Mohon tunggu...
Retno Permatasari
Retno Permatasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Kecil

seorang yang senang traveling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berantas Hoaks, Tugas Kita Bersama

4 November 2020   19:32 Diperbarui: 4 November 2020   19:34 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat Saracen ? Sekitar tiga tahun lalu nama ini begitu mengguncang jagat informasi karena kedapatan memproduksi informasi berisi ujaran kebencian. Beberapa pengurusnya yang berada di Riau dan beberapa tempat di Jakarta dan Jawa Barat ditangkap polisi dan diproses hukum karena perbuatan mereka melanggar UU ITE. Saat itu usai pilkada 2019 termasuk pilkada Jakarta yang fenomenal itu

Mereka didapati mengelola ribuan akun media sosial dengan berbagai platform dari facebook, grup WA sampai instragram. Mereka menyebarkannya dengan memuat rasa benci terhadap pasangan yang telah maju pada Pilpres 2014 dan akan maju kembali pada tahun 2019.

Mereka berhasil membuat masyarakat terbelah menjadi dua; kelompok A dan kelompok B yang merupakan 'warisan' dari Pilpres 2014. Akun-akun itu membawa dua kelompok itu saling serang dan menyombongkan kelompoknya sendiri. 

Keterbelahan itu tidak saja sampai ke tataran politik tapi juga tataran rumah tangga dan hubungan personal, karena menghasilkan pertemanan dan persahabatan yang terganggu, dan hubungan rumah tangga yang tidak harmonis lagi. Singkat kata, Saracen menjadikan proses kebencian itu awet sampai beberapa tahun lamanya.

Masih eksisnya Saracen Penulis yakin, Saracen bukan satu-satunya kelompok yang memanfaatkan pengetahuan soal informasi untuk hal negative. Mungkin ada beberapa kolompok serupa yang punya motif yang sama dan menggunakannya saat Pilkada. Mereka adalah professional dalam hal informasi karena tak mudah untuk mengelola ribuan akun dengan baik dan selalu dibaca oleh masyarakat.

Fenomena ini menunjukkan bahwa masyakarat amat sering terjebak pada disinformasi aau informasi salah, enah itu dengan katagori hoax atau fakenews dll. Seringnya masyarakat yang terjebak pada disinformasi ini karena minimnya pengetahuan masyarakat awam soal literasi termasuk literasi digital. Mungkin kita tidak perlu membandingkan dengan negara lain soal seberapa sering masyarakat kita membaca buku, tapi soal pentingnya mengecek informasi yang diterima merupakan hal penting yang sering diabaikan.

Pengecekan informasi itu penting karena menyangkut kebenaran dari informasi yang didapat. Pengecekan itu bisa dilakukan dengan membrowsingnya di internet. Dari situ bisa didapat informasi sahih apakah info itu benar atau salah. Jika kita tidak melakukan itu kita seperti orang buta.

Karena kebutaan kita soal informasi dapat dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok seperti Saracen untuk memberi informasi yang salah bahkan fitnah. Kelompok-kelompok seperti itu kerap memprovokasi seseorang atau satu pihak dan membuat mereka benci atau tidak suka terhadap kelompok lain. 

Inilah pekerjaan rumah yang berat buat masyarakat Indonesia, karena bagaimanapun informasi sangat mengambil peran penting untuk saat ini.

Karena itu mari bersama kita tuntaskan pekerjaan rumah kita ini. Agar rumah bersama kita yang bernama Indonesia bisa terlepas dari ujaran kebencian, provokasi dan hoax.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun