Mohon tunggu...
Restu Lestari
Restu Lestari Mohon Tunggu... Guru - Guru/Pengajar Pendidikan Anak Usia Dini

Saya adalah seorang yang biasa, guru/pengajar salah satu Taman Kanak-Kanak di Kabupaten Ciamis. Yang masih belajar dalam segala hal. dan sangat mencintai semua hal tentang dunia anak usia dini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Ular Tangga 3D"

13 Desember 2022   15:41 Diperbarui: 13 Desember 2022   15:47 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan anak usia dini berbeda-beda, baik dari segi kemampuan, bakat minat, kepribadian, kreativitas, fisik dan psikis. Anak memiliki kemampuan yang tidak terbatas untuk dapt berpikir kreatif dan produktif. Aspek kognitif dapat mengembangkan anak untuk berpikir, memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan logika matematika. Menurut Copley dan Wortham (dalam Sriningsih, 2008), kemampuan kognitif yang dimiliki anak berada pada tahapan masa transisi atau peralihan dari tahap pra-operasional ke tahap operasional konkret khususnya pada anak usia 5-6 tahun. Salah satu perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun adalah mengenal lambang bilangan 1-20. Pengenalan lambang bilangan pada anak perlu diberikan sedini mungkin dengan menggunakan cara yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan anak.Kemampuan mengenal lambang bilangan dapat mengembangkan keterampilan berpikir, menalar, dan memecahkan masalah. Hal ini dikarenakan dalam kehidupan sehari-harinya anak terlibat langsung dalam penggunaan lambang bilangan. Sebagai contoh ketika anak membilang benda, saat anak merapikan mainannya, membaca lambang bilangan atau angka, dan lain sebagianya.

Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan dalam pencacahan dan pengukuran. Menurut Sudaryanti (2006:1), bilangan adalah suatu obyek matematika yang bersifat abstrak dan termasuk kedalam unsur yang tidak didefinisikan, maka diperlukan adanya simbol atau lembang untuk mewakili suatu bilangan. 

Kemudian Soedadiatmodjo, dkk (1983) menjelaskan bilangan adalah suatu idea yang digunakan untuk menggambarkan atau mengabstraksikan bnayaknya anggota suatu himpunan. Bilangan itu sendiri tidak dapat dilihat, ditulis, dibaca dan dikatakan karena merupakan suatu idea yang hanya dapat dihayati atau dipikirkan saja. Maka diperlukanlah adanya simbol ataupun lambang yang akan digunakan untuk mewakili suatu bilangan yang disebut sebagai angka atau lambang bilangan. 

Sudaryanti (2006) menyatakan bahwa untuk menyatakan suatu bilangan dinotasikan dengan lambang bilangan yang disebut angka. Bilangan dengan angka menyatakan dua konsep yang berbeda, bilangan berkenaan dengan nilai sedangkan angka bukan nilai. Susanto (2011:109), proses pembelajaran pengenalan lambang bilangan pada anak usia dini disesuaikan dengan prinsip-prinsip dasar pendidikan anak usia dini salah satunya yaitu menerapkan prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar, dengan cara tersebut anak tidak merasa terbebani saat belajar. Pengenalan lambang bilangan pada anak usia dini dapat merangsang kecerdasan anak sejak dini dan secara tidak langsung dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak.

Melihat pentingnya mengenal lambang bilangan, maka guru memiliki peran penting dalam memberikan stimuls yang yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian, guru perlu mengetahui tentang karakteristik layanan pendidikan anak usia dini dimana dalam pembelajaran sebagai guru harus mampu memahami prinsip-prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini. 

Menurut Permendikbud RI Nomor 137 Tahun 2014, prinsip-prinsip tersebut yaitu belajar melalui bermain, berorientasi pada perkembangan anak, berorientasi pada kebutuhan anak, berpusat pada anak, pembelajaran aktif, berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup, didukung oleh lingkungan yang kondusif, berorientasi pada pembelajaran yang demokratis, pemanfaatan media belajar, sumber belajar, dan narasumber penggunaan media belajar, sumber belajar, narasumber yang ada di lingkungan PAUD.

Dari sejumlah 5 orang anak di Kelompok B Mawar TK Sejahtera 1, semua anak belum mampu mengenal lambang bilangan 1-20 dengan baik. Hal ini disebabkan oleh anak bisa menyebutkan dan membilang angka, tetapi ketika anak di tunjukan angka dengan secara acak masih ada yang belum bisa menjawab bahkan bingung, ketika akan menulis angka pun anak terdiam dan bingung karena belum mengenal lambang bilangannya dan anak belum mampu mengenal lambang bilangan 1-20, dikarenakan anak masih kesulitan dalam mengenal lambang bilangan 1-10.

Metode yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah mengenal lambang bilangan 1-20 ini adalah metode bermain melalui media permainan ular tangga 3 dimensi. Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan psikologis dan biologis anak yang sangat penting. Melalui bermain, tuntutan akan kebutuhan perkembangan dimensi perkembangan motorik, kognitif, kreativitas, bahasa emosi, interaksi sosial, nilai-nilai dan sikap hidup dapat terpenuhi. Bermain-main adalah ekspresi dan hiburan yang mencakup kesenangan dan tujuan, baik tubuh maupun pikiran. Bermain adalah salah satu cara bagi anak-anak untuk belajar tentang benda-benda dan berhubungan dengan orang lain (Sujiono, 2006). 

Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami dunia, berinteraksi dengan anak lain, mengekspresikan dan mengendalikan emosi, dan mengembangkan kemampuan simbolik sehingga anak aktif membangun pengetahuannya. Perkembangan anak semakin maju jika anak memiliki kesempatan untuk praktek keterampilan-keterampilan yang diperolehnya. Bermain akan banyak melibatkan anak dalam berbagi aktivitas, sehingga konsep-konsep yang akan diajarkan dapat ditangkap dengan cepat dan mampu bertahan dalam memori anak (Maryatun dan Hayati, 2010). Melalui bermain ditanamkan beragam nilai dan aturan hidup. Bermain sungguh memberi efek yang sangat kuat dan positif bagi pertumbuhan otak dan seluruh kemanusiaan anak.

Hurlock (1978) mendefinisikan bermain sebagai aktivitas-aktivitas untuk memperoleh kesenangan. Lebih lanjut Hurlock (1978) menegaskan bermain merupakan lawan dari kerja. Jika bermain dilakukan dengan kesenangan dan kebahagiaan, maka bekerja belum tentu harus dilakukan dengan bahagia, jika bermain dilakukan dengan tanpa beban, maka bekerja harus dilakukan dengan beban kewajiban tertentu, jika bermain dilakukan dengan tanpa tujuab atau hasil, maka bekerja selalu berorientasi pada hasil. Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak sendiri (Mutiah, 2010). 

Solehuddin (1996) menyatakan bahwa pada intinya bermain dapat dipandang sebagai suatu kegiatan yang bersifat volunter, spontan, terfokus pada proses, memberikan ganjaran secara intrinsik, menyenangkan dan fleksibel. Yus (2011) menyatakan bahwa bermain merupakan suatu yang menyenangkan. Hampir tidak ada permainan yang membuat anak tidak senang. Kadangkala ia berlama-lama dalam satu permainan pada saat yang lain, ia bermain sesaat atau sebentar saja. Dalam bermain anak melakukan berbagai kegiatan yang berguna untuk mengembangkan dirinya. Anak mengamati, mengukur, membandingkan, bereksplorasi, meneliti, dan masih banyak lagi yang dilakukan anak. Situasi seperti sering dilakukan, tanpa disadari bahwa ia telah melatih dirinya dalam beberapa kemmapuan tertentu, sehingga ia memiliki kemampuan baru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun