Mohon tunggu...
Rezky  Metra Satrio
Rezky Metra Satrio Mohon Tunggu... Mahasiswa

Media enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

War Is Hell

15 Juni 2025   16:18 Diperbarui: 15 Juni 2025   16:18 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

"Perang adalah neraka." Kalimat ini pernah diucapkan oleh Jenderal William Tecumseh Sherman dalam masa Perang Sipil Amerika. Ungkapan sederhana namun menggambarkan betapa mengerikannya kenyataan yang terjadi di medan perang.

Dari waktu ke waktu, peradaban manusia terus diwarnai konflik. Rekonsiliasi dilakukan, perundingan dibentuk, namun perdamaian yang terwujud kerap bersifat sementara. Mudah dikhianati, mudah dilupakan. Martabat kemanusiaan seakan kehilangan nilainya.

Lihatlah dunia hari ini. Di berbagai belahan bumi, rakyat menjadi korban keserakahan dan ambisi kekuasaan. Dari Afrika hingga Timur Tengah, penderitaan adalah bahasa sehari-hari. lantas Pemimpinnya? Sedang duduk dibangku hangat dengan kudapan lezat yang memenuhi meja panjang sembari berdiskusi tentang keuntungan yang bisa diraih dan berapa banyak lagi nyawa yang masih bisa dikorbankan.

Perang hadir seperti semut hitam di atas batu hitam pada malam yang gelap. Sulit terlihat, tetapi keberadaannya sangat nyata. Namun anehnya, perang masih sering dianggap sebagai lambang kejayaan. Padahal tebalnya buku sejarah sudah memberikan bukti bahwa perang hanya berisi penderitaan dan luka yang berkepanjangan.

Realitas Perang: Neraka di Bumi

Tidak mengherankan memang, sebab di era hiburan digital, perang diromantisasi lewat film dan video game yang menggambarkan sebuah aksi non-stop dimana pemeran utama berjuang menghadapi musuh, menembus markas, dan kembali sebagai pahlawan yang membawa kejayaan negara di pundaknya. Membanggakan? Memang, tapi kenyataannya? perang nyata tidak punya tombol "respawn", tidak ada checkpoint, semua rasa sakit dan kehilangan yang dirasakan tidak akan hilang hanya karena animasi healing atau cutscene berdurasi 1-15 detik.

Perang merampas segalanya. Rumah, pekerjaan, keluarga, kehidupan, bahkan senyuman pun bisa hilang seketika. Menurut data dari OurWorldinData.org (2024), lebih dari 37 juta tentara tewas dalam berbagai perang sejak tahun 1800 – 2011. Angka ini belum mencakup korban sipil, kelaparan, atau penyakit yang muncul akibat konflik.

Dalam dua puluh tahun terakhir, konflik di Afghanistan, Irak, Suriah, Yaman, Kongo, Sudan, dan Ukraina telah menewaskan jutaan orang (Britannica, 2023).

Dan hari ini, dunia menyaksikan tragedi yang terus berlangsung di Gaza. Sejak Oktober 2023, lebih dari 55.000 warga sipil Palestina terbunuh dalam agresi Israel, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak (Middle East Eye, 2025).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun