Mohon tunggu...
Rufaidah As Samara
Rufaidah As Samara Mohon Tunggu... Freelancer - College Student

Public Health UM 2016

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

KKN UM Desa Soso Dampingi Batik Percik Masyarakat Disabilitas untuk Hasilkan Rupiah

28 Juni 2019   06:37 Diperbarui: 12 Juli 2019   09:48 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Kegiatan KKN UM Desa Soso 2019 - dokpri

BLITAR -- Meski dalam keterbatasan, beberapa warga disabilitas intelektual atau tuna grahita mampu menghasilkan karya batik. Ada 3 orang tuna grahita yang aktif dari kurang lebih 20 warga disabilitas di KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) "Harapan Makmur" di Dusun Maguan, Desa Soso, Gandusari, Kabupaten Blitar. Ketiga disabilitas tersebut dapat membuat motif percik atau corak dominan titik-titik, semburan, maupun semburat seolah percikan air. Pewarnaan pada kain menguatkan kesan percikan. Motif percik ini merupakan motif yang paling mungkin dan mudah dilakukan para warga disabilitas untuk mencipta sebuah karya.

KSM Harapan Makmur didirikan pada awal tahun 2018. Mereka memulai dengan meningkatkan kemampuan para pendamping dengan melakukan pelatihan, merekrut secara ketat puluhan warga tuna grahita Desa Soso, dan memberikan pelatihan. KSM Harapan Makmur pertama kali memulai produksi pada Maret 2018. KSM Harapan Makmur memulai produksi melalui pameran, sosial media seperti facebook dan instagram,dari mulut ke mulut, dan dari beberapa acara pertemuan. Warga Desa Soso cukup bangga dengan Kelompok Swadaya Masyarakat Harapan Makmur yang mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat disabilitas desa setempat. Peminat batik percik berasal dari berbagai kalangan, seperti instansi-instansi pemerintah, lembaga pendidikan, perangkat desa, dan individu.

Menurut ibu Mujiati selaku pendamping, KSM Harapan Makmur memberi dampak positif bagi para warga disabilitas Desa Soso. Dulu berangkat ke lokasi pembatikan harus dijemput terlebih dahulu. Namun kini para warga tuna grahita sudah mulai berani berangkat sendiri. "Mereka semakin mandiri," kata Ibu Mujiati. Memperbesar wilayah pemasaran batik percik menjadi tantangan selanjutnya bagi KSM Harapan Makmur. Pendamping Harapan Makmur, Ibu Binti, mengatakan bahwa selama ini mereka hanya mengandalkan penawaran via media sosial maupun dari pameran. Pasalnya, muncul keraguan apabila pemasaran akan kontraproduktif dengan kemampuan pembatik tuna grahita ini. "Kami kadang takut menggencarkan promosi. Kalau dipaksakan, warga-warga yang membuat malah ngambek atau dengan alasan kecapekan. Kami juga tidak mungkin membuat sendiri, namun mengatas namakan disabilitas," kata Ibu Binti.

Produksi batik ini tidak hanya melalui proses ciprat, tetapi juga melalui proses pewarnaan, perebusan, hingga proses pembungkusan. Setiap proses dalam produksi batik percik melibatkan warga disabilitas Desa Soso. Dan sebagai karya khas, para warga disabilitas tetap terlibat sebagai pembatik utama batik percik. Cara ini tak hanya menguntungkan bagi pihak KSM Harapan Makmur dan para warga disabilitas tetapi juga menguntungkan desa karena memberi tambahan efek positif bagi desa. Batik percik sendiri sudah memiliki daya tarik kuat karena keunikan motifnya. Kini tinggal perbaikan tata kelola produksi dengan memberdayakan masyarakat, sehingga diharapkan mampu menerima pesanan yang lebih besar dan dapat meluaskan wilayah pemasaran di tingkat yang lebih tinggi.

Penulis: Megarani Rosnadia

Editor: Baitus Shofa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun