Mohon tunggu...
Resi Aji Mada
Resi Aji Mada Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan pribadi

Pernah menjalani pendidikan bidang studi Administrasi Negara di perguruan tinggi negeri di kota Surakarta. Pemerhati isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Belajar Politik dari Merapi

14 November 2020   16:00 Diperbarui: 14 November 2020   16:03 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Ragil Ajiyanto dari detik.com

Mungkin wajar ketika kita mempelajari cara pandang  dan konsep berpikir dari tokoh-tokoh yang berkecimpung dalam ranah politik nasional semisal mahfud MD, Rocky Gerung, dan masih banyak lagi yang lainnya. Beliau-beliau ini bisa memberi kita inspirasi, atau cara pandang baru dalam setiap argumentasi yang mereka sampaikan.

Tetapi bagaimana bila kita mencoba belajar nilai-nilai politik yang terkandung dalam benda mati? Bukan hanya benda mati biasa, tapi ini sebuah gunung , gunung merapi lebih tepatnya. Kita akan belajar geografi sekaligus belajar politik. Tertarik? Atau tidak? Mari kita mulai saja.

Sebagai pengenalan, berikut informasi sangat singkat terkait gunung merapi. Gunung aktif ini berada di perbatasan antara Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunung dengan ketinggian hampir 3km ini terhampar diantara empat kabupaten di dua provinsi yaitu kabupaten Sleman, Klaten, Boyolali, Magelang. Gunung Merapi menjadi salah satu gunung berapi teraktif di dunia.

Rasa rasanya sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di pulau jawa sudah tahu ya. Jadi informasi singkat di atas cukup, jadi kita langsung ke inti tulisan kali ini saja. Mari kita andaikan sang gunung Merapi sebagai seorang maestro yang turun berkecimpung di dunia politik.

Gunung merapi menjadi tumpuan hidup bagi puluhan bahkan ratusan ribu penduduk di sekelilingnya, belum lagi jika sedikit memperbesar radius, maka ada jutaan penduduk hidup disekitarnya. Ada pusat-pusat pemukiman di empat kabupaten yang penulis sebut diatas. Ada kota Jogja juga berjarak sekitar 30 km, ada kota Magelang, ada pula kota Solo dengan jarak yg tidak terlalu jauh juga. 

Kalau dia seorang politisi, berarti eyang merapi ini menjadi politisi yang terjun di ranah eksekutif, entah walikota, gubernur, maupun presiden. Dan penduduk di sekeliling merapi ini jadi masyarakat yang dia layani.

Kita semua tahu bahwa Merapi jadi gunung berapi teraktif di indonesia. Sebagai seorang pelayan, Merapi melayani secara aktif, bukan hanya diam menikmati jabatan dan membiarkan warganya untuk hidup apa adanya dengan yang telah ada. Merapi selalu mengusahakan sesuatu secara berkala, memperbaharui sumber daya.

Banyak gunung yang statusnya gunung mati, meski penduduk disekitarnya tetap bisa memanfaatkan sumber daya alam yang telah disediakan, tidak ada pembaharuan yang diinisiasi oleh si gunung, si pelayanan ini. Kalau sumber daya sudah rusak ya sudah, atau kalaupun diperbaiki, tetapi oleh masyarakatnya sendiri.

Saat sebuah gunung berapi (termasuk Merapi) sedang aktif dan bergejolak, dia tidak bergejolak secara mandiri sesuai keinginannya sendiri. Tetapi karena jauh didalam perut bumi ada gejolak dorongan yang kuat untuk mengeluarkan material dan kemudian Merapi memberikan dirinya sebagai saluran untuk mengeluarkan. Kita anggap material ini sebagai sebuah kebijakan publik.

Merapi tidak lah egois, tidak mengutamakan kepentingan pribadi atau golongannya. Dia hanya memposisikan diri murni sebagai saluran aspirasi dari bawah dan memprosesnya menjadi sebuah rancangan kebijakan yang nantinya akan dikeluarkan dalam bentuk kebijakan publik.

Tetapi politikus tetaplah politikus, tidak ada yang pernah tahu secara pasti kapan dia mengeluarkan kebijakannya. Tidak ada yang tahu pasti kapan merapi akan meletus lagi. Merapi senang bermain tebak-tebakan. Dia memang selalu memberikan kisi-kisi, kode, tetapi tidak memberikan kepastian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun