warungnya dengan barang yang seadanya bahkan ia menjadikan meja untuk menjadi tempat tidurnya tanpa beralaskan kasur.

Setiap sore hari Ia mengayuh sepedanya dengan semangat untuk membeli bahan makanan untuk masakannya di pasar atau tukang sayur. Malam harinya ia mulai menyiapkan masakan dengan memotong sayur-sayuran, ati-ampela, tempe dan bahan-bahan yang lainnya. Kemudian pada dini hari ia mulai memasak nasi uduk dan lauk pauknya. Apalagi selama bulan puasa ia harus lebih awal untuk berjualan nasi uduk pada waktu sahur.

“Daripada kerjaan saya hanya tidur lebih baik saya mencoba untuk membuka warung nasi uduk saja walaupun Mahasiswa belum pada banyak yang di Jogja. Untungnya emang tidak sama dengan hari biasanya. Di hari biasa saya menyiapkan sekitar 20kg beras tetapi dimasa pandemi ini saya hanya menyiapkan sekitar 9kg-15kg saja” Ujar Bu War.

Kisah ini dapat menginspirasi kaum muda untuk selalu bersemangat dalam mengerjakan apapun walaupun dalam keadaan yang bisa dikatakan sedang tidak baik-baik saja tetapi percayalah suatu masalah itu akan menemukan jalan keluarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun