Mohon tunggu...
Rena Tadzlila Rizqi
Rena Tadzlila Rizqi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Art is the deep soul

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nada Perjuangan Sang Maestro: Napak Tilas Jejak Peninggalan W. R. Soepratman oleh Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

1 Mei 2025   11:21 Diperbarui: 1 Mei 2025   11:21 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum WR Soepratman (sumber: dokumentasi kelompok 3)

Surabaya, Jawa Timur (20/04/2025) - Suara lirih biola dan jejak sejarah WR Soepratman mengalun pelan di benak dua belas mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Dalam langkah mereka, sejarah dihidupkan kembali melalui kegiatan napak tilas cagar budaya untuk mendalami nilai patriotisme dan nasionalisme dengan pendekatan secara langsung ke sumber sejarah. Banyak cagar budaya di Indonesia yang berlokasi di ibu kota Jawa Timur ini, salah satunya adalah Museum W. R. Soepratman yang terletak di Jalan Mangga No. 21 dan makamnya yang berjarak sekitar dua kilometer dari museum, di Jalan Kenjeran, Surabaya.

Museum W. R. Soepratman adalah salah satu cagar budaya hidden gem (permata tersembunyi) di Surabaya yang berada di tengah perkampungan warga. Hanya dengan membayar Rp0--5.000, masyarakat Indonesia sudah bisa meningkatkan nilai sejarah secara mendalam dengan melihat berbagai peninggalan sejarah, seperti replika biola, foto sejarah, dan lain sebagainya. Banyaknya sejarah di museum ini karena dulunya merupakan tempat tinggal W. R. Soepratman ketika berprofesi sebagai jurnalis di Surabaya.

 Replikas biola WR Soepratman (sumber: dokumentasi kelompok 3)
 Replikas biola WR Soepratman (sumber: dokumentasi kelompok 3)

Kegiatan napak tilas ini berlangsung selama tiga jam, dari pukul 09.00 WIB hingga 12.00 WIB. Pada keberangkatan pertama, mahasiswa lebih dahulu berkunjung ke Makam W. R. Soepratman untuk tabur bunga dan mengheningkan cipta sebagai penghormatan kepada mendiang W. R. Soepratman dan para pahlawan yang telah gugur.

Tabur bunga makam WR Soepratman (sumber: dokumentasi kelompok 3)
Tabur bunga makam WR Soepratman (sumber: dokumentasi kelompok 3)

Setelah itu, perjalanan berlanjut ke Museum W. R. Soepratman. Di sana, acara napak tilas ini dibuka dengan pengenalan singkat biografi sang maestro oleh tour guide, Syaifuna Arief. Ada satu hal menarik yang diungkapkan oleh Syaifuna Arief ketika menjejaki museum, "Dulunya ketika museum ini ditemukan, rangka atapnya terhubung dengan rumah sebelah. Praduga kami, rumah ini sebenarnya luas dan bangunan ini hanyalah sebuah kantor untuk bekerja saja. Namun, hal ini masih belum bisa kami gali kebenarannya karena keterbatasan akses dan informasi."

Menurut informasi pemandu, pada masa pemerintahan Ir. Soekarno, museum ini awalnya direncanakan berdiri di Wonocolo, Surabaya, sebagai ikon masuknya Kota Surabaya dengan dibangun patung W. R. Soepratman setinggi 80 meter. Karena daerah Wonocolo sudah banyak ikon Surabaya, akhirnya museum ini dibangun di Jalan Mangga No. 21 ketika rumah ini ditemukan.

Saat museum ini baru direkonstruksi, banyak warga sekitar yang antusias ingin mengunjungi dan mengetahui isi dari bangunan ini. "Museum ini setiap harinya ada yang mengunjungi, tetapi tidak bisa dipastikan berapa orang per harinya. Kadang warga sini sendiri dan ada juga yang diajak temannya karena baru tahu kalau di Surabaya ada peninggalan W. R. Soepratman. Bahkan, sering ada bule (warga negara asing) yang berkunjung ke sini," Jelas tour guide, Syaifuna Arief.

Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Surabaya sendiri masih tertarik dengan sejarah Indonesia di era gempuran digitalisasi ini. Sayangnya, masih ada kebiasaan kurang bijak dari sebagian pengunjung saat berada di cagar budaya. Dari penjelasan pemandu museum, banyak pengunjung yang masih menyentuh, memindahkan barang peninggalan di museum itu, dan mengkikis cat patung W. R. Soepratman menggunakan kuku mereka. Untungnya tidak ada masalah besar yang ditimbulkan dari kejahilan pengunjung.

Tidak hanya tentang kisah hidup W. R. Soepratman, Syaifuna Arief juga menceritakan tentang Makam W. R. Soepratman yang telah dikunjungi Kelompok Tiga sebelumnya. Menurut informasi dari pemandu, di rumah inilah W. R. Soepratman terakhir ditangkap oleh Belanda dan dibawa ke Penjara Kalisosok. Penangkapan ini hanya sebentar, tetapi sangat berdampak pada Soepratman. Setelahnya, Soepratman sakit selama tiga hari dan wafat di rumah ini. Awalnya, beliau dimakamkan di TPU Rangkah, Surabaya, yang kemudian pada tahun 1960 dipindahkan ke Jalan Kenjeran, Surabaya.

Makam WR Soepratman (sumber: dokumentasi kelompok 3)
Makam WR Soepratman (sumber: dokumentasi kelompok 3)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun