Kepercayaan diri anak perlu dibentuk sejak dini, karena percaya diri merupakan dasar keberhasilan anak untuk menghadapi kehidupan di lingkungan barunya. Rasa percaya diri membutuhkan latihan yang intens tidak terlahir begitu saja secara alamiah dan spontan.Â
Orang yang percaya diri biasanya mempunyai inisiatif, kreatif dan optimis terhadap masa depan, mampu menyadari kelemahan dan kelebihan diri sendiri, berfikir positif, menganggap semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Sedangkan, orang yang tidak percaya diri ditandai dengan sikap-sikap yang cenderung melemahkan semangat hidupnya, seperti minder, pesimis, pasif, apatis dan cenderung apriori (Dariyo, 2011).
Dalam tingkat pencapaian perkembangan mengungkapkan bahasa pada usia 4-5 tahun salah satunya adalah anak mampu mengutarakan pendapatnya kepada orang lain. Bila dihubungkan dengan aspek perkembangan sosial emosional anak dalam mengemukakan pendapatnya, pastinya akan berhubungan dengan rasa percaya diri anak dalam mengemukakan pendapatnya.
Anak usia 4-5 tahun sesuai dengan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak pada aspek sosial emosional khususnya kesadaran diri yaitu anak dapat menunjukkan rasa percaya diri, sehingga anak berani tampil di depan umum juga berani mengungkapkan pendapatnya karena anak selalu berfikir positif terhadap apa yang dilakukan (Permendikbud No. 137, 2014). Manfaat percaya diri sangat penting dan harus dimiliki anak dalam menjalani proses kehidupannya.Â
Anak yang memiliki rasa percaya diri dapat mengeksplorasi kemampuan atau potensi yang dimilikinya, karena ia percaya dan yakin dengan kemampuan yang dimilikinya. Lauster mendefinisikan kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman baru. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga, tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab (Ghufron, M. Nur & Risnawati, 2017).
Maka dari itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan merancang metode yang tepat, dengan disertai media pembelajaran yang mendukung metode tersebut. Metode show and tell bisa menjadi sebuah metode pembelajaran yang dapat diterapkan guna menstimulus anak untuk memunculkan rasa percaya dirinya dalam mengungkapkan pendapat.
Dalam pedoman pembelajaran kurikulum 2013 dijelaskan ada beberapa metode yang sesuai dengan anak usia dini yaitu metode bercerita, metode demonstrasi, metode bercakap-cakap, dan metode sosiodrama. Dan ada satu metode yang dikenalkan oleh Musfiroh yaitu metode show and tell edukatif.Â
Metode show and tell adalah metode pembelajaran dimana anak menampilkan dan menjelaskan mengenai barang atau benda yang menjadi minat anak kepada orang lain. Metode show and tell adalah metode yang mengutamakan kemampuan berkomunikasi sederhana dan cocok digunakan oleh anak usia dini, karena kebiasaan anak usia dini yang berhasrat untuk menunjukkan sesuatu (Dananjaya, 2013, hlm. 103).
Teacheranitores (dalam Musfiroh, 2011 hlm. 132) menjelaskan bahwa show and tell dapat merangsang anak berminat pada lingkungannya, lebih mengenal orang lain dan atribut disekelilingnya. Ini menandakan bahwa metode show and tell dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaandiri anak dalam mengemukakan pendapatnya, karena berminat pada lingkungan merupakan hal utama anak mengadakan komunikasi dengan orang lain.
Anak-anak akan dilibatkan langsung dalam pembuatan maket, mulai dari membuat tiruan/miniatur kambing sampai dengan menghias peternakan. Dengan anak dilibatkan langsung dalam kegiatan, maka anak diharapkan mampu percaya diri mengungkapkan pendapatnya tentang benda dan apa yang telah dibuatnya. Hal ini selaras dengan metode show and tell.
Alat dan Bahan:
- Kardus bekas
- Karton kuning tebal
- Lem putih
- Kapas
- Stik es krim
- Kertas origami
- Kertas karton
- Double tape