Mohon tunggu...
Renggo Aji
Renggo Aji Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tes TOEFL, apa manfaatnya?

1 Juni 2015   20:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:24 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Ini adalah tulisan saya yang pertama. Sudah lama saya senang membaca Kompasiana tetapi belum pernah berkontribusi secara langsung. Tulisan dibawah ini merupakan pengalaman pribadi saya. Semoga berguna buat para pembaca dan memperkaya wawasan kita bersama.

Pada tanggal 18 April 2015 lalu, saya mengikuti tes TOEFL iBT. Sebelum tes tersebut, pertama saya harus registrasi dulu dengan sistem online untuk mendapatkan nomer pendaftaran. Pada saat itu, saya harus menentukan tanggal tes, akhirnya saya putuskan mengambilnya tanggal 18 April 2015 di Plaza Sentral, Jakarta. Selain itu, jenis pembayaran juga harus diputuskan apakah melalui voucher atau kartu kredit. Untuk memudahkan saya beli voucher. Selanjutnya, saya membeli buku mengenai TOEFL untuk mempelajari sistem dan hal-hal lainnya. Rupanya banyak hal baru yang harus saya pahami. Yang paling vital adalah pemahaman sistem tesnya, baik jenis tes, durasi, dan detil masing-masing tes. Berbeda dengan Paper Based atau Computer Based, di TOEFL iBT tesnya dilakukan untuk semua ketrampilan berbahasa Inggris, yaitu reading, listening, speaking, dan writing. Karena saya belum pernah ikut yang Paper Based maupun Computer Based apalagi Internet Based otomatis banyak hal baru yang saya pelajari, termasuk perbandingan ketiganya.

Bicara tentang motivasi, saya ikut tes ini pada dasarnya untuk mendapatkan pekerjaan di tempat kerja yang lebih baik dari sebelumnya. Tetapi disamping itu, saya juga ingin tahu ketrampilan berbahasa Inggris saya sejauh ini sampai dimana. Hal ini sebenarnya berhubungan dengan pekerjaan saya sebagai guru bahasa Inggris yang setiap hari berusaha mempraktekkan bahasa Inggris baik di kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari lainnya tetapi belum pernah melakukan tes yang valid dan internasional sifatnya. Selain itu, kadangkala ketika siswa bertanya tentang tes TOEFL saya tidak bisa menjawab karena tidak mempunyai pengalaman itu.

Disisi lain, tes ini sebenarnya digunakan untuk mereka yang mau kuliah di luar negeri karena materinya memang materi kuliah dan hal-hal seputar kegiatan sehari-hari seorang mahasiswa. Namun, tes ini juga bisa dipakai untuk melanjutkan S2 karena dengan hasil tes itu terlihat apakah seseorang mampu mengikuti kuliah S2 atau belum dengan banyaknya literatur berbahasa Inggris didalamnya.

Dalam rangka mempersiapkan diri sebelum tes, saya juga mulai melihat video melalui channel You Tube dimana banyak video latihan yang bagus untuk dipelajari. Selain itu, saya mendownload Encyclopedia Brittanica dengan harapan banyak informasi tentang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan perkuliahan. Dan yang terakhir, saya juga mendownload beberapa software tes dari internet yang bisa didapatkan secara gratis. Prinsipnya saya berlatih tanpa mengikuti kursus persiapan TOEFL seperti yang dilakukan orang lain. Alasannya sederhana, biaya untuk tes itu sendiri sudah cukup mahal, yaitu Rp 2 juta lebih, tergantung kurs rupiah juga terhadap dolar. Kalau ditambah kursus lagi maka jatuhnya akan mahal sekali. Selain itu, saya ingin tahu seberapa jauh kapasitas saya sebagai praktisi bahasa Inggris menghadapi tes yang sebenarnya dengan tekanan tinggi.

Hari-hari berikutnya saya mulai berlatih mendengar mata kuliah tertentu atau percakapan tertentu dengan membuat ringkasan. Ringkasan atau catatan ini sangat penting dan diperbolehkan karena memang waktu tes tersebut sangat terbatas. Untuk berbicara, saya mulai dengan membuat draft berbentuk essay writing untuk memandu lancarnya speaking nanti. Sementara  untuk tes menulis saya belajar membuat outline dan kemudian menuangkan gagasan saya kedalam beberapa paragraf.

