Mohon tunggu...
Resky Pardosi
Resky Pardosi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Makam Mencari Makan

6 Desember 2018   08:06 Diperbarui: 6 Desember 2018   08:59 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terkadang hidup itu tidak sesuai dengan harapan kita. Manusia selalu menginginkan kehidupan yang layak dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Tapi terkadang, Tuhan memberikan sesuatu yang berbeda dari apa yang diinginkan. Manusia hanya bisa menerima dan menjalankan tanpa pernah menyalahkan kehendak Tuhan.

Lelaki yang lebih dikenal dengan sosok Nazar, adalah seorang perawat makam. Dia adalah salah satu orang yang menjalani hidup tidak sesuai dengan harapannya. Sejak kecil setelah kepergian kedua orang tuanya, kehidupan laki-laki paruh baya ini mulai merosot. Pak Nazar melakoni hidupnya sebagai perawat makam selama 17 tahun. Selama dia menekuni pekerjaannya, pak Nazar tidak pernah sedikitpun mengeluh dengan kehidupannya. Setiap pagi disaat orang-orang sibuk mempersiapkan diri untuk beraktivitas, dia telah siap dengan alat kesayangannya yaitu seperangkat sapu, ember, gunting rumput, dan cangkul.

Keringat yang bercucuran tak menghalangi terselipnya sebuah senyuman tipis di bibirnya saat kami bertemu. Raut wajahnya yang tampak kelelahan namun masih saja ia tak menggubrisnya. Di tempat inilah seorang lelaki bernama Nazar Maharudin menjalankan tugasnya sebagai perawat kuburan demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lelaki berumur 57 tahun dengan kulit sawo matang ini mengatakan tidak ingin mengeluh menjalani pekerjaan yang telah ia tekuni selama 17 tahun belakangan ini. Dengan senyum tipis ia mengatakan bahwa dari hasil kerja kerasnya selama bekerja ditempat inilah ia dapat mencukup kebutuhan hidupnya beserta anak dan istrinya yang saat ini masih setia menenmaninya.

"Saya tidak malu justru saya bersyukur bisa mendapatkan pekerjaan meskipun memang sangat melelahkan bekerja disiang bolong seperti ini namun dengan begini saya tidak hanya bisa melanjutkan hidup saya melainkan juga keluarga saya serta menyekolahkan anak-anak saya" tuturnya yang pada saat itu sedang sibuk menyelesaikan pembenahan makam.

Tidak menjadikannya alasan untuk berhenti sejenak saat diwawancara, pak Nazar dengan getol terus melanjutkan pekerjaannya yang pada saat itu ditugaskan untuk merenovasi salah satu makam yang sudah kurang terawat.

Dengan tangan yang sudah cukup lihai dalam urusan menggali, saat ditanya sudah berapa lama melatih diri dalam urusan menggali tanah, pak Nazar menceritakan pengalamannya pada saat kecil saat ini selalu membantu keluarganya dalam hal merawat kebun dan sawah.

Sebagai seorang perawat makam, pak Nazar tidak langsung kecil hati saat ditanya mengapa memilih pekerjaan ini dibanding dengan pekerjaan lainnya. Namun pak Nazar membanggakan pekerjaan yang digelutinya saat ini dengan alasan bahwa ia juga merasa senang bisa merawat dan menjaga makam yang dimana adalah tempat terakhir seseorang setelah selesai menjalani pekerjaannya di dunia.

Saat masih muda pak Nazar memiliki mimpi untuk bisa menjadi orang yang berguna untuk banyak orang dan bisa membantu orang untuk melakukan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan orang lain. Mimpi tersebut tentunya merupakan sesuatu yang sangat mulai dan pak Nazar rasa bisa diwujudkannya saat ini.

Pak Nazar bekerja tidak hanya sendiri saja. Setiap harinya dia biasa melakukan pekerjaannya  bersama temannya . Mulai pukul 08.00 dari rumahnya yang berada di daerah kranggan menuju kawasan TPU Pondok Ranggon. Pak Nazar dan teman-temannya bekerja mulai pukul 08.00 atau 09.00 wib hingga pukul 17.00 wib. Mereka tidak hanya menyapu makam saja, tetapi juga menggunting rumput-rumput yang sudah mulai tumbuh tak beraturan dan memberi pupuk serta menyirami rumput makam.

Pak Nazar tidak hanya tinggal dengan kedua anaknya saja, istrinya Nuraini yang telah menemaninya hidup selama 25 tahun silam juga tinggal bersamanya. Ayah dari dua anak ini mengaku, bahwa dia menginginkan kehidupan yang baik dan layak untuk anak-anaknya. Ia tidak ingin anak-anaknya putus sekolah karena kehidupan yang serba kekurangan, ia tidak melunturkan tekadnya ini untuk memberikan yang terbaik untuk kehidupan kedepannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun