Filsafat Dakwah: Â Transformasinya dalam Sejarah
Sejarah Perkembangan Dakwah.
Sejarah Islam memperlihatkan dinamika dakwah yang terus berkembang.
Masa awal Islam
Dakwah dilaksanakan secara praktis melalui keteladanan Rasulullah SAW. Beliau menyampaikan risalah dengan akhlak mulia, sabar, dan hikmah sehingga Islam dapat diterima masyarakat Makkah dan Madinah.
 Masa klasik
   Para ulama mulai menyusun pemikiran dakwah secara lebih sistematis, dengan menekankan aspek akidah dan syariat sebagai pondasi utama umat.
Masa pertengahan
Dakwah berakulturasi dengan budaya lokal di berbagai wilayah. Hal ini terlihat dari penyebaran Islam di Nusantara melalui pendekatan budaya, seni, dan perdagangan tanpa meninggalkan substansi ajaran Islam.
Masa modern dan kontemporer
 Dakwah bertransformasi dengan memanfaatkan teori komunikasi, pendekatan sosial, hingga pemanfaatan teknologi digital. Media sosial, website, dan platform daring kini menjadi sarana strategis dalam menyebarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat global.
Dakwah sebagai Fenomena Dinamis
Perjalanan panjang dakwah membuktikan bahwa ia bersifat dinamis dan adaptif. Pada masa klasik, orientasinya pada pemurnian akidah; di masa pertengahan, dakwah beradaptasi dengan budaya lokal; sementara di era kontemporer, dakwah hadir dalam berbagai bentuk inovasi, termasuk dakwah digital yang mampu menjangkau lintas batas geografis. Dengan demikian, dakwah senantiasa menjawab tantangan zaman dan bertransformasi sesuai kebutuhan umat.
   Filsafat dakwah merupakan kunci untuk memahami dakwah tidak sekadar sebagai aktivitas keagamaan, tetapi juga sebagai disiplin ilmu yang hidup, berkembang, dan relevan sepanjang masa. Melalui pemahaman filosofis, dakwah dapat diarahkan secara lebih bijak, strategis, dan efektif dalam menjawab perubahan zaman. Oleh karena itu, penguatan filsafat dakwah sangat diperlukan agar dakwah tetap berperan sebagai pemandu umat menuju kebaikan, sekaligus mampu berkontribusi dalam membangun peradaban Islam yang rahmatan lil 'alamin.