Kendala yang saya hadapi dalam mempersiapkan tes ini cukup banyak. Tetapi pada dasarnya kendala terbesarnya adalah manajemen waktu. Pekerjaan sebagai guru dengan segala administrasinya cukup menyita waktu sehingga belajar dengan cara membaca buku panduan tes harus ada waktu cukup. Sehingga jalan yang terbaik adalah langsung melihat video tes tersebut sehingga sistem tes dapat dipahami segera dan latihan bisa dilakukan dengan efektif. Jadi intinya, disela-sela pekerjaan saya meluangkan waktu untuk membaca, menonton video, dan membuat draft serta menulis. Sungguh jadwal yang ketat. Minggu pertama berlalu dengan cepat. Dan, tiba-tiba minggu terakhir persiapan pun datang.

Dari evaluasiku secara pribadi, hal yang saya rasa paling lemah adalah bagaimana menghubungkan materi percakapan yang saya dengar dengan pidato dosen perkuliahan. Artinya, ada materi tes yang meminta kita untuk menghubungkan satu teks dengan teks lainnya dan kemudian diambil untuk disusun ulang serta diambil kesimpulannya. Memang tes ini berusaha mendekatkan kita dengan situasi yang sebenarnya, baik situasi percakapan antar mahasiswa maupun situasi perkuliahan. Selain itu, untuk menulis juga saya belum benar-benar mantap. Akhirnya hari H tes pun datang.

Pada hari H saya sebenarnya dalam kondisi tidak fit. Tetapi melihat pentingnya momentum ini maka saya harus tetap melanjutkan tes ini. Pagi-pagi bangun kemudian berangkat menuju stasiun dengan diantar istri. Tes dilaksanakan jam 08.00 WIB sehingga peserta harus datang sebelum jam tersebut. Sesampai di lokasi tes, yaitu Plaza Sentral saya dan istripun masuk kedalam gedung menuju lantai 17. Rupanya disitu sudah banyak orang melakukan registrasi berdasarkan bukti email yang dikirimkan oleh ETS (Educational Testing Service).

Setelah menyerahkan bukti email saya menerima sebuah formulir untuk diisi. Disitu kita diminta menyatakan bahwa identitas kita benar-benar seperti yang dimaksud. Kemudian saya menunggu antrian untuk mengecek identitas. Akhirnya saya mendapatkan panggilan. Oleh petugas identitasku diperiksa dan saya difoto untuk kemudian dipasang di layar komputer dan selanjutnya foto itu menjadi foto yang tercantum di Score Report . Saya mendapat antrian di grup pertama sehingga tidak perlu menunggu lama. Mereka menyuruh saya masuk dan mempersiapkan alat tes, seperti kertas dan pensil.

Meskipun saya sudah membaca petunjuk dan melihat video sebelum hari H tetapi saya sedikit terkejut dengan peralatan yang dipakai. Setahu saya pada saat mendengar kita diperbolehkan untuk mencatat. Tetapi rupanya setiap barang-barang yang kita bawa harus dimasukkan ke loker, termasuk pulpen. Rupanya panitia menyediakan kertas yang terbatas dan satu pensil. Otomatis saya agak shock karena pada saat latihan mencatat tidak pernah menggunakan pensil. Tetapi apa boleh buat saya harus segera bersiap diri.

Saya sejenak melihat orang-orang disekitar yang kelihatan sudah mengerti harus bagaimana. Mungkin mereka sudah pernah ikut tes ini sebelumnya atau sudah ikut les persiapan tes TOEFL. Saya mulai dengan mengecek volume suara agar terdengar jelas. Saya juga mengetes suara saya sehingga terdengar dengan baik pada saat direkam. Dan tes pertamapun dimulai.

Tes pertama adalah reading. Disitu disajikan teks yang harus dibaca dan dijawab. Dengan waktu yang singkat saya mengerjakan pertanyaan itu satu-persatu sehingga saya masih ada waktu untuk mengecek ulang jawaban sebelumnya. Tes kedua adalah listening. Saya lumayan kesulitan mengikutinya karena kita tidak mempunyai banyak waktu berpikir untuk setiap sesi. Tes berlangsung dengan cepat. Dan kemudian kami dikasih waktu istirahat sebelum tes Speaking dan Writing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun