[caption caption="Source: www.123rf.com"][/caption]
Kembali lagi pengamat transportasi dadakan hadir di sini. Berita ngawur apa lagi yang kali ini dibawa? Ya, sesuai judulnya, berita… hm bukan berita, lebih tepat disebut sebagai ungkapan ngawur soal rute baru Transjakarta.
Apa? Siapa anak ini bisa-bisanya bilang Transjakarta punya rute baru? Pegawai PT Transportasi Jakarta?
Bukan, saya hanya kritikus transportasi dadakan yang kurang kritis.
Jadi, bagaimana ceritanya Transjakarta punya rute baru? Dan ke manakah rutenya? Apakah koridor 13? 14?
Bukan, rute baru yang saya maksud adalah rute yang dimiliki oleh bus Transjakarta dengan keterangan koridor 1 di layar informasi yang tertera di bus.
Itu sih bukan rute baru. Apa yang baru? Itu kan rute Blok M – Kota.
Nah itu! Yang baru bus Transjakarta yang mengaku diri koridor 1 itu, melewati halte Gatot Subroto dan Semanggi, milik koridor 9, lalu menuju Kota.
Pada suatu pagi, di halte Semanggi, terdapat beberapa orang yang sedang menanti jemputannya untuk mengantar ke daerah tujuannya. Ada yang mau ke Grogol, ke Pluit, ke Kalideres, ke Tanah Abang, dan ke Monas. Ya, halte Semanggi memang menjadi halte transit. Lima menit lewat, Transjakarta belum juga tampak. Menjelang 10 menit, tampak dari kejauhan arah halte LIPI Gatot Subroto sebuah tulisan berwarna oranye terang di atas bus Transjakarta berwarna biru putih.
Ah, akhirnya penantian kami selesai. Tapi kok, di layar monitor halte, belum ada keterangannya ya? Ah, tak masalah. Ada kalanya teknologi khilaf. Dengan geer, kami mengantre bersiap menyambut. Semakin mendekati halte, tampak di dalam bus tak banyak orang. Bahkan banyak tempat duduk kosong. Wah, kapan lagi pagi-pagi gini dapet tempat duduk? Batin saya.
Berhentilah bus Transjakarta dan terbukalah pintunya, saat mengambil ancang-ancang, terdengar teriakan petugas, “Kota ya, Kota”. Tetot! Beberapa di antara kami yang telanjur geer memastikan lagi ke Mas Petugas bahwa dia tidak salah sebut, “Ke mana mas?” Jawabannya tetap sama, “Kota, Bu.”