Mohon tunggu...
Gadget

Indonesia Tidak Ramah Ekosistem Bisnis Rintisan Start Up By Hmei7 Hacker

24 Desember 2018   00:57 Diperbarui: 24 Desember 2018   01:03 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang kita ketahui, startup merupakan sebuah usaha kewirausahaan yang biasanya merupakan bisnis baru yang tumbuh dengan cepat dan berkembang pesat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan mengembangkan model bisnis yang layak seputar produk, layanan, proses, ataupun platform yang inovatif. Startup biasanya merupakan perusahaan yang dirancang untuk secara efektif mengembangkan dan memvalidasi model bisnis yang skalabel. Inti dari startups sendiri umumnya terkait dengan konsep ambisi, inovasi, skalabilitas, dan pertumbuhan.

 

Telah banyak startup yang lahir di Indonesia dengan berbagai jenis produk, genre bisnis, maupun ragam pemasaran yang berbeda. Banyak pula didirikan komunitas, kompetisi, hingga program inkubasi guna membangkitkan ekosistem startup di Indonesia. Bahkan Presiden Joko Widodo juga menyatakan dengan perkembangan startup akhir-akhir ini mampu menjadikan Indonesia negara yang punya daya saing tinggi dan ekonomi besar.

Namun banyak investor startup maupun pengelola program inkubasi yang mengeluhkan minimnya talent startup yang berkualitas. Memang banyak startup yang mendaftar dalam berbagai kompetisi, namun dari segi kualitas bisa dikatakan minim. Ternyata ada beberapa kendala mengapa ekosistem startup sulit berkembang di Indonesia.

 

Orang Indonesia lebih suka disuapi daripada berpikir out-of-the-box

 

Kebanyakan masyarakat Indonesia memiliki mental yang lebih suka melihat segala sesuatu apa adanya dan mental lebih suka disuapi. Padahal untuk membangun startup, sangatlah membutuhkan kreativitas tinggi. Orang Indonesia lebih suka duduk di zona nyaman sedangkan berpikir out-of-the-box membuat mereka harus keluar dari kursi nyaman. 

Kita tidak dapat menyalahkan orang-orang ini, kesalahan dari metode pendidikan di bangku sekolah dan bangku kuliah yang bersifat satu arah dan menyuapi (top-down approach) daripada yang bersifat fostering collaboration and creativity (bottom-up approach) adalah faktor utama kenapa orang Indonesia lebih suka disuapi dan mengikuti apa yang dikatakan oleh guru atau dosen.

 

Orang Indonesia takut menghadapi kegagalan dan tidak memiliki budaya continuous learning

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun