Mohon tunggu...
Reliska WinkaIssafila
Reliska WinkaIssafila Mohon Tunggu... Penulis - Penyuka aksara

Surround yourself with really good thoughts😊

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengorbanan Cinta dalam Kehalalan Doa

12 Agustus 2021   21:46 Diperbarui: 12 Agustus 2021   21:53 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Padahal, barangkali saya keliru. Ah ya, barangkali saya hanya sedang berkorban untuk diri saya sendiri dan menjadikan Allah sebagai tamengnya :"(

Saya khawatir jika ternyata saya sekolah hanya untuk mencerdaskan diri saya, bukan untuk mengajak orang lain cerdas memaknai kebesaran-Nya. Saya khawatir jika ternyata menulis saya hanya untuk meninggikan diri saya, bukan untuk meninggikan Allah dan Rasul-Nya. 

Saya khawatir seluruh energi, waktu, dan matari yang saya berikan kepada orang lain hanya untuk membuat saya mendapatkan tempat di hati mereka, bukan agar saya mendapat pengakuan baik dari-Nya. Saya khawatir, semua pengorbanan saya adalah pengorbanan palsu yang tidak saya sadari kepalsuannya.

Momen Dzulhijjah menjadi momen refleksi bagi saya akan semua pengorbanan itu. Rupanya, saya butuh banyak-banyak melakukan restart terhadap apa-apa yang saya lakukan. Sebab, tak ada pengorbanan palsu yang layak dipersembahkan untuk-Nya, bukan?

Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga mulai merasakan kepalsuan itu ada pada dirimu? Hmm, yuk evaluasi diri kita bareng-bareng! Semoga Allah memampukan kita memaknai ulang semuanya, agar pengorbanan-pengorbanan kita selanjutnya adalah pengorbanan-pengorbanan yang tidak lagi diwarnai oleh kepalsuan dari jiwa yang berpaling dari-Nya.

"Apakah seluruh upayaku ini akan berharga dan bermuara pada hasil terbaik yang telah disediakan-Nya? Apakah seluruh lelahku ini akan terbayar? Apakah aku sudah benar-benar cukup berjuang?" Tidak hanya itu, barangkali kita pun tergoda untuk bertanya, "Ya Allah, bolehkah aku mengintip hasil akhirnya?"

Baik, jika kita mau sedikit saja melebarkan sabar dan meluaskan tawakkal, bukankah sebenarnya tidak ada gunanya jika kita mengetahui hasil akhir perjuangan kita sekarang? Kalau hasilnya baik, apakah benar akan baik untuk kita? Kalau hasilnya buruk, apakah kita akan siap untuk menerima dan mengetahuinya sekarang saat jarak dan langkah perjuangan kita belum sampai pada akhirnya?

Lalu bagaimana? Apa yang harus kita lakukan sekarang?

Tetaplah berjuang, sampai akhir. Genapkan setiap upaya terbaik dengan doa-doa terbaik, lalu lepaskan hasil akhirnya sebab itu adalah soal ketetapan-Nya. Sebab, pengorbanan cintamu kepada sang khalik dalam kehalalan do'a, akan menjadi hasil terbaik dari setiap perjuanganmu.

Semoga kita bisa mendapat rezeki yang halal, sehingga bisa memaksimalkan pengorbanan cinta kepada sang khalik. Namun bisa juga berkorban melalui kehalalan doa. Sebab, semua orang bebas berdoa, apapun, kapanpun, dan dimanapun. Ada salah satu doa yang senantiasa dapat kita ucapkan :

Alloohumma innii as-aluka an tarzuqonii rizqon halaalan waasi'an thoyyiban min ghoiri ta'abin wa laa masyaqqotin wa laa dhoirin innaka 'alaa kulli syai-in qodiir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun