Mohon tunggu...
Reni Nur Silawati
Reni Nur Silawati Mohon Tunggu... Editor - Welcome to Rens Blog.Kompasiana | Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Masih dalam tahap belajar dalam menulis sebuah artikel yang bermanfaat, menarik, serta menghibur. Mohon dukungan anda dengan cara like, comment, and share artikel-artikel saya ya. Sebelum menyalin ada baiknya izin atau cantumkan link blog saya di dalam sumber internet anda. Terimakasih.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cikal Bakal Pembentukan Pembela Tanah Air (PETA) Ternyata Berada di Tangerang

8 Desember 2019   12:35 Diperbarui: 8 Desember 2019   13:22 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari awal, Yanagawa sudah  menyukai untuk mengajar orang Indonesia. "(Letnan Yanagawa) mengumpulkan enam orang pemuda Indonesia dan melatih mereka dan melatih mereka judo, sumo, kendo dan di waktu malam mengajar mereka bahasa Jepang. Dia memakai mereka untuk mengumpulkan data-data intelijen," catat Joyce Lebra.

Pada tahun 1942 Jepang mengumumkan tentang pendaftaran pelatihan militer bagi Pemuda Indonesia namun bukan sebagai Tentara. Jepang membentuk Seinen Kunrensho yang berarti Sekolah Pelatihan Pemuda di Bekas Rumah sakit di Daerah Yogyakarta bagian utara, dekat simpang jalan raya yang menuju Magelang yang disebut Asrama Pingit.

Tahun 1943 Pelatihan Militer dipindah ke Tangerang untuk Pelatihan Lanjutan yang disebut Seinen Dojo atau Pusat Latihan Pemuda yang kemudian berkembang menjadi Sukarelawan Pembela Tanah Air alias PETA. 

Adanya keputusan dalam sidang parlemen ke-82  di Tokyo, Tojo selaku Perdana Menteri kala itu  mengemukakan perlu dibentuk barisan semi militer dan militer di Indonesia. Kemudian pada bulan Januari 1943 di bentuklah sebuah pusat latihan militer untuk pemuda-pemuda Indonesia yang dikenal dengan sebutan "Sainen Dojo" di Tanggerang. Seinen Dojo Tangerang ini dipimpin oleh pelatih Jepang dari Jepang yaitu Letnan Yanagawa, dibantu oleh Maruzaki .Nakajima. Di dalam Seinen Dojo ini para pemuda diberi latihan militer yang sangat keras. Di tempat ini pula dibentuk karakter pemuda semangat dan keberanian berkorban tentara Jepang yaitu "Seisin" . Karakter-karakter "Seisin" seperti "Tai atari", "Jibaku", "Harakiri" inilah yang kelak sangat berguna dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di Sainen Dojo ini juga kelak lahir pahlawan-pahlawan kemerdekaan seperti Mayor Daan Mogot, Letnan Jenderal A. Kemal Idris, Letnan Jenderal A. Kosasih, dan sebagainya.

Pada awal tahun 1943, murid Yanagawa tak hanya enam orang saja, tapi 50 pemuda Indonesia pilihan yang diambil dari tempat-tempat pelatihan pemuda. Mereka ditempatkan di Seinen Dojo Tangerang.

Disini pelatihan berjalan intensif mempelajari seputar pengetahuan secara luas baik sejarah maupun lainnya. Di dalam asrama tersebut dibagi kedalam dua regu yang ditempatkan di dua barak, regu itu disebut Daichi Han dan Daini Han. Di regu Daichi Han antara lain terdapat nama-nama Daan Mogot dan Soeprapto Soekawati, dan di regu Daini Han antara lain terdapat nama-nama Kemal Idris, Yono Siswoyo, Aboe Djamal, Soeprijadi, Soemartono, Amir Sjamsoedin, Zulkifli Lubis, Soekotjo dan Soedjono

Setelah enam bulan mengikuti pelatihan di Seinen Dojo, 50 orang peserta pertama dinyatakan lulus pada bulan Juni. Letnan Yanagawa turun tangan langsung dalam pelatihan-pelatihan itu.  Hasilnya ternyata melampaui standar yang diharapkan.  Letnan Yanagawa dipuji. Kemudian dibulan Juni itu pula diterima untuk angkatan kedua. Kali ini jumlahnya lebih banyak, 60 orang.  Salah seorang di antaranya adalah Daan Mogot.

Lalu apa yang diajarkan di Seinen Dojo?   

  • Sejarah dunia, sejarah Hindia Belanda, situasi aktual dunia, sejarah perang, taktik, komunikasi, yang digolongkan sebagai kuliah umum;
  • Mata pelajaran khusus seperti spionase, muslihat, kontra-spinonase, propaganda, dll;
  • Latihan praktis seperti gerak badan, senam, gulat, sumo, berenang, anggar, dll;
  • Pelajaran teknik seperti pengintaian,  penyamaran, menembak, perhubungan, berkamuflase, dll;  
  • Berwisata, mengunjungi pabrik, perkebunan, dll;
  • Diajarkan pula lagu-lagu dan menyanyi lagu perang. Kegiatan yang keenam ini termasuk dalam ekstrakurikuler yang lumayan menyenangkan.

Namun terlepas dari  materi pelatihan itu, yang pertama kali diajarkan adalah pelajaran Bahasa Jepang. Semua pelajaran kelak disampaikan dalam Bahasa Jepang. "Kalau diprosentasi, pendidikan militer dan latihannya sekitar 70% sementara 30% pengetahuan lainnya," ujar Kemal Idris. (dalam Kompasiana: Kisah mereka yang dilupakan, Pusat Latihan Pemuda -- Seinen Dojo -- Pasukan Perang Fikir Republik Indonesia, 2016.)

Di Seinen Dojo, para pemuda Indonesia diajarkan kebiasan dan etos militer Jepang.  Latihan berjalan sangat ketat dan berat, menuntut disiplin tinggi, dan ketahanan mental dan juga fisik. Angkatan kedua Seinen Dojo telah menyelesaikan latihannya pada bulan Oktober 1943.  Dari dua angkatan menghasilakan 100 orang terlatih. Maka dari sinilah cikal-bakal sejarah PETA dimulai.  Berawal dari 100orang terlatih  inilah yang menjadi sebagian instruktur dan selebihnya menjadi korps perwira PETA yang pertama.

Akhir dari Pusat Latihan Pemuda (Seinen Dojo) Tangerang yaitu karena pada perang Asia-Pasifik balatentara Jepang kewalahan, maju jadi abu, mundur jadi bubur, dihabisi oleh pasukan Sekutu pimpinan  Jendral Mc Arthur dari AS. Padahal semua lulusan Seinen Dojo Tangerang sebelumnya direncanakan akan disusupkan ke Australia. Maka terjadilah selisih pendapat diantara benak para pimpinan militer Jepang di Jawa. Terjadi dua pendapat. Satu pihak berpendapat jika Seinen Dojo harus dibubarkan sebab tak ada gunanya lagi bagi straregi besar militer Jepang. Namun, pihak lain berpendapat bahwa jangan dibubarkan. Alasannya, dikarenakan mereka (lulusan Seinen Dojo)  sudah tahu banyak mengenai teori "Perang Rahasia Jepang". Maka jika dibubarkan, para siswa akan sangat berbahaya bagi kepentingan Jepang. Bahkan mungkin akan dirangkul pihak Sekutu. Perdebatan belum selesai dan masih dalam situasi politik yang kritis dan tak ada kepastian, pergerakan kemerdekaan Indonesia yang diwakili oleh Gatot Mangkoepraja menggebrak dan mendesak pimpinan Angkatan Perang Jepang di Indonesia, yang inti usulnya yaitu: Pihak tentara Jepang haruslah segera melatih para pemuda Indonesia di bidang kemiliteran secara besar-besaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun