Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kasih dan Peringatan tentang Menghakimi (Lukas 6:27-38)

1 Desember 2020   09:50 Diperbarui: 1 Desember 2020   09:55 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          Dalam ayat 6:27-36, Yesus menyuarakan kasih kepada semua orang. Kasih yang dituntut oleh Yesus adalah kasih yang radikal. Kasih itu tidak hanya ditujukan bagi mereka yang mengasihi, tetapi juga bagi mereka yang membenci dan mengutuki. Model kasih semacam itu adalah kasih Bapa sendiri. 

Ia mengasihi juga orang-orang yang tidak tahu berterimakasih dan mengasihi juga orang-orang jahat. Oleh karena itu, setiap murid Yesus dipanggil untuk menjadi murah hati, sama seperti Bapa adalah murah hati. Seruan tentang kasih ini merupakan inti khotbah Yesus. Bagian ini memuat tuntutan fundamental yang harus dipenuhi oleh setiap murid Yesus. Kasih para pengikut Yesus harus lebih daripada kasih orang-orang pada umumnya.

Seruan tentang kasih ini berisi empat seruan untuk mengasihi musuh (ay. 27-28). Keempat seruan itu adalah mengasihi musuh, berbuat baik kepada yang membenci, memberkati yang mengutuk, dan berdoa bagi mereka yang mencaci. Keempat seruan itu diikuti dengan empat ilustrasi tentang kasih (ay. 29-30). Ilustrasi pertama berbicara tentang memberikan pipi yang satu bagi mereka yang menampar pipi yang lain, memberikan baju bagi mereka yang meminta jubah, memberi kepada mereka yang meminta, tidak mengharapkan kembali apa yang sudah diambil. 

Dalam ayat 31, Yesus memberikan golden rule: "Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka!" Prinsip ini mempunyai akar pada Im 19, 18 di mana orang diperintah untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri. Prinsip ini tidak hanya menuntut orang untuk menghindari perlakuan tidak adil yang tidak diinginkan. Prinsip ini juga menuntut orang untuk memberi perhatian tentang sesuatu yang dibutuhkan oleh orang lain.

Setelah Yesus memberikan golden rule, Yesus memberikan lagi tiga ilustrasi kasih yang radikal, tidak bersyarat (ay. 32-34). Yesus mempergunakan contoh-contoh negatif untuk menunjukkan kepada para murid bahwa kasih mereka harus berbeda dari kasih orang-orang berdosa. Sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh Yesus "Apakah jasamu" membawa implikasi bahwa kasih para murid harus lebih daripada kasih pada umumnya. 

Ketiga ilustrasi ini paralel dengan contoh-contoh kasih yang terdapat pada Luk 6:27-30. Ketiganya dinyatakan dalam kalimat-kalimat pengandaian yang relatif sama yaitu "Jika kamu ..., apakah jasamu? Jika kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apa jasamu? Jika kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Jika kamu meminjamkan sesuatu kepada orang karena kamu berharap akan menerima sesuatu daripadanya, apakah jasamu?

Dalam ayat 35-36 adalah bagian kesimpulan dari kasih itu. Yesus mengulang kembali tiga seruan kasih yang sudah disampaikan pada ayat 27-28. Bersama dengan seruan akan kasih itu, disebutkan pula ganjaran besar yang akan diterima oleh mereka yang melaksanakannya. Mereka akan mempunyai upah besar dan akan menjadi anak-anak AllahYang Mahatinggi. Mereka yang memperaktikkan seruan kasih itu telah menunjukkan kesetiaan mereka kepada Allah. 

Dalam ayat 37-38 harus dihubungkan dengan ajaran mengenai sikap terhadap musuh ini (ay. 35), yaitu "Jangan menghakimi", atau positifnya "Ampunilah!", atau bisa juga dengan mengulangi ayat 30 yaitu "Berilah!" (ay. 38). Dalam ayat 37-38 ini juga, Yesus menyampaikan empat peringatan yang harus dipahami sebagai sebuah kesatuan. Peringatan-peringatan ini disampaikan dalam dua pasangan yaitu dua larangan dan dua perintah serta diikuti dengan sebuah komentar akhir:

  • "Jangan menghakimi maka kamu tidak akan dihakimi". Yang diajarkan adalah sebuah sikap hati-hati dalam menghakimi: lambat untuk menghakimi dan cepat untuk mengampuni. Apa yang harus diupayakan adalah agar para murid tidak mengambil alih posisi dan kuasa Allah dalam mengadili dan menghukum seseorang. Mereka yang cepat menghakimi adalah mereka yang gagal menunjukkan belas kasih kepada sesamanya yang bersalah. Tidak akan dihakimi tidak berarti bahwa orang akan terhindar dari penghakiman Allah. Tidak dihakimi berarti ia akan mendapat kasih pada hari penghakiman itu.
  • "Jangan kamu mneghukum maka kamu pun tidak akan dihukum". Penghakiman selalu dekat kaitannya dengan hukuman. Seorang terdakwa atau dibebaskan dari hukuman atau dihukum. Semua itu ditetapkan dalam pengadilan di depan seorang hakim. Di atas, telah dinyatakan larangan untuk tidak menghakimi. Sekarang, yang dilarang adalah kebiasaan menghukum orang yang bersalah. Seorang yang bersalah dapat dinyatakan bersalah, tetapi dapat juga dibebaskan dari hukuman yang sebenarnya harus ditanggungnya. Penghapusan hukuman seperti ini bisa terjadi lewat pengampunan. Diampuni tidak berarti bahwa pendosa tidak bersalah, tetapi bahwa ia dibebaskan dari hukuman yang seharusnya ditanggungnya. Larangan untuk tidak menghukum bisa akan dinyatakan dengan cara positif dalam perintah untuk mengampuni yang akan segera disampaikan.
  • "Ampunilah maka kamu akan diampuni". Apa yang dimaksudkan bukanlah menyatakan bahwa orang yang bersalah adalah benar. Orang bersalah tetaplah bersalah. Yang mau dikatakan adalah sikap seorang murid Yesus terhadap orang yang bersalah. Sikap itu mesti terwujud dalam sebuah pengampunan dan bukan dendam atau menuntut balas atas kejahatan atau kesalahan yang telah diperbuat oleh orang lain.
  • "Berilah maka kamu akan diberi". Setiap murid Yesus harus mampu menunjukkan kemurahan hati. Kemurahan hati itu bersumber pada kemurahan hati Allah sendiri. Inilah panggilan setiap murid Yesus sebagaimana sudah dinyatakan pada ayat 36: "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati".

Dalam Injil Luk 6:27-38 ini mengatakan bahwa Lukas secara panjang lebar menjelaskan tentang cinta kepada musuh (ay. 27-28). Cinta manusiawi seharusnya sesuai dengan cinta ilahi, cinta yang "baik terhadap orang yang tidak tahu berterima kasih dan jahat" (ay. 35). Panggilan untuk menjadi "murah hati", sama seperti Bapamu murah hati" (ay.36) adalah kekhasan Lukas. Karena Lukas mendefinisikan dengan baik kemurahan hati ilahi yang tidak terbatas. Dante menyebut Penginjil ini sebagai Scritsa mansuetudinis Christi, "narator kelembutan hati yang manis Kristus".

Pelajaran tentang menghakimi orang lain dihubungkan dengan mencintai musuh. Konteks yang melingkupi teguran untuk tidak menghakimi orang lain tidak berarti menyetujui kebenaran atau kesalahan suatu tindakan atau isi moralnya; nyatanya, seluruh Sabda Bahagia memuat unsur-unsur penghakiman. 

Lebih daripada itu, Lukas menunjukkan pada orang yang berusaha memainkan peran Allah dengan memberikan keselamatan atau menjatuhkan hukuman kepada orang lain, sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh Allah. Bagi mereka yang melakukan hal ini, Lukas memberikan suatu peringatan keras: mereka akan dihakimi oleh diri mereka sendiri. Demikian pula, mereka memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan akan menerima berkat berlipat ganda bagi dirinya (ay. 38).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun