Mohon tunggu...
Reni Soengkunie
Reni Soengkunie Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang baca buku. Tukang nonton film. Tukang review

Instagram/Twitter @Renisoengkunie Email: reni.soengkunie@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebelas Tahun Pacaran Hanya untuk Menjaga Jodoh Orang

2 Desember 2019   23:44 Diperbarui: 3 Desember 2019   16:47 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merdeka.com/bossip.com

Kalau tidak salah, saya sudah tiga kali bertatap muka dengan si cowok ini. Pertama, tahun 2009 saat si cowok mengatar teman saya untuk merantau. Kedua, tahun 2011 saat si cowok menjemput teman saya di bandara setelah LDR kurang lebih 1.5 tahun. Ketiga, tahun 2013, saat keduanya menghadiri acara nikahan saya.

Kisah asmara mereka itu sebenarnya terhalang oleh perbedaan agama. Teman saya muslim dan cowoknya itu nonmuslim. Jadi, saya paham sih kalau hingga bertahun-tahun lamanya keduanya tak kunjung memutuskan untuk menikah. 

Meski cinta tak mengenal arti kata beda, namun pada kenyataannya perbedaan agama ini cukup pelik dalam hal dunia pernikahan. Menikah tak sesederhana itu. Untuk yang seagama saja kadang berat, apalagi yang beda agama.

Mendengar berita pernikahan mantan pacar teman saya ini, nyatanya membuat saya ikutan nyesek. Bukan saya tak paham arti kata 'bukan jodoh', namun saya cukup menyayangkan cara si cowok ini yang begitu kurang ajar. 

Jika akhirnya tak menikah, saya tentu paham, karena pada akhirnya jodoh itu tak bisa dipaksakan. Sekuat apa pun kita menahannya, kalau memang bukan jodoh yah gimana lagi.

Yang saya permasalahkan itu, hingga si cowok ini menikah, belum ada ketuk palu antara si cowok dan teman saya ini yang menyatakan mereka putus dan sudah resmi berpisah. Bisa dibilang, saat si cowok ini menikah, status teman saya ini dan si cowok masih bisa dibilang kekasih. 

Kalau memang suka dengan cewek lain atau sudah gak cinta, harusnya dia secara jantan bilang terus terang. Untuk menjalin hubungan baru, harusnya dia mengakhiri hubungan yang lama terlebih dahulu.

Sebelas tahun itu bukan waktu yang sebentar. Waktu selama itu mungkin jika ikutan cicilan KPR, sudah lunas setahun yang lalu. Tentu banyak cerita, kenangan, serta kisah yang tak mudah dilupakan begitu saja. 

Saya tak bisa membayangkan bagaimana ambyarnya hati teman saya ini. Terlebih dia tahu bahwa kekasihnya itu menikah justru dari orang lain. Yang lebih mengenaskan lagi, si cowok ini ternyata sudah jadi mualaf. Yang lebih tragisnya lagi, kok ya istrinya itu bisa mirip banget sama teman saya. Hmmm

Saya tak tahu mau bilang apa pada teman saya ini, yang pasti tak perlu menangisi lelaki seperti ini. Untuk apa menangisi dia yang bahkan tak peduli dengan kita.

Untuk teman saya yang tengah patah hati..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun