Baduy berlokasi di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Rangkasbitung, Banten. Baduy terdiri atas Kampung Gajebo, Cikeusik, Cibeo,dan Cikertawana. Masyarakat Baduy tinggal di wilayah yang berbukit, berlembah, dan berhutan. Suku Baduy terbagi menjadi 2 golongan yaitu Suku Baduy Luar dan Baduy Dalam. Masing-masing memiliki kampung yang letaknya terpisah.
Suku Baduy juga memiliki beberapa adat yg harus dipatuhi diantaranya:
Adat & Larangan Menggunakan Bahan Kimia
Masyarakat Baduy menganggap bahwa mereka merupakan bagian dari alam semesta.
Mereka tidak menggunakan bahan-bahan kimia seperti sabun, shampoo, pasta gigi, pestisida maupun bahan-bahan kimia yang lainnya. Untuk menggantikan bahan-bahan tersebut, mereka mengambil bahan-bahan dari alam yang lebih ramah lingkungan.
Adat & Larangan Bersekolah
Masyarakat Baduy tidak mengenal sistem pendidikan atau sekolah formal. Aturan adat mereka melarang warganya untuk bersekolah. Mereka berpendapat bila orang Baduy bersekolah akan bertambah pintar dan orang pintar hanya akan merusak alam sehingga akan mengubah semua aturan yang telah ditetapkan oleh nenek moyang mereka.
Adat Larangan Percintaan Masyarakat Baduy
Orang baduy menikah dengan sistem perjodohan. adanya larangan orang baduy menikah dengan orang luar terkecuali orang luar mau masuk menjadi masyarakat baduy dan memahami ajaran sunda wiwitan.
Adat Larangan Berobat ke Dokter
adanya larangan berobat ke dokter, masyarakat baduy di larang untuk berobat ke dokter karena alasannya ada adat yang melarang mereka berobat dengan cara pengobatan tradisional atau secara herbal dengan memanfaatkan alam.
Tradisi Seba pada Masyarakat Suku Baduy
Dalam tradisi seba masyarakat Suku Baduy membawa berbagai hasil panen untuk diberikan kepada pemerintah. Acara tradisi seba merupakan salah satu simbol masyarakat baduy atas pengakuannya terhadap pemerintah
Tradisi Kematian pada Masyarakat Suku Baduy
Suku Baduy melakukan tradisi kematian sesuai dengan ajaran Sunda Wiwitan. Dalam sunda wiwitan orang yang meninggal dimandikan terlebih dahulu sama seperti umat islam pada umumnya. Dalam memandikan jenazah sesuai dengan jenis kelamin masing- masing jika yang meninggal perempuan maka dimandikan oleh kaum perempuan dan jika yang meninggal laki-laki akan dimandikan oleh laki-laki yang sudah ditugaskan. Proses pemandian jenazah diperbolehkan memakai sabun.
Keunikan lainnya terdapat pada cara merayakan lebaran. Mereka mengenal 3 kali lebaran dalam setahun. Sebelum merayakan lebaran, mereka berpuasa selama 3 hari. Puasa dilakukan setengah hari untuk setiap harinya. Mereka menyebut puasa 3 hari itu dengan puasa 3 bulan. Adapun perayaan lebaran dinamakan upacara "Kawalun"
Suku Baduy Dalam memiliki keunikan yakni tidak memperkenankan orang berkulit putih dan bermata sipit (orang luar negeri) memasuki kawasan Baduy Dalam. Hal ini disebabkan adanya kepercayaan bahwa tanah mereka adalah tanah yang suci tempat Adam pertama kali diturunkan ke bumi sebagai khalifah.
Suatu keunikan lagi yang dimiliki oleh masyarakat Baduy, yakni ketika mereka bepergian. Orang Baduy berjalan selalu beriringan dan selalu yang lebih tua atau yang dituakan di depan. Hal ini mengandung makna filosofis, sebagai penghormatan dan ketaatan terhadap aturan.