Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Miskin Itu Apa?

28 November 2022   07:15 Diperbarui: 28 November 2022   07:31 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dari youthkiawaaz.com

Miskin adalah apabila manusia tidak berdaya dalam memenuhi keperluannya secara mendasar.  Tidak berdaya artinya tidak mempunyai sumber daya yang memadai maupun keterbatasan akses terhadap sumber daya itu sendiri.

Seorang kawan, hidupnya pas-pasan, bapaknya adalah seorang penjual es, keluarganya hidup di bantaran sungai, makan seadanya setiap hari, nyaris selalu dengan lauk ikan asin.  Tapi bapaknya ingin anaknya sekolah dengan baik, hingga akhirnya masuk sekolah favorit di kota.

Walaupun secara fisik, mungkin termasuk dalam kategori miskin karena menurut BPS memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.  Rerata Garis Kemiskinan (GK) nasional sebesar Rp 486.168 per kapita per bulan September 2021.

Nyatanya miskin secara ekonomi tak menyurutkan semangat kawan saya itu untuk bersekolah, walaupun harus pulang pergi ke sekolah yang berjarak sekitar 4 km dengan sepeda yang miring-miring tak karuan.  Dan syukurnya selalu berhasil menduduki peringkat pertama di sekolahnya hingga akhirnya setelah lulus pun berhasil masuk sekolah kedinasan.

Jadi teringat cerita bersambung karya bubin LantanG yang berjudul Emak Bilang Kami Tidak Miskin, kisah sebuah keluarga yang tak berkecukupan, tapi emak mereka selalu memberi semangat pada anak-anaknya, bahwa mereka tidaklah miskin, walaupun terus menjadi kaum marjinal dan direndahkan tapi mental harus ditempa dengan pembuktian, bahwa semangat harus terus menyala untuk survive.

Tapi bagaimanapun, istilah kemiskinan memang identik dengan ekonomi, apalagi adanya perhitungan Indeks Gini (rasio gini) yang merupakan salah satu alat yang mengukur  tingkat kesenjangan pembagian pendapatan relatif antar penduduk suatu wilayah.  Apabila angkanya mendekati 0 maka sebaran ekonomi dibilang relatif merata, begitu pula sebaliknya.

Angka rasio gini menurut BPS sendiri terhitung Maret 2022 relatif meningkat semenjak tahun 2019.  Walaupun masih cenderung mendekati angka 0 dan masuk klasifikasi kesenjangan sedang menurut Michael Todaro.  Tapi ya sebenarnya di sebuah daerah ya wajar saja kalau tingkat pendapaan relatif tidak sama, kecuali sampel yang diambil relatif seragam.

sumber data : bps.go.id
sumber data : bps.go.id

Masalahnya sekarang adalah validitas data yang disajikan sebuah wilayah, tak jarang daerah terkadang panik jika mendapati daerahnya mempunyai skor rasio gini yang tinggi, walaupun itu sebenarnya bagus untuk evaluasi, biar angka tersebut bisa diturunkan di tahun mendatang, dan menjadi bahan rumusan kebijakan untuk mengurangi kesenjangan.  Bukan malah memanipulasi data sehingga angka yang didapat tidak terlalu ekstrim.

Mungkin memang, lebih baik selain berusaha memperbaiki ekonomi secara mandiri, juga memperkuat mental untuk bisa survive di jaman sekarang ini.  Tentu juga tak henti bersuara agar pemerintah pun memperhatikan kondisi rakyat, paling tidak mempertahankan akses untuk bersekolah setinggi-tingginya seperti saat sekarang ini bagi semua lapisan masyarakat.

Nyatanya jangan sampai miskin harta, miskin pula isi otaknya.  Kalau bisa idealnya ya jangan sampai miskin dua-duanya.  Semangat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun