Mohon tunggu...
Robby Milana
Robby Milana Mohon Tunggu... -

Pihak kelurahan mencetak KTP saya dengan nama lengkap Robby Milana. Saya benar2 cuma orang biasa aja. Orang bilang, akar rumput. Saya gemar membaca, menulis, mendengar, dikritik dan menelaah apa saja yg singgah di indera-indera tubuh saya. Tidak ada hal yg istimewa dlm diri saya, kecuali saya selalu merasa gelisah menjadi warga Indonesia yg ingin negerinya selalu dihargai negara lain karena kualitas, bukan karena "gaya"-nya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Umar Bakri dan Bangkitnya Generasi Akar Rumput

5 Juli 2010   19:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:04 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Umar Bakri adalah seorang guru, tipe pegawai negeri kelas teri. Dadanya tipis, tapi lebih tipis lagi dompetnya. Badannya tinggi namun kurang berdaging, karenanya dia kelihatan agak bungkuk. Wajahnya tirus dengan hidung pesek mirip tutup salep. Kakinya tinggi sebelah sehingga jika berjalan agak pincang. Total kondisi guru Umar Bakri tidak gagah sama sekali.

Tapi jiwanya sangat besar. Setiap hari dia berangkat sangat pagi dan pulang ke rumah sangat sore. Dia habiskan waktunya demi anak-anak didiknya dari golongan akar rumput. Waktu guru Bakri ditempatkan di pedalaman, dia tidak mengeluh. Dia menjalani profesinya dengan suka cita. Setiap berangkat dia harus berjalan menembus hutan sejauh tiga kilometer, kemudian melintasi sungai dengan menggunakan rakit dan berjalan lagi sejauh satu kilometer. Dia tetap enjoy. Dan biasanya, sepanjang perjalanan dia selalu tersenyum membayangkan akan bertemu para siswanya dan kepada mereka nanti dia akan saling berbagi ilmu dan cerita. Bakri orang yang hangat. Jelas, jika dia seorang tentara, dia seharusnya sudah mendapat medali "Anumerta". Maaf, maksud saya "Purple Heart."

Tapi hari ini wajah guru Bakri agak murung. Dia sedang galau memikirkan para siswanya yang setiap tahun selalu seperti itu. Rata-rata siswanya kurang gizi, sulit memahami sesuatu dengan baik dan cepat, berhenti sekolah di tengah jalan atau (yang paling sering) tidak memiliki motivasi dalam belajar. Dia sadar bahwa dia, sebagai guru, belum bekerja secara optimal. Tapi, setiap pergantian tahun, murid yang dia terima di kelasnya selalu mirip seperti itu. Seperti sudah dicetak jadi, dan dia tidak pny banyak pilihan.

Sepuluh menit berlalu. Para siswa agak heran juga melihat gurunya diam dan murung. Biasanya setiap masuk kelas guru Bakri sudah mengejutkan mereka dengan berbagai permainan edukasi. Dan biasanya guru Bakri selalu ceria. Para siswa ikutan diam dan mencoba sebisa mungkin untuk ikut-ikutan murung. Bejo, yang duduk paling belakang, tampak yang paling ingin tampak murung. Namun malah terlihat seperti orang sedang mules dan ingin buang air.

Guru Bakri memperhatikan para siswanya itu. Dia trenyuh. Namun sedetik kemudian tiba-tiba kedua matanya bersinar. Lalu dia bangkit dari kursinya dan menatap para siswanya dengan tajam. Bibirnya tersenyum penuh arti.

"Anak-anak. Bagaimana menurut kalian jika bulan depan kita ikut lomba tingkat Kecamatan? Para siswa laki akan berlomba sepak bola. Dan para siswi akan ikut lomba menggambar. Pasti akan menyenangkan!"

Para siswa saling tengok sebentar, kemudian berteriak gembira. Dudung, yang duduk di tengah langsung berjoget-joget. Cuma Bejo yang masih kebingungan. Bejo bertanya kepada Andi, "Lomba itu apa sih?" Dengan acuh tak acuh Andi menjawab, "Semacam goreng-gorengan." Kontan Bejo berteriak, "Horeee!!!!"

Besoknya, setelah mendapat persetujuan dari Kepsek, maka guru Bakri mendaftarkan anak2 didiknya untuk mengikuti lomba ke Kecamatan. Dan mulai hari itu, para siswa selalu berlatih sepulang sekolah. Siswa-siswa laki berlatih sepak bola di lapangan belakang bersama guru Bakri dan guru olah raga, dan para siswi berlatih menggambar di kelas bersama bu guru Mimi.

Seminggu menjelang hari perlombaan, bu guru Mimi mengumumkan nama siswi yang akan ikut berlomba. Setelah melakukan seleksi dan fit and proper test yang ketat, maka Siska yang dipercaya untuk menjadi wakil SDN 09. Sementara semua siswa laki akan ikut berlomba. Para siswi yang kemudian tidak ikut berlomba dipersiapkan untuk menjadi penggembira. Mereka tidak kesal Siska yang akan maju. Mereka justru mendukung dengan penuh supportivitas.

Inilah hari H. Setelah sebulan berlatih, Siska unggul sebagai juara kedua lomba menggambar tingkat SD di tingkat Kecamatan. Semua bersorak gembira. Orang tua Siska sampai histeris tidak percaya bahwa anaknya bisa menang. Hampir saja orang tua Siska naik ke atap gedung Kecamatan saking histerisnya. Namun ditahan oleh para orang tua yg lain. Pak guru Bakri bilang kepada orang tua Siska, bahwa sebetulnya setiap anak punya potensi, tidak perduli mereka dari kalangan kaya atau miskin. Yang penting adalah beri mereka kesempatan. Dan ini buktinya.

Sementara itu team sepak bola mulai bertanding hari ini yang akan terus bertanding secara bergilir selama satu bulan ke depan. Sulit di percaya, para siswa SDN 09 yang konon kurang gizi itu bisa masuk final! Kata seorang penonton hari ini, siswa-siswa SDN 09 jago-jago, persis seperti para pemain sepak bola dari Spanyol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun