Sesuai dengan namanya Model United Nations (MUN) adalah sebuah kegiatan yang mengumpulkan para mahasiswa dari berbagai penjuru dunia untuk melakukan simulasi atau rekayasa model konferensi dan diskusi-diskusi yang biasanya dilakukan oleh organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Event kegiatan berskala internasional seperti ini dirintis dan dimulai pada tahun 1991 oleh beberapa mahasiswa dari Harvard University yang berkeinginan untuk menciptakan model tersebut dengan terobosan berbeda. Dikenal dengan nama Harvard World MUN (HWMUN), disingkat menjadi WorldMUN, lebih sering populer dengan istilah Olimpiade MUN, kegiatan tahunan ini telah diselenggarakan di 20 negara lintas benua, dihadiri lebih dari 2200 delegasi mahasiswa yang berasal dari universitas yang tersebar di lebih dari 65 negara.
Tahun 2015 adalah tahun penyelenggaraan WorldMUN yang ke 24, dilaksanakan di Korea International Exhibition Center (INTEX), Seoul, Korea Selatan pada tanggal 16 – 20 Maret dan kabar baiknya adalah delegasi Indonesia yang ikut serta dalam Olimpiade tersebut pulang membawa beberapa penghargaan yang membanggakan. Adapun jenis kompetisi yang dimaksud adalah Social Venture Challenge Resolution Project (SVCRP) dan United Nations Conference Simulation (UNCS). Untuk kategori SVCRP dengan penghargaan pertama terbaik diraih oleh delegasi mahasiswa yang berasal dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), disusul oleh Djarum Foundation, dan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) sebagai peserta terbaik untuk kategori UNCS.
Siapakah para mahasiswa berprestasi dari UMY? Mereka adalah Ahmad Jawwad, Andi Amitya Resti Dwiyanti dan Asep Suryana. Ahmad Jawwad, mahasiswa jurusan Hubungan Internasional 2011 dengan posisi sebagai ketua tim delegasi UMY menjelaskan SVCRP adalah kompetisi yang mengharuskan para delegasi menyampaikan proyek-proyek sosial di negaranya masing-masing. Ahmad yang didampingi oleh adik kelasnya Asep ( HI angkatan 2012 ) dan Resti, mahasiswi S-2 UMY jurusan Magister Politik Dan Hubungan Internasional 2013 mengajukan proyek sosial dengan nama CancerCARE, sebuah proyek yang memberikan pengetahuan dan menanamkan kesadaran masyarakat umum untuk lebih peduli pada penderita kanker, khususnya anak-anak.
“Ini proyek kepedulian sosial. Kalau kita perhatikan, anak-anak penderita kanker itu tingkat sosialnya rendah dan minder. Itulah sebabnya kami mengajukan proyek CancerCARE,” ujar Jawwad dalam keterangan yang diberikannya Selasa(14/04). Selain kaget, kabar kemenangan timnya di ajang kompetisi bergengsi ini sempat diterima dengan penuh keraguan. Pasalnya berbagai hambatan yang mereka hadapi mulai dari persoalan dana dan berbagai seleksi pendahuluan yang harus diikuti tahap demi tahap.
Pada kesempatan yang sama, Asep Suryana juga menuturkan kendala bahasa pada saat presentasi di hadapan juri dan delegasi dari berbagai universitas yang menghadiri kegiatan tersebut. Para mahasiswa pada umumnya adalah penutur asli Bahasa Inggris (native speaker). Resep jitu dari Asep yang dapat diteladani adalah rasa percaya diri, tidak perlu minder dengan kemampuan bahasa yang dimiliki dan perlunya penyampaian bahasa yang jelas dan dimengerti oleh orang yang mendengarnya.
Selamat untuk kawan-kawan atas kemenangannya. Salam Kompasiana.
sumber ilustrasi : disini
