Mohon tunggu...
Recka Aulia
Recka Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa dari Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Peningkatan Kemampuan Numerasi di SD Negeri 2 Sidorahayu Melalui Program Kampus Mengajar

17 Desember 2022   10:25 Diperbarui: 17 Desember 2022   10:41 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Merdeka Belajar-Kampus Merdeka adalah salah satu program yang sedang dikembangkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Tujuan dari Merdeka Belajar - Kampus Merdeka ini adalah agar mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka ini sesuai dengan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, pada Pasal 18 disebutkan bahwa pemenuhan masa dan beban belajar bagi mahasiswa program sarjana atau sarjana terapan dapat dilaksanakan: 1) mengikuti seluruh proses pembelajaran dalam program studi pada perguruan tinggi sesuai masa dan beban belajar; dan 2) mengikuti proses pembelajaran di dalam program studi untuk memenuhi sebagian masa dan beban belajar dan sisanya mengikuti proses pembelajaran di luar program studi.

Banyak program yang tergabung dalam Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, seperti Magang Bersertifikat, Studi Independent, Kampus Mengajar, dan masih banyak lagi program yang tergabung dalam Merdeka Belajar-Kampus Merdeka ini. Salah satu program yang saya ikuti adalah program Kampus Mengajar. Program Kampus Mengajar ini adalah program dimana mahasiswa yang mendaftar akan dikumpulkan dan dibagi ke beberapa sekolah tingkat Sekolah Dasar dan tingkat Sekolah Menengah Pertama yang berada di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Tujuan dari Kampus Mengajar ini adalah untuk membantu siswa-siswa pada jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama agar kemampuan literasi dan numerasi siswa-siswi  tersebut meningkat. Kemampuan literasi siswa di Indonesia khususnya dalam bidang matematika tergolong masih rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil tes PISA (2015) dan TIMSS (2016). Indonesia mendapatkan nilai matematika 387 dari nilai rata-rata 490, sedangkan dalam TIMSS Indonesia mendapatkan nilai matematika 395 dari nilai rata-rata 500.

Saya adalah salah satu mahasiswa yang mengikuti program Kampus Mengajar. Saya ditempatkan disalah satu Sekolah Dasar di Lampung, yaitu SD Negeri 2 Sidorahayu. SD Negeri 2 Sidorahayu adalah salah satu SD yang termasuk kategori 3T di Lampung. Pertama kali saya datang ke sekolah ini, sekolah ini cukup baik untuk keadaan sekolahnya. Sementara untuk pembelajaran di SDN 2 Sidorahayu masih terpusat pada guru, dimana guru masih menjadi center pembelajaran. Pandemi covid-19 juga menjadi salah satu penyumbang alasan SD Negeri 2 Sidorahayu menjadi teacher center. Hal tersebut menyebabkan guru menjadi tidak sempat menjadikan murid sebagai center pembelajaran karena guru harus mengejar materi. Selanjutnya, ketika siswa diberi tugas oleh guru seperti mengerjakan soal, membuat puisi dan sebagainya, mereka mencari jawaban di internet. Hal ini menjadikan siswa menjadi malas berfikir, tidak kreatif dan suka hal-hal yang instan.

Hal ini juga berdampak pada kemampuan literasi dan numerasi siswa, banyak siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam hal literasi dan numerasi terutama dalam hal numerasi. Numerasi adalah kemampuan dalam hal berhitung, matematika adalah sebutan sederhana untuk numerasi ini yang terdiri dari tiga aspek yaitu berhitung, relasi numerasi, dan operasi aritmatika. Aspek berhitung adalah kemampuan siswa untuk menghitung benda secara verbal. Relasi numerasi adalah kemampuan untuk mmebedakan kuantitas seperti banyak, sedikit, lebih tinggi, lebih pendek, dan lain sebagainya. Operasi aritmatika adalah kemampuan untuk mengerjakan operasi matematika dasar berupa penjumlahan dan pengurangan.

Saya dengan teman satu kelompok saya melaksanakan AKM atau Assessment Kemampuan Minimum untuk siswa kelas 5 di SD Negeri 2 Sidorahayu. Dari hasil AKM tersebut, kami mendapati beberapa siswa kelas 5 tersebut masuk dalam kategori PIK (Perlu Intervensi Khusus). Saya dan teman satu tim saya menyadari bahwa siswa-siswa ini tidak akan bisa mengikuti teman-teman lainnya jika pemberian materinya tidak dipisah. Akhirnya saya memutuskan untuk membagi kelas tersebut menjadi dua kelompok yaitu kelompok siswa dengan kategori dasar dan sisiwa dengan kategori PIK. Dengan pembagian kelompok seperti akan lebih mudah untuk mengajari dan melihat perkembangan siswa secara individu. Saya bersama tim mengajari mereka mulai dari dasar yaitu penjumlahan dan pengurangan baru kemudian perkalian. Ajaibnya, ada beberapa siswa yang belum bisa perkalian dasar meski sudah berada di kelas 5. Hal ini menajdi PR untuk saya dan tim mengajar.

Kami tetap dengan metode mengajar yang sama yaitu membuat siswa menghafal perkalian dasar kemudian disisipi materi-materi matematika agar mereka tetap tidak ketinggalan materi pembelajaran. Kami melakukan metode ini selama 3 bulan berjalan dan terdapat perkembangan yang signifikan yaitu siswa-siswa yang berada pada kategori PIK sudah bisa menyusul ketertinggalannya. Metode pengajaran yang saya dan tim terapkan ternyata berhasil meskipun awalnya sedikit sulit diterapkan karena siswa-siswa tersebut jarang bahkan hampir tidak pernah belajar secara berkelompok namun akhirnya terbiasa dan mereka dapat memahami materi yang diberikan sehingga membuat kemajuan yang signifikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun