Mohon tunggu...
Revina Ayu Lestari
Revina Ayu Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

just bring fun, don't stress.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Apakah Anemia Itu Bahaya untuk Remaja?

2 Februari 2023   21:39 Diperbarui: 2 Februari 2023   21:42 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menurut National Institute of Health (NIH), anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah. Salah satu penyakit yang harus diwaspadai adalah Anemia. Secara umum anemia adalah suatu kondisi dimana tubuh kekurangan sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari normal. Anemia merupakan penyakit yang harus mendapat perhatian khusus, karena jika terjadi dalam jangka panjang dapat semakin parah, akan menimbulkan berbagai gangguan atau dampak yang mempengaruhi kehidupan. Perubahan pola makan dan gaya hidup diyakini memiliki pengaruh besar terhadap terjadinya masalah ini di Indonesia.

Kesehatan remaja merupakan salah satu penentu keberhasilan pembangunan kesehatan, terutama dalam upaya menghasilkan generasi penerus yang berkualitas di masa yang akan datang. Menghadapi bonus demografi di tahun 2025, di tahun tersebut generasi remaja saat ini akan memasuki usia produktif. Kondisi ini akan menjadi bonus jika penduduk usia produktif memenuhi syarat. Sebaliknya, jika tidak berkualitas dan berdaya saing, hanya akan menambah beban negara. Remaja, baik laki-laki maupun perempuan, banyak yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatannya. Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam membentuk perilaku yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi. 

Namun, remaja sangat rentan terhadap risiko gizi buruk, kurang aktivitas fisik, pergaulan bebas, dan berbagai perilaku yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir berbagai penyakit yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, 2017 dan 2018 prevalensi anemia pada remaja cenderung meningkat. Pada tahun 2018, 32% remaja Indonesia mengalami anemia. Artinya, ada sekitar 7,5 juta remaja Indonesia yang berisiko mengalami keterlambatan perkembangan, kemampuan kognitif, dan rentan terhadap penyakit menular.

Selain itu, terdapat beberapa program inovasi di daerah yang dilaksanakan oleh mitra pembangunan dan CSO (Organisasi Masyarakat Sipil). Salah satunya adalah program Aksi Bergizi yang dilaksanakan oleh UNICEF dan Nutrition International. Ke depan, diperlukan berbagai upaya inovatif dan strategis serta penguatan kerjasama dengan upaya pencegahan anemia pada remaja. Dan seperti dilansir dalam Buku Pedoman Kegiatan Hari Gizi Nasional Kementerian Kesehatan Tahun 2021, saat ini Indonesia diperkirakan masih menghadapi tiga beban masalah gizi, yaitu tingginya prevalensi stunting, wasting (kurus), dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro. terutama anemia, yang masih menjadi tantangan besar.

Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014, pemuda didefinisikan sebagai penduduk yang berusia antara 10 sampai dengan 18 tahun. Umur mana yang merupakan memori penting untuk pertumbuhan fisik, kemampuan berpikir, moral dan kreativitas pada manusia.

Prevalensi anemia pada remaja putri di Indonesia masih tergolong tinggi. Kondisi anemia pada remaja putri seringkali dianggap normal oleh sebagian orang. Karena setiap bulannya remaja putri akan melewati siklus menstruasinya, sehingga dianggap tidak perlu segera diobati jika mengalami anemia. Tidak banyak yang mengetahui bahwa anemia pada remaja putri akan berbahaya jika tidak segera ditangani. Masih kurangnya pendidikan remaja putri Indonesia untuk mengkonsumsi suplemen zat besi. Terdapat 96,4% responden remaja putri yang tidak mau mengonsumsi suplemen zat besi saat menstruasi. 

Hal ini didasari oleh kurangnya pengetahuan tentang pencegahan anemia saat menstruasi. Angka kemiskinan di Indonesia semakin tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode Maret 2019 hingga September 2020 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 26,42 juta orang dengan peningkatan sebanyak 1,63 juta orang. Secara tidak langsung, masalah ini mempengaruhi pemenuhan gizi seimbang bagi remaja yang berada di bawah garis kemiskinan.

Dari beberapa permasalahan tersebut terlihat bahwa perlu adanya kerjasama dan perhatian yang lebih dari pemerintah dan masyarakat dalam memerangi anemia. Hal ini dikarenakan masalah gizi remaja tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja, namun membutuhkan dukungan dan kontribusi dari semua sektor.

Dan pada tahun 2021 Kementerian Sosial akan menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk Program Keluarga Harapan (PKH). Setiap keluarga miskin mendapat Rp. 900.000 menjadi Rp. Bantuan Rp 3 juta per tahun. Sekarang ibu hamil dan balita mendapatkan bantuan. Begitu pula dengan lansia dan penyandang disabilitas. Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan dan asupan gizi bagi ibu hamil dan anak usia 0-6 tahun serta upaya pencegahan stunting sejak dini. PKH dialokasikan untuk 10 juta keluarga penerima manfaat.

Selain itu, khusus anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius pada remaja, anemia dapat berdampak luas sebagai berikut:

1. DAMPAK ANEMIA PADA REMAJA

  • Imunitas menurun
  • Gangguan konsentrasi
  • Penurunan prestasi belajar
  • Mengganggu kebugaran dan produktivitas
  • Meningkatkan resiko kematian saat melahirkan
  • Menjadi salah satu penyebab kelahiran prematur
  • Berat badan bayi cenderung rendah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun