Mohon tunggu...
Religius Perdana
Religius Perdana Mohon Tunggu... DEVELOPER PROPERTI -

Karena produktifitas tidak hanya dilihat dari kuantitas, tapi juga kualitas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisruh Antara Transportasi Konvensional dengan Transportasi Online, Muncul Go-Blue Bird

31 Maret 2017   14:17 Diperbarui: 1 April 2017   06:34 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.inet.detik.com

Rasanya pertentangan yang terjadi antara transportasi konvensional dengan transportasi berbasis online makin lama makin memprihatinkan. Masih ingat tentang pengendara ojek online yang ditabrak supir angkutan umum? Masih ingat demo yang dilakukan ganti-gantian antara kedua kubu tersebut? Tidak tahu? Aduh kemana saja. Buka Youtube!

Pada dasarnya, setiap moda transportasi baik yang konvensional maupun berbasis online memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Seperti yang dilihat selama ini, banyak hal yang belum mampu diakomodasi oleh transportasi umum konvensional namun dapat dilayani oleh transportasi berbasis online. Sebagai contoh, rute angkutan umum yang ada tidak mampu menjangkau sampai ke dalam gang-gang kecil. Dari segi kepraktisan pun, jelas transportasi online lebih unggul. Hanya ketik dan klik, pengemudi akan datang menjemput penumpangnya. Pembayaran juga dapat dilakukan secara tunai maupun non-tunai. Sebagai tambahan, beberapa transportasi online juga melayani delivery pangan hingga barang, dan sebagainya. Jangan tanya apakah angkutan umum mampu melayani ini atau tidak.

Berkaca dari pengalaman, banyak angkutan umum yang ngetem di sembarang tempat. Selain menimbulkan kemacatan, ini membuat penumpang yang sudah ada di dalam kendaraan menunggu lebih lama. Di samping itu, banyaknya kondisi angkutan umum yang memprihatinkan, ditambah tidak adanya inovasi terhadap pelayanan juga mengurangi kenyamanan dari penumpang.

Lalu apa kelebihan angkutan umum? Jika diteliti lebih lanjut, dari segi harga cenderung lebih fleksibel. Jika penumpang kenal dengan pengemudi, harganya bisa lebih murah, bahkan boleh ngutang dulu. Tawar-menawar harga pun dapat dilakukan, sehingga apabila tidak terjadi kesepakatan harga, penumpang boleh menolak. Kemudian, untuk mereka yang belum memiliki media seperti ponsel berbasis aplikasi, atau tidak memiliki kuota internet, dapat menggunakan angkutan umum.

Lalu mengapa supir angkutan umum demo? Karena akhir-akhir ini banyak oknum pengemudi online yang mengambil penumpang tanpa melalui aplikasi, katanya. Pengemudi online pun cenderung bebas tanpa perlu melakukan uji KIR, dan kebanyakan belum memiliki SIM A Umum. Pada tahun 2016 lalu, Menhub sempat mengeluarkan larangan bagi transportasi online. Tapi tak lama kemudian larangan itu dicabut kembali. Rencananya, dalam waktu dekat ini akan mulai diterapkan aturan baru mengenai transportasi online. Mari kita pantau bersama-sama bagaimana kelanjutannya.

Kemajuan teknologi memang sulit dibendung. Jika ingin bersaing dengan negara lain, mau tidak mau, suka tidak suka kita harus mampu berkembang menyesuaikan dengan teknologi yang ada. Anak muda bangsa sudah susah-payah membuat aplikasi dan sistem sedemikian rupa untuk mempermudah masyarakat. Harus diapresiasi. Ketika nanti tunas-tunas bangsa ini dicaplok negara lain, penyesalan pasti menjadi-jadi. Jangan sampai kreatifitas anak muda dikekang karena rongrongan dari pelaku-pelaku konvensional. Jika demikian, lama-lama pegawai kantor pos mungkin akan demo juga terhadap maraknya e-mail dari Yahoo, Google, dan sebagainya. Aduh!

Ditengah keadaan ini, muncul Go-Blue Bird, yang merupakan hasil kolaborasi antara Go-Jek dengan Blue Bird. Dalam sistem ini, penumpang dapat memesan taksi Blue Bird melalui aplikasi Go-Jek. Menarik. Bagaimana yang konvensional mampu menyesuaikan dirinya terhadap kemajuan zaman. Ini merupakan salah satu contoh yang patut ditiru. Mengapa? Karena perkembangan teknologi bukan dijadikan penghambat, malah dijadikan batu loncatan untuk menjadi lebih baik. Ingat, saat ini bukan teknologi yang menyesuaikan manusia, tapi manusianya yang harus menyesuaikan diri dengan teknologi. Ayo berbenah!

Bentuk kolaborasi seperti ini bagus menurut saya. Bahkan dalam bayangan saya kedepannya, akan muncul mini-holding di bidang transportasi seperti rencana holding yang dilakukan pada BUMN. Semoga saja bukan hanya wacana. Oiya, tanpa mengurangi rasa hormat, jangan tanyakan kepada saya mengapa ada Menko Maritim pada foto diatas ya. Mungkin berikutnya Go-Blue Bird ini bisa melayani transportasi di laut. Bisa saja loh. Siapa tahu? Mungkin berikutnya akan muncul Go-Blue Fish. Salam!

Oleh: Religius Perdana Purba

www.begadanger.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun