Mohon tunggu...
REDEMPTUS UKAT
REDEMPTUS UKAT Mohon Tunggu... Lainnya - Relawan Literasi

Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam kasih (1kor. 16:14)

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sei Makanan Tradisional NTT Bercita Rasa Juara

15 Juni 2021   22:26 Diperbarui: 15 Juni 2021   22:38 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sei Sapi Kupang (sergap.id)

Baru - baru ini Sei berhasil terpilih sebagai juara 1 Makanan Tradisional Terpopuler dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) Awards 2020. Sei mengungguli Coto Manggali dari Kabupaten Kotawaringin Barat dan Pendap dari Kabupaten Bengkulu Selatan. Sebelumnya ketiga makanan tersebut pada bulan Februari yang lalu terpilih sebagai 3 Nominasi Terbaik Kategori Makanan Tradisional.

Terpilihnya Sei sebagai makanan tradisional terpopuler sangat membahagiakan masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT). Karena ternyata kuliner NTT tidak saja enak tetapi juga bercita rasa juara. Hal ini juga tentu memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk datang ke NTT. Mereka tidak saja menikmati pemandangan alam NTT yang mengagumkan atau mempelajari budaya - budaya setempat yang unik tetapi juga pada kesempatan yang sama mereka bisa menikmati kuliner tradisional yang bercita rasa juara.

Walaupun sei sudah semakin populer dengan gelar juaranya, pada kesempatan ini  juga saya kira sangat penting bagi saya untuk memperkenalkan lagi apa itu sei dan apa istimewanya? Sebab bisa saja di antara pembaca sekalian ada yang belum mengenal makanan tradisional satu ini.

Baik, secara harafiah sei berasal dari kata bahasa Rote yang berarti daging yang disayat dalam ukuran kecil memanjang. Namun secara praktis sei tidak sekadar daging yang disayat  memanjang melainkan juga harus dilumuri dengan bawang merah, bawang putih, merica dan garam secukupnya. Lalu dipanggang pada bara api kayu kosambi dengan jarak daging dari bara api kurang lebih 2 meter sehingga daging tersebut dimatangkan oleh asap bukan oleh baranya. Semua teknik mulai dari pemotongan daging, peracikan bumbu sampai pada pemanggangan ini yang kemudian disebut sebagai sei.

Biasanya daging yang dibuat sei adalah daging babi baik babi hutan maupun babi ternak. Hal ini karena mayoritas masyarakat NTT beragama Kristen dan juga karena rasa daging babi yang memang gurih dan enak. Tetapi kini teknik memasak ala sei ini juga sudah diterapkan pada daging - daging lain seperti daging sapi, daging ayam dan bahkan ikan sehingga sei ini bisa  dinikmati oleh masyarakat secara luas di seluruh Indonesia.

Lalu apa istimewanya sei jika dibandingkan dengan makanan tradisional yang lain? 

Pertama, sei memiliki aroma dan rasa smokey yang khas karena mempertahankan teknik tradisional yang diwariskan turun temurun. Menurut beberapa orang yang pernah mencicipi steak, rasa sei mirip steak dengan tingkat kematangan tertinggi atau well done. Kedua, memanggang daging menggunakan teknik sei membuat daging berwarna kemerahan dan lebih awet serta tahan lama. Ketiga, sei bisa di-mix dengan sayuran. Caranya sei diiris tipis - tipis lalu ditumis bersama sayur - sayuran yang kita inginkan. Keempat, sei memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dalam 100 gram daging sei misalnya, mengandung 32 gram protein, lemak sekitar 6 gram, zat besi 5 miligram, fosfor 300 miligram dan kalsium 15 miligram. Jika dimakan lengkap bersama nasi dan sayuran, sepiring saja sudah menyajikan gizi lengkap yang dibutuhkan tubuh. 

 Jika pembaca berkunjung ke Atambua ibu kota Kabupaten Belu, Anda tidak akan kesulitan untuk mendapatkan depot yang menjual sei. Walaupun begitu, kebanyakan dari depot -- depot itu menjual sei babi daripada sei jenis lainnya. Harga sei babi di Atambua per kilogram berkisar 190.000 -- 200.000 rupiah. Namun jika Anda ingin mencicipinya dengan nasi dan sayuran per porsinya berkisar 20.000 -- 25.000 rupiah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun