Mohon tunggu...
Retno Dwi Anjani
Retno Dwi Anjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi di salah satu perguruan tinggi di Indonesia

Mahasiswa kupu-kupu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semua Perempuan Itu Cantik

28 Januari 2023   13:11 Diperbarui: 28 Januari 2023   13:26 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perempuan selalu identik dengan kecantikan. Bahkan perempuan diibaratkan sebagai sosok yang senantiasa memuja nilai dari kecantikan. Makna kecantikan yang pada dasarnya merupakan keunikan dan keindahan penampilan yang tidak terbatas secara psikologi dan merupakan suatu nilai seni dari perempuan maupun laki-laki secara individual, justru menyimpang kearah konstruksi standarisasi kecantikan yang harus dicapai perempuan di belahan dunia. Standarisasi yang terjadi di kalangan perempuan mengakibatkan pengesampingan terhadap perempuan yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 

Di Indonesia sendiri standarisasi yang berlaku tidaklah sederhana diantaranya adalah warna kulit yang harus putih, rambut lurus, badan yang seksi dan standar kecantikan lainnya yang memberatkan perempuan Indonesia yang sejatinya memiliki keberagaman suku bangsa dengan keindahan ciri fisik yang berbeda-beda. Adanya hal tersebut membuat perempuan terjerat dengan stadarisasi dan menyebabkan perempuan tidak bebas mengekspresikan kecantikan alami mereka. Fakta yang terjadi dilapangan bahwa perempuan yang "cantik" akan selalu mendapatkan perlakuan istimewa di mayarakat, secara tidak langsung memaksa perempuan untuk terus mengejar standar kecantikan yang berlaku.

Sebagian perempuan yang tidak mampu memenuhi standar kecantikan yang berlaku di masyarakat akan merasa sangat terbebani. Setiap harinya akan selalu ada penilaian dan cemoohan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab tentang bagaimana warna kulit mereka, bentuk tubuh mereka, rambut mereka yang tidak sesuai dengan standar yang ada hingga menyebabkan para perempuan tersebut merasa tidak percaya diri dan selalu merasa kurang. Hal tersebut membuat perempuan terobsesi untuk terus mempercantik diri. Obsesi tersebut membuat mereka rela melakukan apapun agar diterima di masyarakat. Bahkan tak jarang para perempuan melakukan diet ekstrim hingga menggunakan produk kecantikan yang berbahaya bagi kesehatan mereka untuk menjadi "cantik".

Menjadi perempuan yang tidak memenuhi standar kecantikan sangatlah berat, karena mereka akan terus menerima hinaan seumur hidup. Stadarisasi yang ada sangatlah memuakkan. Bahkan jika perempuan tidak memiliki kecantikan secara fisik, mereka tetap  dituntut setidaknya memiliki sikap lemah lembut, sederhana, penurut, bisa mengerjakan pekerjaan rumah, yang dimana standar tersebut menjebak perempuan untuk menjalani hidup sesuai keinginan orang lain. Istilah "cantik" yang justru mengobjektifikasikan perempuan untuk tampil sesuai dengan selera orang lain merupakan bentuk dari konstruksi berpikir patriarki. 

Semua standarisasi yang ada tidak akan menghasilkan apapun yang berdampak pada kesejahteraan perempuan. Perempuan tetaplah perempuan. Perempuan dengan rambut keriting, perempuan dengan kulit hitam, perempuan dengan apapun bentuknya tetaplah terlihat cantik dengan keunikan mereka masing-masing. Alih-alih memenuhi standarisasi tersebut, kita hendaknya melawan standraisasi yang menyiksa kebebasan perempuan agar kita dapat menerima serta diri kita sendiri dan bebas mengekspresikan kecantikan alami dan sesuai dengan standar kita masing-masing sebagai perempuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun