Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Dukung dan kunjungi channel Karyakarsa : Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mengenal Teknik Bridging dalam Siaran Radio

3 Agustus 2020   09:43 Diperbarui: 7 April 2021   10:11 9656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penyiar radio | KONTAN/Achmad Fauzie

Tak disangka artikel receh yang baru kemarin tayang berjudul, "Seperti Apa sih Rasanya Menjadi Seorang Penyiar Radio?" Akan disambut meriah dan mendapat komentar positif dari teman-teman Kompasianer.

Padahal itu hanya cerita ringan, sepotong kisah berupa pengalaman saya dulu menjadi announcer amatiran. Rasanya tak lengkap kalau hanya berbagi pengalaman tanpa membagikan sedikit ilmu tentang siaran.

Jadi, kali ini saya akan berbagi suatu teknik yang biasa dipakai ketika sedang siaran radio, yaitu teknik "Bridging".

Sebuah teknik yang mungkin baru Anda dengar, tapi sebenarnya teknik ini sangat sederhana dan sering digunakan pada saat sedang mempromosikan atau mengiklankan suatu produk.Teknik bridging merupakan suatu skill yang wajib dikuasai oleh setiap penyiar radio. Karena lewat skill bridging inilah kreativitas seorang penyiar radio bisa terlihat, bisa dinilai seberapa lincah dia dalam mengemas suatu berita atau informasi untuk disampaikan kepada pendengar tanpa terdengar datar, garing, atau monoton.

Bridging berasal dari kata "bridge", secara harfiah berarti jembatan. Jadi teknik bridging sederhananya adalah teknik menjembatani dua topik yang tidak ada kaitannya sama sekali, namun pada akhirnya bisa jadi nyambung. Begitulah definisi singkatnya.

Contoh Teknik Bridging
Pernah enggak, ketika anda sedang mendengarkan radio, si penyiar yang tadinya sedang membicarakan topik A kok tiba-tiba jadi promosi produk, atau tiba-tiba loncat ke topik lain? Saya yakin ada yang sadar dengan hal ini, ada juga yang tidak.

Baiklah saya akan beri contoh tentang teknik bridging ini. 

Misal ada dua topik seperti ini: (Nganggur) & (Kompasiana). Nah ini kan dua topik yang tidak ada kaitannya sama sekali. Apa kaitannya nganggur dengan Kompasiana? Cukup jauh kan? 

Kalau (Nulis) & (Kompasiana), atau (Membaca) & (Kompasiana), itu sih masih mending ada kaitannya, nah kalau (Nganggur) & (Kompasiana) ini kan tidak ada kaitannya sama sekali. Tapi bisa enggak disambungin? Bisa dong, disinilah teknik bridging berfungsi.

Narasinya bisa seperti ini, "Eh Kompasianer kalian suka ngerasa bosen gak sih kalau misalkan hari libur di rumah cuma 'nganggur' aja? 'Nganggur' itu emang gak enak banget ya? Bikin kita ngerasa bosen setengah mati, nah dari pada kamu cuma "nganggur" di rumah dan gak tau mau ngerjain apa, kenapa gak mulai nulis aja di 'Kompasiana'? Nulis di 'Kompasiana' itu seru loh, selain bisa dapat temen kamu juga bisa dapat reward"

Nah seperti itulah kira-kira aplikasi dari teknik bridging. Kenapa teknik ini sangat wajib dikuasai oleh setiap penyiar? Karena pendengar tidak akan merasa bosan, karena ini enggak terlalu terdengar seperti sebuah promosi kan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun